Berbicara yang Baik (THR 23)
Banyak sekali hikmah yang bisa kita petik di bulan Ramadan. Walaupun semestinya juga kita terapkan di luar bulan suci ini. Tetapi, sebab pada bulan Ramadan seluruh kebaikan dilipatgandakan, maka kita lebih berhati-hati berucap dan bertindak. Bahkan, berpikir pun juga selalu positif. Berniat juga selalu yang baik.
Dalam komunikasi sehari-hari, berbicara menjadi aktivitas utama. Baik dalam interaksi secara langsung berhadapan, maupun melalui sambungan telepon. Tentu saja, meskipun diketik secara digital, tulisan kita dalam SMS, WA, Chat, Status, dan komentar juga seperti berbicara. Semua itu ke luar dari hati. Berbicara langsung dilakukan oleh altikulator kita. Alat-alat bicara kita. Berbicara tidak langsung (melalui tulisan), juga keluar dari hati kita.
Nah, Telaah Hikmah Ramadan (THR) kali ini, kita mencoba mengingat kembali tentang ucapan kita yang baik dan tidak baik. Ucapan kita yang tidak baik dengan lawan bicara, jangan ulangi lagi. Ucapan yang baik, jadikan sebagai kebiasaan yang baik pula.
Ketika kita sedang berbicara dengan orang lain, setidaknya kita bisa menemukan dua aspek berbicara yang harus dikontrol agar selalu baik. Pertama, baik konten pembicaraannya. Artinya, hal yang kita bicarakan atau sesuatu yang keluar dari lisan kita harus hal yang baik. Tidak boleh berbicara atau mengucapkan kata-kata kotor, jorok, menyakitkan, menyinggung, provokatif, menghina, menghujat, ghaibah, dan sebagainya. Lisan kita benar-benar tidak mengucapkan sesuatu yang tidak baik. Hati, perasaan dan pikiran kita selalu mengontrolnya.
Jika ada sesuatu yang memancing kita untuk mengeluarkan kata-kata yang tidak baik, maka hati harus kuat menahannya agar tidak terucap. Sehingga, kita benar-benar menjaga lisan agar tetap berbicara sesuatu yang baik-baik saja. Bagaimana jika kita mendengar ucapan orang lain yang tidak baik? Kita tetap meresponnya dengan baik. Andaikata mampu, kita bisa menasihatinya agar tidak berbicara yang jelek. Tapi, ini tidak mudah. Membutuhkan keberanian mengingatkan. Jika tidak mampu mengingatkan secara langsung, doakan agar orang tersebut menjadi lebih baik.
Sebenarnya, salah satu pembeda orang yang baik dengan yang kurang baik (secara kasat mata), dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Seorang yang alim berilmu, biasanya selalu berbicara berdasarkan ilmu. Seorang dokter akan berbicara dengan keilmuan dan keahliannya saat berinteraksi dengan pasien. Seorang santri akan berbicara tentang keagamaan Bersama santri lainnya. Guru, juga akan membicarakan (lebih sering) tentang Pendidikan Bersama guru lainnya. Sebab, mind set kita juga bergantung dengan dunia kerja atau hubungan sosial kita. Bagaimana jika preman berbicara dengan sesame rekannya? Semoga juga bisa berbicara yang baik-baik dan kembali ke jalan-Nya. Ramadan adalah pintu taubatan nasuhah. insyaAllah.
Kedua, gaya bicara juga harus baik. Ketika berbicara, gay akita juga harus baik. Gaya yang dimaksud adalah car akita berbicara. Dalam berbicara, kita upayakan selembut mungkin. Santun berbicara dengan orang lain. Hindari berbicara terlalu keras, bentak-bentak, acuh tak acuh, cuek, apatis, tidak menghiraukan dan sebagainya. Hargailah lawan bicara dengan baik. Sampaikan maksud hati dengan cara yang baik pula. Sebab, dalam berbicara, rekan bicara kita juga menilai sikap kita saat berbicara. Walaupun maksudnya baik, tetapi berbicara dengan kasar, maka akan mengurangi makna yang baik tersebut.
Kemudian, berbicara melalui tulisan (komentar, status dan lainnya), juga harus baik. Apalagi berkomentar di grup media sosial. Semua orang bisa menilai apa yang kita tulis melalui komentar kita. Oleh karena itu, jagalah lisan kita, meskipun itu berupa komentar atau status kita. Hindari dari konten yang provokatif, menyinggung SARA, melukai perasaan orang lain, hoaks, dan sejenisnya. Salah satu interaksi antarindividu dalam grup itu adalah komentar atau status. Maka, supaya dikontrol setiap berkomentar dan berstatus. Jagalah marwah diri. Hati yang sudah baik supaya diteruskan menjadi lisan yang baik. Sehingga yang muncul juga ucapan dan komentar yang baik.
Sebenarnya, telaah hikmah Ramadan ini adalah nasihat bagi diri saya sendiri. Semoga kita dijadikan hamba dan individu yang baik, berbicara yang baik dan merespon pembicaraan juga dengan baik. Amin. Semoga bermanfaat. Salam literasi.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ramadan mengajarkan kebaikan dalam segala bidang kehidupan, juga dalam hal berbicara, Berbicaralah yang baik, kalau tidak bisa lebih baik diam, barokallah Pak Kyai atas ilmunya
Makasih pak kyai..barokallah
Bagus sekali Pak Ali, barokallah
Terima kasih pak