ALI FIKRI

Ali Fikri. Lahir di Mandailing Natal, 1 Pebruari 1977. Guru SDS 054 Muhammadiyah Hutabangun. 2007-2011: Redaktur Pelaksana Buletin Dinas Pendidikan Kab.&nbs...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kumpulan Puisi

Kumpulan Puisi

Karena hati itu juga tak menentu, maka bisa saja seketika cinta hilang bersama rindu. Bisa saja ada yang terluka karenamu dan kau tak peduli itu. Bahkan semakin dalam lukanya akan kian sekarat rindunya padamu dan akan semakin tak kau gubris itu. Pada situasi itu, bencimu mungkin menggebu. Dan tak mengapa buatnya, karena luka yang ia terima itu hanya sebagian kecil dari rencana pengorbanannya untuk kebahagiaanmu.

Dunia ini panggung sandiwara, kata lagu itu. Yang tidak bisa bersandiwara silakan turun dari panggung. Tidak ada tempat buat pemuja setia. Tidak diperkenankan para pembunuh rasa tinggal lama-lama. karena panggung ini adalah tempat meruahkan rasa walau harus melalui sandiwara. Maka terluka dan melukai itu hal biasa. Tapi tak usah khawatir! Karena barangkali saja para pendamba setia masih bisa meminta tinggal sementara. Pada waktu yang tak seberapa itu, kuburlah rasa yang kau bunuh itu selamanya. Sekalipun kau tak bisa menjaga hatimu dari ruhnya.

Masih kau dekap bayangku dalam maya. Kala takdir yang kita anggap tak berpihak itu. Telantarkan cinta kita entah dimana. Membangun sekat sejati untuk hati kita yang meronta buat sua. Membiarkannya hangus oleh rindu yang terus membara. Takdir yang tak menghiraukan asa melara. Tak mengapa, bungkus saja harapan ini hingga renta. Sisakan kenangan maya ini sekeping saja sekalipun kelak menjadi purba. Pada masa purba berikutnya, sembari menungguku, jemputlah kenangan dan harapan itu. Sebagai persembahan buatku saat tiba.

Masih juga kupintakan asamu di ujung do'aku. Kau pasti tak tahu. Dan andai kau tahu pun, pasti kau tak meyakini itu. Masih saja kupikirkan bahagiamu dalam segala keterbatasan itu. Bahkan tak jarang sesekali kusebut namamu kala sunyi menderu. Nah! untuk yang ini pasti kau kira pernyataan palsu. Itu terserah kamu. Yang pasti akulah tumbal risau dari segala keinginan untuk mebahagiakanmu.

Sekeping kenangan itu berkali-kali nyarismembunuhku. Tanpa bicara kau getarkan hatiku.Tanpa kanvas kau lukis mimpiku. Tanpa kertas dan pena kau tulis harapanku. Tak pernah kutepis kenangan itu. Tak juga aku mengelak setiap kali ia menghunjamku. Karena kenangan itu adalah kau. "Tusuk saja aku agar senantiasa aku mengenangmu!" kata puisi itu. Aku tetap mencintaimu.

Akulah yang menyentakkan malam hingga kau terlepas dari belenggu mimpi burukmu. Aku juga yang menyembunyikan potongan fajar dari langit itu, agar kelakkuhadiahkan untukmu. dan kau mungkin tak percaya, kalau hewan malam bungkam saat kuselipkan harapanmu dalam tengadah kedua tanganku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Waoww kereeeeennnn..... Baris-baris memukau yang mengantarkan angan dan bayang cinta. Salam kenal, salam literasi.

29 May
Balas

Trims, Bu Dwi! Salam literasi

29 May

Keren....Salam Literasi...

07 Jun
Balas



search

New Post