Alaina.S

Lahir di Aceh Tengah, 10 Maret 1986 Mulai Menulis buku single, antologi cerpen dan puisi tahun 2018. Salam literasi ......

Selengkapnya
Navigasi Web
Indonesia I'm in Love

Indonesia I'm in Love

“Indonesia !”…

Sorot mata tegas menatap kearah suara itu, tepat pada seorang Katz yang sedang berjalan lenggak lenggok mendekat.

“ Harus berapa ribu kalikah aku harus mengingatkan tolong panggil namaku yang sesungguhnya!”

. “ Indonesia itu dimana ya?, aku baru dengar ada nama Negara seperti itu”

. “ Kenapa baru bertanya sekarang? Nanti kamu jatuh cinta dengan Indonesia”

“ Kenapa seperti itu?”

“ Indonesia itu indah, katanya kamu pernah ke Bali. Bali itu Indonesia tau!. Itu hanya sebagian kecil dari Indonesia. Disana banyak tempat wisata, banyak pulau, banyak suku, banyak bahasa dan pastinya banyak budaya. Kamu tertarik datang ke Indonesia?”

Katz senyum sambil mengangkat bahu meraih dan menggandeng tangan Hana. Keduanya berjalan, larut dalam percakapan dan lenyap diujung parkiran rumah sakit seusai lelah bekerja malam itu.

***

“Apa ini kebiasaan orang Indonesia? Masih pagi dan setiap hari makan nasi?”

“Kenapa? Kamu tertarik? Silahkan dicoba. Ini namanya rendang makanan khas Indonesia”.

Hana menyodorkan bontotan yang rutin dibawa setiap pagi. Setiap kali itu juga Katz menertawakannya. Tapi kali ini Katz justru mencicipi.

“Gimana? Enak?”

“Mmmm… Enak… seperti…”

“Seperti daging gitu?”

Keduanya tertawa

“Kamu ini ribet ya, hidup banyak aturan” Katz melanjutkan celotehnya.

“Kenapa begitu?”

“Setiap aku perhatikan kamu makan harus pakai tangan, minum harus dengan tangan kanan, setiap makan dan minum aja ribet cari tempat duduk”

“ Oohh… jadi kamu selalu memperhatikan aku ya?, berarti kamu perduli donk sama aku?” tapi, apa yang aku lakukan memang benar dan baikkan?

“ Maksudmu?”

“Menggunakan tangan kanan kan lebih baik dan lebih sopan”

“Belum tentu, itu kan hanya menurut budayamu, dan belum tentu bagi orang lain dan kamu sekarang tinggal tidak di Negara mu”. Keduanya terlibat dalam debat.

“ Tapi makan dan minum harus duduk itukan jelas lebih baik”. Katz hanya tersenyum menatap Hana.

“ Why? Kamu mau katakan lagi belum tentu gitu? “ yang makan sambil berdiri dan berjalan itu hanya hewan kan?” Hana menantang tatapan Katz sinis, namun Katz mengalihkan pembicaraan lain seakan tidak ingin terlihat kalah dengan argumennya.

“Apa orang Indonesia itu ramah dan selalu tersenyum?”

“Seperti aku kan?” Hana mematahkan kata-kata Katz sebelum bertanya banyak hal.

“Orang Indonesia memang begitu. Mau tanya apa lagi tentang Indonesia?”

Katz tersenyum ringan.“Hana, kamu benar-benar berbeda dimataku”.

“Kenapa? Karena aku pakai hijab dan mungkin satu-satunya di London ini begitu?”

Hana melambaikan tangan pada Katz sambil tersenyum dan menutup kaca mobilnya.

***

“What can I do for you?” Tiba-tiba suara Katz muncul ketika Hana sedang sibuk memeriksa dokumen pasiennya.

“No. Thank you.

“Hana ! Are you busy now?”

“Why?”

“ I want to say something to you”.

“Bagaimana kalau nanti sambil pulang kita mampir ke taman? Mungkin kita bisa ngobrol banyak hal sambil menikmati suasana yang sejuk gitu”. Katz tersenyum sumringah menatap Hana. Kecupan melayang dipipi Hana sambil berlalu tanpa sepatah katapun. Hana tampak bingung dan bengong menatap Katz yang menghilang dibalik pintu. “Ahhh… dasar bule, apapun diapresiasikan dengan ciuman”. Hana menggerutu dalam hati untuk kesekian kalinya.

Malam itu, Katz sedang termenung. Pantulan cahaya tepat menyoroti wajahnya yang duduk dibangku di bawah lampu taman.

“Hi…Katz “

Hana menepuk pundak Katz

“ I’m sorry”

“Owh… It’s Ok”. Hana memotong pembicaraan sambil mengambil posisi duduk disamping Katz. “ silahkan dinikmati” Hana menyodorkan cupcake kesukaan Katz. “Thank you, I think It’s fried rice” sambil tertawa terbahak.

“ Ngeledek lagi ni?, darimana kamu tau tentang nasi goreng?”

“Hana aku sudah sering membaca buku tentang Indonesia dan mungkin sudah banyak tau juga dari cerita-cerita mu”.

“Why? Do you falling love Indonesia?

“Yes… Indonesia is beautiful and I really love Indonesia. Katz menimpali.

Really? Come to Indonesia!. Hana tersenyum lebar dan menatap dalam wajah Katz.

Katz membalas senyuman itu dan mengulangi lagi kata-katanya sambil memegang erat tangan Hana.

“I love Indonesia. You are my Indonesia”.

“What? What do you mean?”

“Yes. I love you. Katz menegaskan”.

“Are you crazy?”

“No. I’m not crazy. It’s really”.

***

“Hana…” (suara seseorang memanggil)

Hana hanya menoleh kebelakang, tampak Katz berlari kecil mengejarnya diantara keramaian lalu lalang koridor rumah sakit.

“Maaf saya buru-buru. Pasien saya sedang darurat”. Katz hanya terhenti hingga depan pintu ruang operasi. Ini yang kesekian kalinya Hana mencoba untuk menghindari Katz. Ia selalu berpura-pura sibuk dengan pasien dan mencari alasan agar tidak bertemu dengan Katz lagi.

Malam itu tampak samar-samar Hana berjalan mendekat menuju mobilnya dan ia berhenti sejenak sambil menghela napas panjang melihat Katz sudah menunggu dan bersandar tepat di mobilnya.

“Hana, kamu selalu menghindar dan tidak pernah menerima permintaatn maafku”

Sejenak suasana menjadi hening. “ Katz. I’m Moslem”. Sorot mata Hana tajam, dan bengis.

“Dalam agama ku tidak boleh menjalin hubungan sesama jenis. Apa yang Tuhan kami larang itu karena benar-benar buruk untuk hambaNya. Semua itu bukan tanpa alasan, karena Tuhan lebih tau tentang makhlukNya. Tuhan menciptakan makhlukNya tentu Tuhan juga tau apa yang baik dan buruk untuk ciptaanNya. Tidak ada yang sia-sia atas ciptaanNya”. Dan semua itu bisa dibuktikan faktanya.

“Hana give me a chance”

“I’m sorry Katz”.

“Katz. You are a doctor. Kamu pasti tau kan? hubungan sesama jenis itu adalah suatu penyakit kejiwaan, kelainan, dan berbahaya untuk kesehatan dan keturunan manusia. Hewan saja tidak mau berhubungan dengan sesama jenisnya. Agamaku benarkan?. Sebaiknya kamu fahami apa yang aku ucapkan kalau kamu benar-benar orang yang berfikir”. Kalimat Hana menegaskan.

Hana mencoba menarik tangan katz agar menjauh dari mobilnya. Bayangan mobil Hana pun hilang melesat terbawa gelapnya malam.

Pagi itu, mata Katz menatap kesetiap sudut ruangan Hana, tampak hanya beberapa perawat yang sibuk dengan rutinitasnya.

“Can you tell me where is doctor Hana?

“I’m sorry. She back to Indonesia”. Salah satu perawat menjawab sambil berlalu

“What?”

***

Katz terus menatap monitor setiap penerbangan menuju Indonesia. Matanya liar menatap pada celah celah keramaian orang yang mendekati ruangan check in. Dia memastikan pada setiap orang yang berhijab dengan teliti. Ketika itu juga diujung sana tampak seorang wanita yang sedang berjalan anggun dengan kibaran jilbanya. “ Hana” Katz tersenyum haru. lega menatap wajah Hana saat ia merasa masih sempat melihatnya walau waktu hanya tinggal sekejap.

“Hana why you didn’t tell me?”. Mata Katz bersinar oleh pantulan cahaya menembus butiran bening yang hampir pecah. Dan akhirnya mengalir deras terjun. Menatap lekat Hana.

“ Apa kamu tidak tau kontrak ku sudah habis di London ini?, sudah 4 tahun aku disini, katanya kamu selalu memperhatikan aku tapi kenapa untuk hal itu kamu lupa”

“What? It’s impossible! Don’t go anywhere. Aku merasa kamu belum selama itu disini”

“ itu karna kamu selalu bersama ku jadi kamu merasa waktu begitu singkat” Hana mencoba menepis ucapan Katz.

“ No. I know you still two years leave here”

Hana melihat wajah Katz yang panik dan penuh cemas. Baru kali ini Hana melihat Katz serius dalam cemasnya.

“ hmmm… I’m not going anywhere. Not me, but my friend. Aku kesini cuma mengantarkan teman balik ke Indonesia

“Are you sure?” Mata Katz kembali berbinar menatap Hana seakan penuh harap bercampur bahagia.

“ tapi bukan berarti aku menerima kamu” Hana cetus.

Katz memeluk Hana erat. “ Katz, I have to go to hospital. I must be there soon”. Bisik Hana.

***

Ketika itu Hana sedang asyik ngobrol dan bersantai di ruangan para dokter, tiba-tiba seorang perawat mengatakan “Doctor Hana, there is a patient, she is Moslem”. Hana langsung bergegas menuju keruangan tersebut.

“Assalamu’alaikum”

“Wa’alaikum salam” suara itu langsung disambut hangat. Hana memeluknya dan bercengkrama ramah penuh senyuman.

“ Bisa berbahasa inggris? I’m doctor Raihana from Indonesia”

Hana tampak asyik dan akur larut dalam percakapan penuh senyum dan tawa.

Sementara Katz sudah menunggu ketika Hana keluar dari ruang pasien. “Dokter Hana, aku belum pernah melihatmu seceria dan bahagia seperti hari ini. Tadi aku banyak mendengarkan percakapanmu dengan pasien itu. Dan apa maksudmu dengan kata-kata kamu selama disini merasa sepi, tidak ada tempat mengadu dan tidak punya sauadara?. Jadi selama ini bersama kami rekan dokter disini kamu anggap apa?. Bukankah kita sudah saling berbagi banyak hal dan saling membantu dan kami senang dengan kebersamaan ini”. Hana menghela nafas panjang, “Aku bahagia juga dengan kebersamaan ini, tapi ada hal lain yang rumit dan kamu tidak mengerti Katz “

“ Maksudmu” Katz kembali bertanya dan Hana terdiam sejenak.

“ Ia aku memang merasa kesepian disini. Saudara dalam konteks kami bukanlah keluarga dari garis keturunan. Siapapun bisa dikatakan saudara asalkan memiliki keyakinan yang sama. Katz, disini untuk beribadah saja aku sulit menemukan tempatnya. Untuk makan juga aku harus memilih-milih”.

“Owh… jadi karena itu selama ini kamu tidak pernah mau makan dan minum apa yang aku beri dengan alasan kenyang? Sepertinya setiap makan bersama kamu selalu menemui cheep nya dan request sesuatu begitu? Kenapa harus sesulit itu sih hidup?” Katz penasaran bercampur aduk heran dan mengernyitkan dahi memandang Hana .

“ Bukan hidup sulit Katz, tapi memilih yang terbaik untuk hidup”

“ Aku tidak tau daging apa didalam makanan itu. Bagaimana kalau daging babi? Bagi kami hewan yang dimakan harus disembelih dengan menyebut nama Tuhan kami”.

“Kenapa tidak boleh makan babi?” Katz melanjutkan penasarannya.

“Karena tidak baik”. Hana lantang menjawab dengan segera. “ You are doctor Katz and I really you know it” Didalam daging babi itu terdapat banyak bakteri Yersinia enterocolitica, Multiple Sclerosis, Hepatitis. Resikonya kanker hati, merusak system syaraf, pencernaan dan sebagainya. Mikroorganismenya tidak dapat dimatikan dengan suhu panas yang tinggi sekalipun dan sangat berbahaya bagi tubuh manusia. Benarkan?”

“ Hana kamu terlalu rumit dan detail”

“ Tapi benarkan?”

****

Lama sejak percakapan itu Hana dan Katz tidak pernah membahas apapun seperti sebelumnya. Mereka hanya menyibukkan dengan pekerjaan dan bercanda biasa saja, tidak seperti sebelumnya. ***

“ Hana, apa kamu mau menerima ku”

“Are you still crazy?”

Keduanya terdiam saling bertatap. Perasaan Hana semakin kesal memandang wajah Katz, seakan ingin tercetus kata-kata kasar.

“It’s not about that”. Sambung Katz

“ Hana bisakah kamu mengajarkan ku Syahadah”

“ Kamu tau apa tentang Syahadah?”

“ Itu kan syarat masuk islam” jawab Katz polos.

“Are you serious?” Hana merasa itu tidak pantas untuk dijadikan candaan, “Katz kamu keterlaluan. Kamu menghina agama ku”. Amarah Hana memuncak.

“ Hana, aku merasa tersentuh setiap kali kamu memperdengarkan lantunan ayat suci Al-qur’an. Aku merasa nyaman dan tenang melihatmu shalat disetiap sela-sela kesibukanmu bekerja. Aku sudah membaca beberapa buku tentang islam sebagaimana aku penasaran dengan Indonesia. I’m serious”

Air mata Hana sudah mengalir deras sebelum Katz mengakhiri ucapannya, untuk pertama kalinya Hana memeluk Katz terlebih dahulu.

“Will you marry?” bisikan Hana lembut ditelinga Katz.

“What? Are you crazy? Sebaliknya Katz melepaskan pelukannya dan menatap Hana heran.

Hana tertawa haru dan kembali merangkul Katz.

***

“Katz, aku tau selama ini kamu adalah orang yang selalu ceria” seseorang menyapa dan tersenyum dihadapan Katz. Ketika itu Katz sedang duduk bersandar dibalik meja, ia terus memandangi sepucuk surat. “ Baru 1 hari kepulangan Hana ke Indonesia kamu seperti kehilangan semangat hidup”. Katz hanya tersenyum getir dan menghela napas panjang.

“ Surat dari siapa?” suara itu semakin mendekati Katz, senyum hangat Dokter Deyna mencoba menghibur Katz.

“ Ini surat Dokter Hana, tapi aku belum membacanya”.

“Kenapa kamu belum membaca?”

“ Aku seperti takut menghadapi kenyataan hidup”

“Bacalah, apa kamu tidak ingin melihat kata-kata indahnya”

Katz tersenyum dan segera membukanya.

“Assalamu’alaikum Katz”

Katz, thank you. Kamu telah hadir menjadi sahabat dan saudaraku disini. Seseorang akan membimbing dan mendampingi hidupmu agar tetap istiqamah dijalanNya.

Menikahlah dengan Farukh. Dia anak seorang pasien Moslem yang pernah aku rawat sebeumnya. Aku telah menceritakan tentangmu. Dia adalah orang yang tepat untukmu. Dia akan menjemputmu.

Salam rindu….

Indonesia…(Raihana)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post