Belajar Swasunting, Itu Penting
Belajar Swasunting, Itu Penting
#Tantangan 365 Gurusiana Hari Ke-175
#TantanganGurusiana
Tidak ada kata berhenti untuk belajar. Sebab, kesibukan utama guru pembelajar seharusnya adalah memang belajar. Bukan bermaksud saling unggul-unggulan dalam menggapai prestasi. Atau bahkan ingin dipuji dan disanjung sebagai guru yang hebat. Guru pembelajar tidak begitu. Ia belajar senantiasa untuk mengasah kapasitas diri agar mampu mengalahkan kemalasannya sendiri. Apalagi kita belum banyak belajar dan berbuat, mind set kita justru ingin dinomorsatukan dalam segala hal. Semoga dijauhkan dari pikiran itu.
Saya seringkali menemukan dan membaca ungkapan, Kecelakaan besar jika kita merasa benar pada saat berpikir salah. Lupa tulisan siapa itu. Apa tulisan saya sendiri, juga tak mengingatnya lagi. Yang terpenting isinya adalah kita supaya terus melakukan refleksi diri, self reminding. Apa yang menjadi kekurangan kita selama ini sebagai guru, perlu kita perbaiki pada masa berikutnya. Jangan lama-lama, esok hari semampu kita, langsung kita perbaiki. Meskipun sangat berat mengubah mind set yang sudah tertanam dalam alam bawah sadar kita, berpuluh tahun yang lalu. Cara terbaik adalah tetap belajar dan membiasakan diri.
Peristiwa yang seringkali saya alami dalam kegiatan menulis adalah saya merasa sudah selesai ketika telah rampung menulis. Rasanya, enggan membaca kembali tulisan yang sudah dihasilkan. Seakan sudah menghapalnya. Seakan sudah sempurna. Sepertinya tidak perlu lagi ada perbaikan yang perlu dilakukan. Inilah kelemahan saya dari dulu. Malas membaca kembali. Maka, pengalaman tidak baik ini janganlah ditiru. Kalau perlu supaya ditentang dengan menulis nasihat untuk saya. Sebagai instrumen agar lebih hati-hati dalam menulis.
Di sinilah pentingnya mengedit atau menyunting karya kita sendiri. Sebelum tulisan kita diposting atau dikirim untuk mengikuti berbagai kegiatan lomba menulis. Atau paling tidak dikirim untuk ikut serta dalam kegiatan menulis buku bersama, antologi. Swasunting adalah kegiatan atau mereviu, membaca ulang, menyunting yang dilakukan oleh penulis terhadap karyanya sendiri yang berupa draf tulisan. Itu pengertian yang paling gambling, mungkin. Pengertian secara teoretis, bisa silakan dibaca buku teori atau sumber lainnya.
Swasunting disebut juga self editing, karena memang mengedit tulisan kita sendiri sebelum tulisan tersebut benar-benar mendekati sempurna. Maka, ketika kita telah menyelesaikan satu tulisan, sesungguhnya hasil tulisan kita tersebut barulah berupa draf. Perlu dilihat kembali untuk disunting ulang. Jika kita merasa bahwa tulisan yang baru dihasilkan adalah tulisan yang sempurna, maka kemungkinan kecil kita mau mengoreksinya kembali.
Salah satu keuntungan melakukan swasunting adalah mengetahui kekurangan kita dalam menulis. Sebelum menyibukkan lebih banyak editor penerbit, majalah, ataupun pihak lain yang membantu menyunting naskah kita, alangkah lebih baiknya kita juga belajar menyuntingnya. Jika orang lain mungkin saja menyunting secara frontal, kita belajar menyunting yang ringan-ringan saja dahulu. Belajar membaca karya sendiri. Dan menemukan sendiri kekurangan yang kita alami.
Biasanya, saya menemukan beberapa kekurangan pada naskah yang saya tulis, antara lain sebagai berikut.
Tulisan kurang sesuai dengan tema karya yang diikuti. Misalnya ada lomba atau menulis buku antologi bersama tentang tema kegiatan mengajar saat pandemi. Bisa saja yang saya tulis tentang cara-cara menjaga kesehatan saat pandemi. Jadi temanya tentang pembelajaran, tetapi yang saya tulis adalah tentang protokol kesehatan di rumah. Nah, mispersepsi ini kadangkala juga ditemukan pada tema tulisan yang lain. Dengan swasunting, kita bisa menemukan kekurangan ini. Tata tulis sesuai ketentuan penulisan. Misalnya, panitia atau kurator menentukan format tulisannya: font A4, 12. Spasi 1,5. Margin normal. Nah, ketentuan ini dianggap remeh. Padahal ini menguji ketelitian kita dalam menulis. Bisa saja, jika pada iven besar dan bergengsi, tulisan kita ditolak sebab persoalan ini. Penulis dianggap tidak konsisten dan kurang membaca ketentuannya. Pada umumnya, inilah kekurangan yang banyak terjadi. Kesalahan penulisan dalam naskah, meliputi: typo, sintaksis, morfologis, efektifitas kalimat, dan sebagainya. Kesalahan ketik, biasanya lebih mudah ditemukan dengan swasunting ini. Tetapi kita lebih rumit ketika harus menemukan kekurangsempurnaan pada tataran sintaksis dan morfologis. Struktur kalimat yang kita tulis, seringkali belum sesuai dengan pola struktur kalimat secara sintaksis, sebagai salah aspek linguistik. Terutama jika kita menulis karya tulis ilmiah, ilmiah popular sekalipun. Menempatkan subyek dan obyek dalam kalimat, kalimat aktif dan pasif serta struktur kalimat lainnya. Selain itu penggunaan imbuhan pada kata dasar serta cara menuliskannya juga seringkali ditemukan kekurangan, perlu perbaikan. Yang lebih rumit lagi, menulis kalimat yang kurang efektif, bertele-tele, panjang, banyak tanda koma (,) yang memusingkan editor nantinya. Peran kita dalam self editing, menemukan kekurangan ini. Belajar untuk memperbaikinya. Permintaan biodata bentuk narasi dengan ketentuan panjang maksimal, kadang juga kita abaikan. Misalnya: ketentuannya, biodata narasi 150 kata. Seringkali kita melupakannya. Kita masih menuliskan biodata yang panjang. Bahkan dengan bangga sederet prestasi ditulis semua hingga melebihi satu halaman. Nah, esensi dari bionarasi adalah identitas penulis (nama, tanggal lahir), tempat kerja, alamat dan beberapa karya yang terbaik. Kadangkala yang terjadi, tulisan karyanya lebih sedikit daripada biodatanya. Misalnya, yang ditulis puisi, bidodatanya hingga sehalaman lebih. Lebih unik lagi, panitia meminta bionarasi, penulisnya menuliskan seperti mengisi formulir. Swansunting memberikan kita pelajaran, agar semaksimal mungkin membaca ulang tulisan kita. Kekurangan lain yang dapat terjadi adalah penggunaan kebakuan kata, bahasa gaul (alay), campur kode, dan bahasa asing. Pada tataran tulisan ilmiah agar dibedakan dengan tulisan genre sastra. Terutama penggunaan kata yang relevan. Jadi, kapan kita menggunakan ragam resmi dan tidak resmi, baku dan tidak baku dapat diketahui dari jenis tulisan yang kita hasilkan. Jangan sampai terjadi menulis puisi dengan ragam bahasa resmi dan ilmiah. Sebaliknya, menulis best practice atau KTI lain dengan bahasa sastra. Sesuaikan dengan kaidah dan genre tulisan yang disusun. Kekurangan yang paling umum terjadi adalah penulisan dan penempatan tanda baca. Penggunaan tanda titik (.), tanda tanya (?), tanda petik () dan sebagainya. Seringkali dijumpai tanda baca kurang tepat ditulis pada sesi dialog atau percakapan. Maka, perlu menyesuaikan dengan pedoman umum ejaan bahasa Indonesia. Swasunting berperan meminimalisasi kekurang yang terjadi.Nah, pengalaman tersebut dapat dijadikan sebagai umpan balik bagi kita sebgaai guru penulis agar terus banyak membaca. Salah satu cara memperbaiki tulisan kita dengan swasunting adalah banyak membaca tulisan orang lain. Tujuannya adalah kita akan menemukan kelebihan dan kekurangannya. Tentu dari aspek sintaksis, morfologis, dan efektifitas kalimatnya. Bukan persoalan isinya. Kelebihan yang ditemukan dapat kita jadikan sebagai bahan belajar yang baik bagi peningkatan kemampuan kita menulis. Jika ada kekurangannya, juga sebagai instrumen untuk belajar dari kekurangan yang ada.
Tidak ada tulisan kita yang sempurna. Apalagi tulisan saya, memang banyak yang tidak karuan. Banyak kekurangan. Maka, kegiatan swasunting ini akan mengasah kemampuan kita juga dalam menulis. Setidaknya untuk merefleksi karya kita sendiri. Jika ingin lebih memahami bagaimana melakukan swasunting terhadap naskah kita sendiri, Mediaguru Indonesia telah memfasilitasi kita melalui pelatihan kelas editor. Ikut saja. Saya juga ingin mengikutinya. Apalagi, instrukturnya sangat luar biasa. Pakarnya editor. Belajar swasunting, berarti kita memikirkan hal yang penting. Salam literasi.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeeen bgt pak
Makasih bu
hahaha, bagian akhir paling menohok, hampir sajasaya komentari
Hahahaah..siap
Mantabs Suratabs keren menewen, Barokallah
Siap pak kyai
Keren....makasih ilmunya...
Makasih
Mantap dan keren. Mencerahkan.
Makasih pak alee...atas ilmunya
Makasih bu
Luar biasa, terima kasih pencerahannya pak, sangat bermanfaat..salam literasi
Makasih bu
Many tenan, terimakasih cak. Salam literasi
Siap cak..ayo..ngopi dulu
Wow mantul bangat pak Ali..pencerahannya
Makasih bu
Trima ksh ilmunya pak..slm literasi
Makasih bu
Wah bagus tulisannya menginspirasi. Salam pak Ali....
Makasih pak
Masyaa Allah. Mantap Pak. Jazakallah
Amin..barokallah
Sebgaai juga harus diperbaiki menjadi sebagai ya pak ali
Mantul Pak
Makasih
Bravo pk ali.
Maksih bu lulu'
Bolehkah saya ikut?
Bolehkah saya ikut?
Bolehkah saya ikut?
Muantap surantap ! Matur nuwun ilmunya bapak !! Barokalloh !
Makasih
Mantul surantul pak Alee. Juga top markotop dan keren menewen prok prok prok :)
Hahaha..makasih pak
Keren pak..
Sip
Terimakasih pak ilmunya
Makasih bu
Mantap pak Ali... terima kasih sudah Berbagi.
Makasih bu
Top markotop gudmarsogud..hebat,Bapak
Makasih bu
Keren pak....kita jadi tambah ilmu..
Makasih bu
Joss tenan ,Pak. Terima kasih sudah membelajarkan.
Makasih
Siap, Pak. Siap umtuk selalu belajar
Masyaallah
salam kenal Pak Ali. literasiku bertamah berkat karya bapak. salam sehat
salam literasi. Ruwet juga ya pekerjaan sunting menyunting.
Pelatihan menulis dulu atau editor dulu?
Hebat....uraiannya luar biasa! Bisa dijadi kan pencerahan bagiku tks, Pak Ali