Karya Tiga Dimensi, Pengembangan Literasi Kelas
Literasi selalu menjadi trending topic yang menarik. Bukan saja lantaran menjadi program pemerintah. Bukan juga sebab dunia pendidikan kita kekurangan kegiatan literasi. Mengingat zaman saya menempuh pendidikan di sekolah, sudah kenyang dengan keterampilan berbahasa yang diasah setiap waktu. Menyimak, membaca, menulis dan berbicara. Selalu ada dalam pembelajaran sepanjang waktu.
Kata kuncinya, menurut saya hanya satu saja. Produktif. Apakah siswa kita atau bahkan kita sebagai guru sudah produktif. Produktif dalam arti memiliki hasil atau produk dari apa yang kita lakukan sebagai wujud mengatasnamakan literasi. Tentu, prokdutivitas itu menyangkut inovasi dan kreativitas.
Sejenak, saya tuliskan ulang tentang definisi literasi. Menurut Wikipedia.org saja agar gampang Anda melakukan telusur. Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Ada kemampuan dan keterampilan memecahkan masalah dalam literasi. Ada keahlian tertentu yang perlu diasah. Pada literasi, aspek keterampilan berbahasa saling bertautan dan penting untuk ditingkatkan.
Bagaimana mewujudkan kegiatan literasi dengan menghasilkan produk tiga dimensi. Di kelas kami, cukup mudah mempraktikkannya. Kegiatan literasi berwujud karya tiga dimensi menjadi menarik untuk dikembangkan. Kegiatan literasi tersebut antara lain memuat tahapan;
Pertama, tahap perencanaan; guru merencanakan kegiatan literasi meliputi aspek kebahasaan; menyimak, membaca dan berbicara. Guru menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan literasi tersebut. Dalam hal ini, guru menjelaskan kesenian daerah Madura. Topeng. Pentingnya melestarikan budaya daerah. Indahnya seni topeng dalang dalam lakonnya. Uniknya topeng yang dikenakan para pemainnya. Guru menjelaskan dan siswa menyimak. Sesekali siswa bertanya tentang hal yang belum dipahami.
Kedua, tahap pelaksanaan; Minggu berikutnya guru menjelaskan tahapan dan prosedur membuat topeng. Siswa membawa alat dan bahan yang telah diumumkan Minggu lalu. Guru menerapkan teknik aplikasi dalam mendampingi siswa berkreasi. Di sinilah muncul kreativitas siswa. Bentuk dan warna yang beragam merupakan karakter berbeda yang disajikan siswa. Bekal penjelasan dengan literasi yang cukup memadai menjadi bahan inspirasi siswa berkreativitas.
Ketiga, tahap akhir atau evaluasi; guru memberikan apresiasi terhadap karya siswa. Misalnya, meminta siswa maju ke muka kelas memerankan karakter topeng yang dibuat. Atau sekadar berfoto dengan riang mengenakan topeng masing-masing dan memberikan penilaian secara kualitatif dan kuantitatif. Mereka senang sekali. Karya topeng mereka dipajang di kelas sebagai bagian dari pameran kelas.
Selain topeng, siswa juga bisa diajak untuk berkarya tiga dimensi lainnya. Misalnya, alat-alat memasak dari tanah liat, menempel gambar dengan biji-bijian, membuat rangka dari kawat dan sebagainya.
Beberapa teknik yang bisa diterapkan dalam karya tiga dimensi, yaitu:
1. Teknik Aplikasi
Sebuah karya dengan cara menghias gambar timbul pada kain. Gambar tersebut berupa guntingan kain yang ditempel dan membentuk wujud tertentu. Misalnya bentuk bunga dan hewan. Teknik ini juga digunakan dalam pembuatan topeng. Dimulai dengan memotong kertas-kertas hingga menjadi kecil. Dilumat dengan lem kayu. Sementara untuk bentuk muka, bisa menggunakan cetakan separuh bola atau lekukan kertas agak tebal. Selanjutnya menempelkan dengan rapi potongan kertas yang dilumat dengan lem. Istilahnya menjadi bubur kertas campur lem kayu. Setelah terbentuk menjadi wajah topeng, kalau dikeringkan. Dan tahap finishing, dilakukan pengecatan sesuai dengan karakter yang dikehendaki.
2. Teknik Mozaik
Menempel adalah bagian dari seni. Teknik membuat karya seni dengan cara menempel benda 3 dimensi yang diatur dan ditata dengan sedemikian rupa sehingga menghasilkan lukisan. Siswa membuat poster dengan potongan tulisan dan gambar timbul yang dibuat pada gabus putih. Dan tahap akhir juga dilakukannya pewarnaan. Misalnya poster kesehatan, hemat air dan sebagainya.
3. Teknik Merakit
Unik dan menyenangkan dengan seni merakit yang menarik. Teknik membuat sebuah karya seni dengan cara menyambung beberapa potongan bahan. Cara ini disebut dengan merakit dan hasil karyanya disebut rakitan. Cara menggabungkan bahan tersebut dapat dengan cara dipatri, dilem, disekrup, mengelas atau dengan cara lainnya. Pada keterampilan ini, siswa membuat karya tiga dimensi berupa rumah-rumahan dari stik es krim yang dirakit dengan lem kayu atau lem 'tembak' dengan proses pemanasan.
4. Teknik Pahat
Memahat adalah membentuk suatu karya seni dengan melakukan pemahatan pada bahan yang akan dibentuk karya tiga dimensi. Sederhananya, siswa masih menggunakan sabut padat untuk membentuk wujud tertentu. Misalnya hewan dan bunga.
5. Teknik Menuang atau cetak cor
Karya seni yang dihasilkan dengan cara menuang bahan cair yang dituang pada sebuah alat cetakan. Setelah bahan cair tersebut mengeras, kemudian dikeluarkan dari cetakan. Bahan cair yang dipakai biasanya seperti semen, dan sebagainya. Siswa membuat kaya ini untuk membentuk pot bunga dan sejenisnya.
Tetapi, kegiatan yang relatif sederhana adalah membuat karya tiga dimensi berbahan dasar kertas.
Kekuatan literasi dengan pembiasaan yang cukup baik, akan menjadi kebiasaan yang positif. Siswa merasa terpanggil untuk melakukan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelajar. Dengan literasi, sebagai bagian dari pembelajaran, kita dapat berkreasi apa saja sesuai dengan muatan kompetensi dasar pada muatan pelajaran tertentu.
Saya, menyebutnya literasi tiga dimensi, literasi adenium, dan literasi apa saja untuk sesuatu yang menghasilkan dengan inovasi dan kreativitas. Itulah idiosinkratis literasi yang selalu hiduo ditulis dan dibaca setiap waktu. Terutama bagi guru dan pemerhati pendidikan.
Bagaimana terus mengembangkan literasi dalam pembelajaran? Kuncinya prokdutivitas yang cukup tinggi. Produktif dan memproduksi. Apa saja. Entah pendapat guru lainnya. Salam literasi.


Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar