Jambu Biji
#Tantangangurusiana
#Hari ke-26
Jambu Biji
Kenangan masa kecilku sungguh berwarna, tidak seperti anak-anak sekarang yang hanya duduk tertunduk memainkan kotak kecil seperti yang saat ini saya pegang ðŸ¤ðŸ¤.
Banyak hal yang dulu saya mainkan bersama teman-teman sebayaku. Mulai dari bermain lompat tali, gobag sodor serta beberapa jenis permainan tradisional lainnya yang menuntut kerjasama dengan teman. Membuat sisi pergaulan sosial kami lebih luas.
Selain asyik bermain, kami dulu juga bisa dengan bebas bermain ke rumah teman, berangkat dan pulang jalan kaki ramai-ramai.
Keseruan masa kecil yang seperti saat itu sekarang mulai jarang dilakukan oleh anak-anak karena mereka sudah kecapekan belajar di sekolah dan masih ditambah les, baik les pelajaran maupun les yang lainnya seperti renang, les vokal dan sebagainya.
Pada tulisan kali ini saya akan menuliskan salah satu pengalaman masa kecil yang bikin malu.
Saat masih SD, saya dan beberapa teman sekolah maupun teman sekampung sering bermain ke gunung. Rumahku memang dekat dengan pegunungan. Pada suatu hari saya dan beberapa teman bermain ke gunung, mencari bunga-bunga dan tanaman yang menurut kami indah. Baru asyik-asyiknya mencari bunga, kami melihat ada kebun jambu di dekat gunung. Kamipun memutuskan untuk memetik jambu saja, lumayan bisa untuk dimakan. Jaman itu kami jarang jajan karena rata-rata kami berasal dari keluarga yang sederhana, di samping itu masih jarang orang menjajakan makanan untuk anak-anak. Tidak seperti sekarang, siomay, batagor, bakso sampai sate sering sekali berseliweran menawarkan dagangan lewat depan rumah.
Kebun yang kami lihat cukup luas, banyak sekali pohon jambu bijinya. Hampir semua jambunya sudah matang. Kamipun memutuskan untuk memetik dan memakan jambu di kebun itu. Kami tengak tengok tidak melihat orang yang punya kebun. Kemudian salah satu temanku berkata, "Mbah, minta jambunya ya, kami lapar.".
"Ya Nak, sikahkan ambil sendiri sepuasmu ya", temanku tadi berkata lagi, dengan suara yang dibuat seperti suara nenek-nenek.
"Tuch, kita sudah dibolehkan memetik jambu. Ayo segera kita petik yang banyak", ujarnya lagi.
Kami semuapun segera memetik jambu sepuasnya. Setelah puas makan, kami masih memetik beberapa buah untuk di bawa pulang.
Sebelum pulang, teman saya yang tadi meminta jambu berkata, "Nek, terimakasih ya, sudah dibari jambu".
"Iya Nak.... sama-sama", sambungnya...
Setelah itu kami semua pulang dengan santainya dan tidak merasa mencuri karena tadi sudah minta ijin.
Pada saat saya SMP, saya diajak ke rumah salah satu temanku yang katanya rumahnya dekat gunung. Saya pun mau sekali bermain kesana. Minggu pagi teman saya yang bernama Maimunah sudah ke rumah menjemputku untuk segera diajak ke rumahnya. Perjalanan kami melewati hijaunya persawahan yang saat itu ditanami padi. Hijaunya padi di sawah bagai permadani besar yang terhampar.... Indah dan segar dipandang. Tiba-tiba saya merasa aneh karena jalan ke rumah Maimunah tidak asing bagiku.
"Lha... inikan jalan mau ke kebun jambu". Dalam hati saya berdoa semoga itu bukan rumahnya, namun tiba-tiba Maimunah berhenti berjalan. "Sri, kita sudah sampai nich. Ini rumahku..."
Aku hanya terdiam, bayangan saya saat memetik jambu berkelebat.
"Eh...iya, jawabku agak gugup".
"Ayo masuk...", kata Maimunah.
Akupun segera masuk mengikuti Maimunah.
"Sri, ayo kita memetik jambu yok, di belakang rumahku banyak pohon jambu lho".
Akupun menurut saja digandeng menuju kebun jambu di belakang rumah.
Sebelum Maimunah memetik jambu yang memang tidak tinggi itu aku menggamit tangannya, "Mun, sebelumnya aku mau ngomong".
"Ngomong apa, udah ngomong aja". Sepertinya Maimunah tahu kalau ada ragu pada diriku.
"Mun, sebelumnya aku minta maaf ya.."
"Kenapa minta maaf?', tanya Maimunah.
"Ya...karena dulu saat SD aku dan teman-temanku sering memetik jambu di sini tanpa bilang sama yang punya", pelan-pelan aku jujur pada Maimunah.
Tidak kusangka Maimunah malah tertawa...."Oalah....santai saja Sri, emang kebun ini sama bapakku dibiarkan tidak diberi pagar agar anak-anak bisa memetik kok. Kalau ada anak-anak yang memetik jambu bapakku malah seneng, bisa memberi mereka makanan...". Panjang lebar Maimunah memberikan penjelasan. Akupun jadi merasa tenang dan segera memilih jambu yang matang untuk kupetik dan kumakan.
Deresan, 13 Februari 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar