Ngingau Empang
Malam yang melelahkan. Setelah Empang tour dengan sepeda butut tahun 1975, ia tertidur sesaat sang istri memijatnya.
"Enak, Bi?" tanya Entun saat mulai memijat kepala Empang yang merebah di pangkuannya. "Umi... Tidakkah umi merasakan denyut nadi dan detak jantung Abi? Umi cukup tega dengan kalimat umi waktu itu...yang tak pernah Abi katakan pada Umi...sebesar apapun Umi buat Abi jeles. Tentang itu, Abi super gede..hanya bisa meratap kepada Allah ..Mi. Rasanya, tak ingin segera pagi dan beranjak dari malam yang temaram. Sebab, pagi membuat sebilah hati Menyendu dengan katamu, pun kau yang melakukannya" igau Empang panjang sekali.
Tampak Entun berkaca-kaca. Ia tak berani membangunkan sang kekasih. Empang lelap dalam pelukan sang istri tercinta. Hingga Entun pun larut dalam mimpi. "Maafkan Umi, Bi. Umi tak ngigau. Alam bawah sadar Abi, tentang Umi" ucap Entun dalam mimpinya. Mereka bangun pukul 10 pagi.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap ulasannya