Merawat Luka (Lanjutan Prolog Novel Sepatu Aisyah)
Merawat Luka (Lanjutan Prolog Novel: Sepatu Aisyah
Setelah lama berdiri di batu hitam di bawah air terjun Tawangmangu itu, aku tak sadar jika senja sudah mulai meredup. Pertanyaanku masih menyesaki pikiranku. Apakah cinta hingga senja itu benar menjadi impianmu? Ataukah sengaja akan meninggalkan sebongkah kenangan, seperti jasadku hari itu yang kian membeku sebab air terjun yang dingin? Jawabannya berpulang kepada sang pemilik hati, engkau dan Engkau.
Aku menyelinap di antara dedaunan yang mulai tak tampak hijau lagi. Berjalan lunglai menyusuri anak sungai dari aliran sumber air terjun. Dingin. Kusengaja tak melepas sepatu kesayangan, yang pernah kau belikan. Merk yang sama, model yang relatif sama. Sepatu hitam bercorak putih, bermerk. Sepertinya kakiku mulai beku, sebab basah sepatu yang menutupi udara masuk ke kakiku. Dingin sekali. Aku bergegas menuju area parkir yang memang sisa satu, sepeda bututku. Petugas parkir pun sudah tidak terlihat. Terpaksa, aku bawa motorku. Kusematkan uang 5 ribu pada kartu yang dibungkus plastik. Diletakkan di gardu atau loket karcis motor. Aku melaju dengan derai tangis yang tak segera reda.
Dalam perjalananku pulang, aku menyusuri jalan pegunungan yang elok. Kadang menuruni lembah atau menanjaki bebukitan. Hampir saja terpeleset masuk jurang. Sebab, fokusku berkurang. Otakku berisi semua tentangmu. Tentang apa saja yang pernah kau ucapkan, sikap dan karaktermu. Termasuk, manjamu dulu.
Sejak kau memutuskan menjeda waktu dengan beragam cara yang apik, aku mulai membiasakan diri untuk menengadah. Doaku bertambah, tentang ketabahan dan kesabaran yang tinggi. Setelah beberapa waktu lalu mengabiskan senja di kaki gunung Lawu, kau mengultimatum setiap pasal yang kau undangkan. Menjadi undang-undang yang akan segera diberlakukan. Aku harus tunduk pada konsideran yang disyaratkan. Tentu dengan luka yang perih.
Tidak mudah menata hati.. Dari 10 kebiasaan yang kau sematkan sebagai tanda kasih dan sayang, tinggal satu atau dua yang membuatku kadang menjadi semakin GR. Berjibaku dengan rasa yang kian menggunung. Aku terus meneroka hati dan jiwaku, dalam malam yang sunyi. Kuberpikir sesaat, bahwa hal yang dianggap tak penting olehmu, justru bagiku genting. Sesuatu yang dianggap milikku kadang seperti tampak kau ragu. Kuupaya menebalkan rasa cinta tapi kadang tak berdaya. Meski kuharus mengorbankan diri dengan salah, sebab kuanggap anugerah. Yakinku. Sesuatu yang biasa bagimu, bagiku tak biasa..luar biasa. Mungkin aku memang tidak pernah tahu apa-apa.
Kujalani waktu dengan sendu. Meski tak kusediakan berlembar kain atau tissue, aku masih sanggup menyeka air mataku dengan ujung bajuku. Kumulai terbiasa merawat luka dengan derai air mata. Meski kuharus sandarkan bahu pada daun jendela atau kurebahkan pada alas tidur, rasaku tak pernah menyirna. Semakin ingin melupakan, semakin sakit rasanya.
Aku tahu. Mungkin kau banyak cara untuk menjeda waktu. Kesibukan di kampus sebagai mahasiswa Pascasarjana, menjadikanmu semakin sibuk. Apalagi sebagai mahasiswi hebat yang sering diundang sebagai pemateri. Tentu semakin asyik. Manjadi salah satu pintu keberhasilanmu mengatur waktu dan jarak. Apalagi, tentu banyak acara yang dihadiri atau berlibur dengan kolega. Lengkap. Melengkapi maksud dan caramu membuat peraturan yang mungkin menurutmu perlu dibakukan.
Tak apalah. Sebab, seperti yang seringkali kau katakan bahwa doa adalah senjata terampuh mengatasi setiap kondisi. Aku setuju. Mengangguk dengan teguh.
Akhirnya aku merasa sangat bersalah. Setiap yang aku anggap bagian dari ungkapan cinta tulus, ternyata menjadi sesuatu hal yang tak kusangka. Kan kurawat luka, hingga kutemukan senja. Seperti senja bahagia, waktu itu. Di kaki gunung Lawu, 17 tahun lalu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar