Akhmad said Hidayat

Menulis adalah bagian dari kebebasan berkespreasi... menulis hal positif adalah karya dan sumbangsih intelektual. tetap berkarya!!!...

Selengkapnya
Navigasi Web
CERITAKU, ANAK DIDIKKU DAN TEKNOLOGI 4.0

CERITAKU, ANAK DIDIKKU DAN TEKNOLOGI 4.0

CERITAKU, ANAK DIDIKKU DAN TEKNOLOGI 4.0

Oleh : Akhmad Said Hidayat,S.Pd.SD

“Diluar sana begitu ramai membicarakan teknologi industri terbaru yaitu industri 4.0 yang konon katanya industri ini adalah gabungan dari teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Teknologi ini diklaim sebagai teknologi yang akan menjawab semua tantangan dan masalah elemen kehidupan dimasa depan, baik dalam bidang sosial, budaya, ekonomi, pertahanan dan keamanan. teknologi industri 4.0 ini memang sangat gencar-gencarnya diperbicangkan dan diaplikasikan melalui pelaku-pelaku industri, maka tak heran jika mayoritas orang ingin memberdayakan teknologi industri 4.0 yang dimiliki sebagai pelaku usaha marketing dibidang online, dan terbukti sekarang banyak media sosial menyajikan space khusus tentang iklan yang dimana masyarakat pengguna media sosial bisa secara langsung mengiklankan apa yang bisa di iklankan.”

Hanya bisa bernafas panjang, ketika diluar sana sudah membicarakan industri teknologi yang super canggih, teknologi yang konon katanya sudah otomatisasi dengan sistem. Kami disini masih berada dengan kebahagiaan dan budaya naturalnya, dan kami disini masih bahagia dengan senyuman manual bukan emoticon di beberapa chat whats app.

Oh iya!!! Perkenalkan saya adalah seorang guru di salah satu pulau terpencil yang ada di kota Sumenep Madura, pulau Giligenting Desa Aenganyar,di Desa itulah saya mengabdi, tepatnya di SDN. Aenganyar I. Pulau ini adalah pulau yang berada disebelah selatan kabupaten Sumenep yang berjarak sekitar 19 km dari pusat kota Sumenep. Untuk menuju kesana saya harus melewati beberapa moda transportasi mulai dari transportasi darat dan juga transportasi laut. Untuk menuju ke pulau Giligenting dibutuhkan sekitar 1,5 jam dari kota Sumenep.

Moda transportasi yang digunakan dari rumah menggunakan sepeda motor sekitar setengah jam, kemudian transportasi laut yang berupa perahu kecil sekitar 45 menit kemudian disusul transportasi darat yang berupa mobil pickup sekitar 15 menit. nah disini lah letak kebahagiaan kami, bisa bercengkrama dan berdiskusi dengan beragam tema, karena memang perahu dan pickup yang kami gunakan adalah milik bersama, dan digunakan secara bersama-sama. Karena kita menggunakan transportasi berjamaah, jadi para guru bisa membahas apa saja seputar pendidikan atau dunia anak secara natural.

Sesampainya di sekolah, para siswa sudah antusias menyambut, dengan panggilan manja dan gendongan lucu, seolah-olah keakraban sedang menyapa. Senyuman ikhlas yang natural selalu menghampiri, tentunya bukan senyuman emoticon belaka seperti pada senyuman di aplikasi whats app. Keluhan-keluhan dari siswa merupakan semangat kami untuk selalu menjadi penyabar. Angin selalu berdesis di belakang sekolah dan rayuan ombak yang membelai mesra di setiap kegiatan praktikum siswa. Permainapun hanya sebatas yang ada, tidak ada gadget dan alat visualisasi lainnya. Yang ada hanya pohon kecil tempat bermain benteng-bentengan atau sandal sebagai gawan pada saat bermain sepak bola.

Ketika pelajaran, saya memang sempatkan seminggu dua kali untuk belajar di luar, agar anak tidak terlalu bosan dan jenuh di kelas, tempat favorit anak biasanya belajar di pantai yang memang dekat dengan sekolah. Ketika pelajaran selesai, biasanya siswa duduk berbaris dan berada di samping kanan dan kiri saya,sambil melihat laut dengan deburan ombak. Anak-anak biasanya menanyakan hal ihwal apa saja berkenaan dengan dunia anak. Pertanyaan – pertanyaan itu lucu-lucu, sehingga saking lucunya saya sendiri terkadang susah juga untuk menjawab. Tapi dari semua pertanyaan lucu itu ada pertanyaan yang menurut saya menarik, “pak!teknologi 4.0 itu apa pak??? Katanya dengan alat itu manusia itu bisa melihat isi dunia, dan bisa mengatur dunia hanya lewat HP???” saya hanya tersenyum, bukan jawabannya yang saya bingungkan, tapi teknologinya yang membuat saya bertanya, di luar sana sedang ramai-ramainya berbicara tentang teknologi masa depan yang super canggih, bisakah kita menggunakannya? Dan saya jawab “suatu saat, kalianlah yang akan memegang itu semua”. “Siap Pak” sontak semua bersuara. Senyuman itu terlihat polos dan melebur dengan aneka budaya yang sangat kental.

Ketika pelajaran berakhir, kembalilah saya menuju pickup untuk mengantarkan saya ke suatu dermaga, dimana sang nahkoda perahu sudah menunggu disana, belaian angin laut yang sedikit kencang membuat perahu agak sedikit nakal, sehingga tidak cukup satu nahkoda saja yang memegang tali perahu dan harus di bantu oleh beberapa rekannya, agar saya dan teman-teman guru bisa menaiki perahu tersebut. Selama perjalanan laut, saya masih memikirkan pertanyaan murid saya tentang teknologi 4.0, bisakah teknologi tersebut digunakan di pulau Giligenting yang notabenenya sarana dan prasarana yang mendukung teknologi tersebut begitu minim.

Kringgggggggg.............. kringgggggggggggg..........kringggggggggg

Sontak pikiran saya buyar dan saya mencari sumber suara yang berbunyi, ternyata adalah bunyi handphone saya, setelah saya angkat ternyata teman lama yang kebetulan profesinya sama namun tempat tugasnya yang berbeda, dia di kecamatan kota Sumenep sedangkan saya di Pulau Giligenting.

Teman saya hanya bercerita tentang pengalamannya mengajar, bahwa di sekolah tempat dia mengajar sudah menerapkan teknologi dalam pembelajarannya, seperti google map dalam pembelajaran peta, sky net dalam pembelajaran tata surya, dan juga yang tak kalah menariknya sudah menerapkan pembelajaran online yang di share di beberapa media, seperti grup whatsapp dan juga google classroom sehingga pembelajaran sudah berbasis data dengan subjeknya adalah siswa itu sendiri. Dan juga teman saya bercerita panjang lebar berkenaan dengan keunggulan pembelajaran via teknologi tersebut.

Didalam hati hanya bergumam, mampukah saya dan anak didik saya seperti itu??? Sejak itu senyuman polos itu selalu hadir ketika saya memejamkan mata, dan..... suara mesin pun turun, pertanda sudah sampai pada dermaganya, dan akhirnya saya pun pulang dengan membawa tugas yang nantinya bisa diberikan kepada anak didik saya berupa pengetahuan tentang teknologi tersebut.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Oketetap semangat, hadapai apa yang ada di depan mata, itylah konteksnya.

25 Feb
Balas

iya pak... terimakasih, tetap jalin silaturahmi ya pak...

25 Feb

Keren.. sekarang udah bisa di aplikasikan di sekolah nya kan

26 Jun
Balas



search

New Post