Muridku, Guru Terbaikku
Hari bahagia yang kunanti selama 4 tahun itu datang. Hari dimana gelar sarjana pendidikan itu disematkan dibelakang namaku. Meski Tiga huruf, untuk mendapatkannya dibutuhkan perjuangan berdarah-darah. Rasa haru, gembira, khawatir tercampur aduk. Gembira karena saya telah lulus, namun khawatir apakah saya bisa menjadi guru yang baik untuk murid saya. Sejumlah jobfair saya ikuti untuk melamar pekerjaan. Ruapanya dewi fortuna belum berpihak pada jurusanku. Tidak ada lowongan pekerjaan yang meminta lulusan pendidikan.
Malam itu, bapak meneloponku bahwa aku diterima bekerja di sekolah SMA X. Aku bahagia kegirangan. Aku bersiap untuk menjadi guru di sekolah tersebut. Kelas X TKR adalah jadwal pertamaku. Ditto datang terlambat. Saya mencoba menahan emosi dengan meminta memo terlambat yang dititipkan oleh BK kepadanya. Dengan model siswa yang urakan dia melemparkan memo itu ke meja saya. Batinku mulai bergejolak. “Beginikah model pelajar saat ini?” Tanyaku. Tanpaku mengenal latar belakangnya bahwa ia seorang pemabuk, saya menjalankan langkah penanganan siswa bermasalah seperti yang diajarkan pada ilmu psikologi pendidikan waktu kuliah. Namun tak memberikan efek yang nyata padanya. Di setiap pertemuan ia selalu membuat masalah hingga kelas tidak kondusif. Karena rasa penasaranku yang tinggi, kuberanikan untuk mengajaknya mengobrol di saat jam istirahat nanti.
Di Ruangan itu hanya aku dan Ditto. Kutatap wajahnya yang penuh dengan tekanan. Air mukanya yang begitu rumit seakan menjelaskan padaku bahwa di pundaknya ada banyak masalah yang dipikul. Aku memberikan sejumlah pertanyaan kepadanya. Satu-persatu ia jawab dengan bahasa tubuh yang tak biasa. Rupanya kekerasan dalam rumah tangga yang dialami oleh ibunya, sejak ia kecil memberikan trauma yang mendalam padanya. Sosok ayah yang bijaksana tak ia temukan dalam hidupnya. Justru kebrutalan, kenakalan, dan penyesalan hidup yang ia lampiaskan pada setiap orang. Darinya aku paham, bahwa sejatinya tugas guru tidak hanya mengajar, namun mendidik dengan hati, memberikan kasih dan mencoba mengerti dengan kebutuhan mereka. Murid pertamaku ini, adalah guru terbaikku.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar