Alfahri

Memulai karir, sebagai guru Sekolah Dasar Negeri Jorong Koto Kecamatan Teluk Kabung Kodya Padang di akhir tahun 1981, Setelah diwisuda sebagai mahasiswa di...

Selengkapnya
Navigasi Web

Takicuah di Nan Tarang

Takicuah di Nan Tarang

Kita lihat, kita saksikan, banyak orang, untuk tidak menyebutnya dengan mayoritas, di setiap tingkat umur, tak terkecuali, umur yang sudah memasuki “injure time”, sekalipun, yang hidup di akhir zaman ini, lebih memfokuskan kehidupannya hanya untuk hal-hal yang bisa terlihat oleh mata saja, yang segera kelihatan hasilnya dan yang segera dapat di eksekusi atau dinikmati, “masak rangkah,”

Kita sangat mudah menemukan, orang-orang yang kehidupannya berlimpah, bahkan berlimpah ruah malah dari segi harta dunia, tetapi terlalu miskin dengan “kekayaan akhirat”. Mereka sangat cekatan dan alhi dalam rusan “orang hidup” akan tetapi sangat meprihatinkan dan begitu jahil untuk urusan orang mati. Mereka bisa dibilang sarjana bahkan sudah pascasarjana malah dalam urusan dunia, tapi masih tingkat Taman Kanak-Kanak dalam urusan ke-akhirat-an.

Orang-orang yang seperti ini, asli “Takicuah” tertipu, mereka tertipu bukan hanya di tempat yang gelap, ironisnya di tempat yang nyata-nyata terang benderang mereka pun sempat juga tertipu. Dimanapun tempatnya, atas alasan apapun, yang namanya tertipu itu tetap sangat menyakitkan, apa lagi ketertipuan itu menyangkut dengan kehidupan akhirat.

Padahal jauh-jauh hari sebelumnya, disetiap saat, disetiap waktu mereka-mereka itu atau kita-kita ini, sudah sering dingatkan oleh orang tua kita, para guru-guru kita, oleh para ustadz, buya, alim ulama, agar jangan sampai tertipu, dengan kehidupan dunia ini, dengan permainan dunia ini. Allah s.w.t saja sudah terang-terangan mengingatkan kita akan sifat dunia ini, sebagai mana terdapat dalam Al-Qur-an surat yang ke-29 yakni surat Al-Ankabut ayat 64, “dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan.” Namun sayang mereka tidak mengetahui atau tidak mau tau, pura-pura tidak tahu, bahkan tidak mau dikasih tau, diseru bahkan diundang untuk datang ke masjid, untuk menghadiri dan mendengarkan pengajian, tausiyah, cermah agama untuk menambah wawasan mereka tentang akhirat, mereka enggan, bahkan disaat kebetulan mereka ada di masjid untuk melaksanakan shalat berjemaah, begitu di kasih tau, diumumkan bakal akan ada pengajian setelah selesai shalat, malah mereka kabur meninggalkan masjid, meninggalkan majlis ilmu, baik pengajian sedang berlansung atau pun baru akan dimulai.

Mereka sangat paham dengan pengetahuan yang berkaitan dengan kemaslahatannya di dunia, tetapi buta dengan ilmu-ilmu akhirat. Mereka sibuk dengan segala sesuatu yang pasti akan mereka tinggalkan, dan benar-benar lalai dengan kampung yang akan mereka datangi. Mereka lupa atau aneh juga kalau mereka benar-benar tidak tahu sama sekali, bahwa dunia ini bukanlah kampung kita yang sesungguhnya, kampung kita yang sebenarnya adalah kampung akhirat, lagi-lagi Allah Swt telah memperingatkan kita dalam firman-Nya (QS. 29:64) “Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui.” Sekali lagi, sayang sekali mereka atau jangan-jangan sebahagian dari kita-kita ini, ikut pula tidak mengetahuinya, bahkan kita telah salah sangka, salah duga akan keberadaan kita dan keberadaan dunia ini, mereka telah menghabiskan dan menyia-nyiakan kesempatan yang telah Allah berikan, mereka habiskan kesempatan untuk mendalami ilmu-ilmu yang berkaitan melulu dengan ilmu duniawi yang setelahnya mereka gunakan untuk mecari kenikmatan semu, serta menipu dengan meninggalkan ilmu-ilmu para rasul, padahal inilah sebenarnya yang paling mereka butuhkan. Kata Allah dalam firmanya (QS. Ar-Rum [30]:7) “Mereka mengetahui urusan dunia yang tampak, sedang terhadap akhirat mereka lalai.”

Mereka, dan kita, mungkin tidak tahu bahwa dunia ini, bukan tempat tinggal yang sebenarnya, bukan tempat tinggal yang abadi, mereka lupa bahwa dunia adalah tempat meninggal, dunia bukan tempat menghayal, tapi dunia adalah tempat beramal, kuburan sebagai terminal, dan akhirat tempat menyoal dari segala soal, neraka tempat menyesal dan syurga untuk kembali ke tempat asal.

Semua kita sudah tahu dan paham betul, bahwa ada hidup setelah mati, ada akhirat setelah dunia, sesungguhnya dunialah yang akan kita tinggalkan dan meninggalkan kita, dunialah yang semakin jauh dan menjauh, dan akhiratlah semakin dekat dan mendekat, hari ini kita di atas tanah, sebentar lagi tanah di atas kita, hari ini kita beraktivitas di punggung bumi, sebentar lagi kita dipaksa hijrah, pindah secara acak ke perut bumi, hari ini dunia begitu nyata, sedang akhirat sesuatu yang masih gaib, tapi wajib dipercaya, namun bila kematian sudah datang, semua akan berbalik arah, akhirat begitu nyata dan dunia dengan segala pernak perniknya tinggal jadi cerita.

Ibnu Katsir berkata, “Kebanyakan manusia tidaklah memiliki pengetahuan kecuali tentang dunia, cara-cara mencapainya, dan hal-hal yang berhubungan dengannya serta apa-apa yang di dalamnya. Mereka adalah orang-orang yang paling cerdik dalam usaha mendapatkanya dan dalam menentukan cara-cara untuk meraihnya. Akan tetapi mereka lalai tentang perkara yang bermanfaat bagi mereka di negeri akhirat. Mereka benar-benar abai dalam urusan agama, karena kedangkalan mereka dalam memahami perkara agama ini, sehingga mereka seolah nekad dengan segala apa yang akan menimpa mereka di kemudian hari. Mereka tidak takut sedikitpun akan kenegerian yang amat dahsyat yang bakal akan mereka hadapi. Ibaratnya mereka telah tertipu oleh dunia yang “gemerlap” ini, ironisnya mereka “Takicuah di nan tarang” tertipu di tempat yang terang benderang, kalau tertipu di tempat yang gelap mungkin masih di anggap wajar dan manusiawi.

Mungkin semua kita, sudah sering mendengar perihal ungkapan-ungkapan bijak, tentang harta benda yang kita usahakan kepemilikannya, disetiap saat, disepanjang hari, pagi dan petang. yakni bahwa harta itu bukan jaminan kebahagiaan di dunia, apalagi di akhirat, harta itu cuman untuk kesenangan semata, bukan untuk mendapatkan kebahagian yang hakiki. Kalau kebahagiaan itu Allah letakan di harta, maka yang bisa menikmatinya di dunia ini, cuman orang-orang berduit saja, orang-orang kaya saja. Kalau Allah letakan kebahagian itu di rumah mewah dan kendaraan mewah, maka yang bisa bahagia itu cuma pejabat dan pengusaha, Allah letakan kebahagiaan itu di hati, dihati orang-orang yang dipenuhi rasa syukur dan bersabar terhadap setiap ketetapannya. Allah tidak pernah melarang umatnya banyak harta untuk menjadi kaya raya, karna bnyak para nabi-Nya Allah juga kaya dan seorang raja tapi kekayaan dan tahta mereka justru mereka lebih dekat dan taat kepada Allah,

Ingatlah! Akan nasehat orang-orang bijak. Dengan harta kita bisa membangun rumah sakit tapi tak kan pernah membeli kesehatan, dengan harta kita bisa membangun madrasah dan masjid tapi tidak bisa membeli ilmu dan iman, dengan harta kita bisa membeli jam tangan yang mahal, tapi tak kan pernah bisa membeli waktu, dengan harta juga kita bisa membayar pengawal, tapi kita tidak bisa membeli keselamatan, dan dengan harta kita, kita bisa membeli kesenangan tapi bukkan kebahagiaan, karna itu bertaubat lah, karna tangisan pendosa lebih dicintai Allah dari pada sombongnya para ahli ibadah.

(219 happy) Semua kita nyaris paham bahwa kehidupan yang sedang kita jalani saat ini, hanyalah satu fase yang amat singkat dari keseluruhan perjalanan panjang hidup kita yang tiada batasnya. Maka tidak selayaknya bagi kita untuk memfokuskan diri kepada kehidupan yang sementara ini. Ada yang begitu yakin, bahwa mereka ini sebentar lagi akan mati, namun sayang mereka merasa tidak cukup bekal kebaikannya sehingga dihinggapi oleh perasaan kuatir, takut yang amat sangat, sehingga mereka berprilaku tidak wajar, seperti menyendiri dari manusia, selalu sedih, galau, risau, tidak mau makan, bahkan dengan terang-terangan melalaikan ibadah itu sendiri. Kekhawatiran-kekhawatiran seperti itu semestinya tidak akan terjadi kalau mereka punya landasan ilmu yang benar.

Padahal agama sudah mengajarkan, bahwa ketakutan-ketakutan akan nasibnya di akhirat nanti itu, tidak bisa diatasi dengan berkeluh kesah, tapi dapat dilakukan dengan melaksanakan ajaran agama, beramal ibadah dengan sungguh-sungguh, mengumpulkan amal atau beramal sebanyak-banyaknya, pendeknya kesempatan hidup yang masih ada, digunakan untuk berdekat-dekat dengan Allah, jangan menjauh dari Allah atau meninggalkan Allah.

Mungkin karena masih dipengaruhi oleh berbagai kecemasan, sehingga ada pula diantara mereka yang melihat, membayangkan kehidupan setelah mati dengan kaca mata dunia, sehingga mereka mengajukan berbagai permintaan kepada ahli warisnya, misalnya jika mereka mati pingin dikuburkan di desa tempat kelahirannya, dekat makam orang tuanya atau disamping kuburan anaknya dan sebagainya. Padahal jarak tempat dia mati dengan permintaan dia bukan jarak yang dekat, dan memakan biaya yang tidak sedikit, sebab biasanya biaya transpor mayat jauh lebih mahal dibandingkan dengan biaya orang yang masih hidup.

Dan ada pula yang meminta, ketika menjelang ajalnya minta ditemani oleh seluruh anak-anaknya, cucu dan segenap anggota keluarganya, bahkan teman-temannya. Padahal sangat mungkin keberadaan mereka saling berjauhan satu sama lain. Ketahuilah bahwa malaikat maut dan sakitnya sekarat tidak terkurangi sedikitpun dengan keberadaan mereka, apalagi jika mereka itu bukan termasuk orang yang shalih, yang mengiringi kematian anda dengan doa-doa yang ikhlas.

Dan ada pula yang tertipu dengan mengukur kebahagiaan orang mati dengan kaca mata orang hidup. Menurut mereka mati yang terhormat itu, adalah yang banyak orang bertakziah tanpa peduli siapa mereka. Dan dengan niat apa mereka datang. Bahagia dengan deretan karangan bunga berisi ucapan turut berduka cita. Bangga dan merasa terhormat dengan berbagai sambutan dari instansi yang berasa kehilangan.

Dan ada pula yang menganggap remeh urusan akhirat, mereka yakin segala keinginannya dapat dibeli dengan kekayaan yang ia miliki, termasuk tempatnya kelak di akhirat. Selama hidupnya kita lihat mereka hanya menghabiskan usianya untuk memenuhi segala syahwat keduniaanya saja, menimbun harta, berpoya-poya dengannya, bernikmat-nikmat dengannya, tidak membelanjakannya sesuai dengan kebutuhannya, tapi menghabiskannya untuk memenuhi keinginan saja, menuruti keinginan nafsu sepuasnya. Agama tidak ada dalam kamus manusia seperti ini. Namun ironisnya, ketika ia mati, lihatlah! Prosesi penyelenggaraan jenazahnya, sangat kontradiktif dengan prilakunya saat dia masih hidup. Upacaranya dibuat sedemikian islami, lebih islami pula dari kematian seorang ulama yang nyaris seluruh hidupnya ia wakafkan untuk agama, tidak pernah bersenang-senang semasa hidupnya. Yang selalu susah memikirkan umat siang dan malam, pagi petang. Tapi saat matinya ada yang menggenaskan.

Mereka-mereka yang abai akan kehidupan akhirat itu, menyangka ia bisa menipu Allah dan bisa menyogok para malaikatnya untuk bisa menempatkan si mayit yang fasik dan durhaka di tempat orang yang saleh-saleh, dengan cara mendatangkan orang-orang, “upahan” untuk melakukan sejumlah kegiatan seperti; mendatangkan MC yang sangat mahir menghadirkan suasana yang penuh, syahdu, larut bagi yang datang melayat, ditampilkan qari’ yang sangat fasih membacakan ayat-ayat kematian sehingga yang hadir pun terguncang sanubarinya. Diundang pual seorang ustadz kenamaan memberikan tausiyahnya, tidak lupa pula diakhiri dengan doa yang sangat panjang dan menyentuh perasaan, malam hari setelah kematiannya dan malam-malam selanjutnya tanpa jedah dilafalkan bacaan Al-Qur’an, shalawat nabi, dzikir, tahlil dari ratusan santri, sehingga suasana terasa semakin agamais.

Begitupun pada pusara mereka, dibuat sedemikian rupa, yang menampakkan bahwa mereka simayit dan kelurganya dari keturuan yang tidak sembarangan, mungkin tidak sembarangan kayanya, tidak sembarangan hebatnya, dan bisa jadi tidak sembarangan durhakanya, pokonya dia ingin meninggalkan kesan bahwa ia punya prestise dan prestasi keagamaan semasa hidup. Tapi lucunya mereka malah tak terima ajaran Nabi Saw yang memerintahkan setiap muslim yang mati untuk diperlakukan dengan fasiltas sesederhana mungkin. Mereka ini mengira dan memandang bahwa kompleks perkuburan yang sesuai dengan sunnah nabi itu, yang bersahaja dan sederhana tentunya, menurut mereka tidak membawa kenyamanan bagi penghuni yang ada di dalamya, dan tidak menampilkan kesan wah. Makanya mereka berusaha membangun tampilan kuburan, di kavling yang luas dan mewah serta fasilitas yang di bawa si mayit dengan biaya ratusan juta bahkan milyaran rupiah, yang tak lama lagi setelah dikuburkan, simayit akan hancur terurai.

Ia mengira dengan prosesi yang sedemikan mengundang decak kagum, ia akan terbebas dari segala bentuk pertanggujawaban yang pernah ia perbuat selama di dunia, Apa mereka mengira malaikat yang menyambut kedatangan si mayit akan lebih sopan dan lemah lembut dengan mempertimbangkan derajatnya?, apakah penghuni yang ada di dalamnya, akan merasakan kelonggaran di alam kuburnya? Apakah jasad di bawahnya bertambah senang? Apakah yang dikubur itu dapat membedakan nyamannya ditempatkan di kompleks kuburan mewah dengan kuburan sederhana ala Islam?

“Hai, Dungu,” demikian mungkin kita disergah, “Mengapa engkau begitu zalim kepada dirimu sendiri? Kepalamu tidak pernah engkau gunakan untuk bersujud. Yang berputar dalam otakmu hanya urusan dunia belaka. Padahal, semua itu tidak bisa kau bawa. Tanganmu berlumur aniaya, sedangkan bederma dan menolong sesama tidak pernah ada. Matamu bergelimang maksiat, sedang Al-Qur’an tidak pernah kau singkap dan kau lihat. Di telingamu hanya berdengung musik sia-sia dan kata-kata maksiat, sedang kebenaran tak sedikit pun kau simak meski barang sesaat. Kenapa keningmu hanya kau dongkakan penuh keangkuhan, tetapi tidak sekalipun kau letekkan di atas sajadah kepasrahan?

Mungkin saat itulah kita melolong-lolong menjerit penuh penyesalan. Ketika itulah akan kita rasakan gemeretaknya tulang belulang se sekujur tubuh hancur luluh dihimpit oleh kubur yang teramat benci kepada jasad yang bergelimang dosa. Jadi, sebagai seorang muslim kita pun yakin, yang membuat kubur itu menjadi sempit sehingga melumatkan tulang-tulang si mayit bukan hanya kuburan yang berdesak-desakan itu, atau bukan hanya karena lobang lahat yang sempit itu sendiri, tapi amalan buruk yang mereka lakukan saat masih di dunia, sebagai penyumbang terbesar atas kesulitan-kesulitan kita di dalam kubur tersebut. Sebaliknya kita yakin, yang membuat nyaman setiap insan setelah matinya, di alam berzah itu, adalah amalan-amalan baik selama hidupnya sehingga Allah Ridha kepadanya. Ketahuilah dan sadarilah cepat atau lambat menurut ukuran kemanusiaan kita, bahwa kematian itu pasti datangnya, dan siksa kubur pun pasti pula adanya, bagi orang yang tidak mempersiapkan diri dengan maksimal selagi masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri.

Untuk itu sebagai seorang muslim yang taat dan konsisten dengan agama ini, mari kita setia dengan memegang teguh ajaran agama ini, bahwa sempit dan longgarnya kuburan itu bukan seperti yang mereka yakini, tapi longgarnya kuburan kita bergantung dengan amal yang kita kerjakan semasa hidup. Lobang lahat yang sempit itu, akan menjadi luas, menyenangkan, bahkan akan menjadi taman-taman surga, jika kita selalu mengerjakan amal-amal kebaikan semasa hidup. Tapi jika amal kita buruk seluas apapun lobang lahat yang disediakan untuk kita, sebagus dan semewah apaun peti mati kita, tetap tidak akan memberikan apa-apa terhadap keberadaan kita dihadapan malaikat, tetap saja kita akan menemukan berbagai kesulitan di dalamnya. Jadi kita tidak perlu pula ikut-ikutan dengan cara-cara mereka, berangan-angan dikuburkan kelak ditempat yang mewah, cukuplah bagi kita dikuburkan seperti apa yang diajarkan oleh nabi kita Muhammad Saw, yaitu di tempat yang sederhana, yang jauh dari kemewahan terlebih kemubaziran, beliau melarang kita, mengeluarkan harta secara berlebihan untuk orang mati, karena yang masih hidup lebih berhak terhadapnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren pak....sehat dan sukses selalu

11 Jun
Balas

Makasih bu Oria, aamiin ya Rabb

12 Jun

Makasih atas kunjungannya Mas Sandi, salam literasi.

10 Jun
Balas



search

New Post