Terlahir sebagai anak yang strategis,

hukum administrasi, perdata, juga pidana

bermesraan denganku.

Kompleks percintaannya,

menjadi gairah banyak batu nisan, sejatinya.

Aku dilahirkan sama,

tujuan hidup ku sama,

namun nampaknya terlalu kompleks,

hingga banyak yang lebih memilih recehan.

Ruang & waktu bersama isinya

menjadi beban belaka bagi pencari recehan,

tak lagi menjadi kebutuhan

walau sekedar menjaga kekayaan Bumi Nusantara.

Klasik kelahiran ku,

hingga kini tumbuh dewasa,

Kebijakan kebajikannya masih serupa.

Klasik.

Berbeda dengan tujuan kelahiran ku.

Retorika ini hanya membuat muak,

Semuak alam ini

Ketika digerayangi & disetubuhi

Hey Manusia

Udara mu rusak?

Ya, karena

Gunung mu rusak?

Ya, karena

Hutan mu rusak?

Ya karena

Sungai mu rusak?

Ya karena

Batu nisan berotak ini

sekedar hidup mencari recehan,

bela hidup untuk sejengkal perutnya saja.

Inikah Keadilan mu?

Sekedar sesama pemilik batu nisan pengejar recehan?

Inikah peradaban mu?

Lupakan bahwa

Udara, Gunung, Hutan, Sungai

adalah makhluk Tuhan mu jua.

Dimana asas

"Algemene Beginselen van Behoorlijk Bestuur"

Jika Penggagas ku tak lagi

Mau tahu "Millieu Recht"

apalagi " Naturalijk Milleu"

Ajal ku seraya kematian perlombaan pencari recehan

Sungai Rusak, lalu pasti

Hutan Rusak, lalu pasti

Gunung Rusak, lalu pasti

Udara Rusak, lalu pasti

Manusia Mati.

Kini ku hanya berharap.

Hapuskan hidupku,

Abaikan & Hapuskan Hukum Lingkungan.

Agar segera kita binasa.

***

Insyaallah disampaikan pada :

Kongres Mahasiswa Hukum Pidana Islam di

UIN Jakarta