Beautiful Life. Inilah kalimat dalam sebuah gambar yang saya temukan pada beranda FB Arif Ma'sum. Seorang adik yang gigih dengan pilihan hidupnya sendiri. Kebebasan pilihan hidup ini membawanya pada dua kenyataan sebagai berikut : Pertama, dia menolak untuk meneruskan sekolah ketika baru duduk di bangku MTs/SMP. Kedua, dia suka membongkar atau mengutak-atik radio transistor bapak.

Inilah dua hal yang sering membuat kebanyakan orangtua marah, termasuk juga bapak. Pengalaman dimarahi bapak ini membuatnya harus mencari akal setiap kali selesai membongkar radio kesayangannya. Yaitu dengan cara menyembunyikan radio yang kondisinya sudah dia “acak-acak” di bawah kolong tempat tidur. Suatu ketika radio “acak-acakan” di kolong ranjang itu ditemukan bapak. Akibatnya, dia mendapat "hadiah" marah dari beliau. Begitu seterusnya, dia main “kucing-kucingan” dengan bapak. Begitu juga soal keengganannya bersekolah. Dia tetap tak bergeming dari pilihannya ini. Meskipun sering dimarahi bapak dan dibujuk berbagai pihak agar dia tetap bersekolah.

<span ';="" color:="" "="" >

<span ';="" color:="" "="" >Tapi beberapa puluh tahun kemudian, pilihan-pilihan Arif itu semakin mengokohkan kompetensinya di bidang elektronika. Dia berhasil membuka jasa service radio, TV, AC, dan Kulkas, hingga merakit antena parabola. Langganannya semakin banyak dari hari ke hari. Baik dari tetangga hingga ke beberapa daerah lainnya. Untuk mendukung mobilitasnya yang semakin banyak dan luas itu, dia merasa bahwa motornya sudah kurang efektif lagi digunakan untuk menjalankan usahanya. Lalu dibeli-lah sebuah mobil espass sederhana seharga 30-an juta.

<span ';="" color:="" "="" >

<span ';="" color:="" "="" >Selain usaha yang dirintisnya semakin mapan, dia bersama warga juga sukses menghidupkan kembali Mushalla wakaf para leluhurnya. Pada masanya-lah Mushalla untuk pertama kali digunakan sebagai tempat Shalat Id pada lebaran yang lalu. Shalat tarawih juga full hingga ke halaman mushalla yang menurut para tetangga mampu bertahan hingga akhir Ramadhan. Berbagai pengajian rutin mingguan juga diadakan, menggelar peringatan hari-hari besar Islam, dan juga berbagai santunan.

<span ';="" color:="" "="" >

<span ';="" color:="" "="" >Tiba-tiba pencapaian hidup Arif yang semakin tertata itu mendadak terhenti. Pada Rabu malam tg 8 Februari lalu, sekitar pukul 21. 30 dia mengalami kecelakaan tertabrak motor saat menyeberang jalan untuk membeli bakso untuk keluarga di rumah. Bahkan menurut para saksi, tubuhnya yang terpental oleh serudukan motor itu lantas disambar sebuah mobil yang melaju kencang. Akibatnya sangat fatal. Dia tak sadarkan diri. Dia mengalami koma hingga Juma't siang, dan ketika umat Islam sedang berbondong-bondong menuju masjid untuk melaksanakan shalat Jum'at, sekitar pukul 11. 40 dia “berangkat” menuju Tuhannya pada usianya yang ke 32 tahun, sambil tersenyum menyaksikan tempat kehidupan barunya yang indah tak terbayangkan. Keadaan Beautiful Life sebagai puncak keberhasilannya menata kehidupan sejak ia masih belia di dunianya yang fana.

<span ';="" color:="" "="" >

<span ';="" color:="" "="" >Selamat jalan adikku Arif Ma'sum. Kami semua bangga atas jejak-jejak hidupmu. Kau memang memilih tak bersekolah. Tapi kau tetap menjadi pembelajar yang tekun. Belajar dari pengalaman hidup dengan cara mencoba-coba, merawat bakat dengan tepat, dan berkolaborasi dengan banyak orang. Semoga atas semua upayamu itu, kau di sana benar-benar dapat memetik “buahnya” dan lebih merasakan betapa indahnya hidupmu untuk selamanya.