Tak Pernah Sirna
Tak Pernah Sirna
Malam yang indah. Gemintang menabur langit yang legam, menjadi terang. Cuaca pun tenang. Angin berembus sepoi.
"Abi, Ayo ajarin dong? Ingin bisa Melukis Bulan" kata Entun."Duh, Bulan itu sudah Indah. Seindah romanmu. Ga usah kau lukis, tetap berbinar", jawab Empang sambil mandi cahaya rembulan.
Entun berkaca-kaca, mengenang sang suami terkapar saat malam purnama, di jalan depan rumah, tertabrak mobil pick up. Air matanya tak terbendung. Hingga bulan kembali meredup dan "padam" Entung masih bersimpuh di jalan raya itu. Bayangan sang Suami tak pernah menyirna. "Bi, sampai kapan pun, we are one, Bi! derai Entun tertelungkup ke aspal, tiba-tiba hujan deras
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap