ALI ISKANDAR

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
SAWANANI
SAWANANI

SAWANANI

BAGIAN I

Disebuah kampung dikaki bukit tinggallah satu keluarga dengan seorang ibu bersama tiga orang anaknya, dua diataranya perempuan dan satunya lagi anak laki-laki. Dimana anak perempuan tertua bernama Uwo dibawahnya bernama Angah dan seorang anak laki-laki terakhir satu satunya bernama si Bungsu.

Kampung tersebut bernama kampung Atas Angin mungkin saja nama ini diberikan masyarakatnya karna sepintas memang suasana kampung tersebut yang masih banyak ditumbuhi pepohonan yang rindang serta memiliki aliran sungai yang sangat jernih sehingga terasa dingin dan terlihat sangat nyaman.

Kehidupan keluarga inipun sangat sederhanalah sekali, sang ibu membesarkan ketiga anaknya dengan menjadi tulang punggung keluarga karna sudah lama ditinggal pergi suami tercinta untuk selama-lamanya ketika itu si Bungsu masih berumur beberapa bulan, hidup dari hasil kebun yang menjadi warisan peninggalan sang ayah dengan lokasi yang berada cukup lumayan jauh juga dari rumah mereka tepatnya ditepi hutan daerah pinggiran kampung.

Kegiatan keseharian si ibu yang rajin bercocok tanam berangkat pagi dan pulang petang sehingga dengan usaha ini pula meski dikatakan tidak berlebih namun mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka, untuk urusan pekerjaan rumah tangga untung saja sudah bisa di bantu oleh Uwo dan Angah. Sementara si Bungsu setiap hari selalu menemani ibunya kekebun disana pula ia menghabiskan waktunya untuk bermain sementara si ibu bekerja dan setelah waktu petang tiba mereka kembali pulang bersama. Sehingga ternyata hal ini tanpa disadari telah memunculkan kecemburuan bagi Uwo terhadap adiknya siBungsu yang kelihatan selalu dimanja.

Pagi itu ibu terlambat bangun dan tidak berangkat kekebun karna kondisi badannya kurang sehat , pucat dan terlihat agak letih, sehingga si ibu memanggil Uwo untuk dapat menggantikannya hari itu pergi kekebun bersama Angah membantunya nanti dalam memanen hasil kebun mereka karna nantinya akan dijual dipasar hasilnya untuk pembelian kebutuhan hidup mereka lainnya.

Dengan sedikit agak kesal diraut wajah Uwo namun akhirnya bersedia juga menuruti perkataan ibunya untuk berangkat bersama Angah pergi kekebun, Namun sebelum mereka berangkat Si Bungsupun ternyata menangis pula minta ikut bersama mereka, walau sudah dilarang oleh ibunya untuk tidak pergi dengan harapan bermainnya dirumah saja namun rasa iba dan kasihan melihat sibungsu yang terus menangis dan merengek akhirnya meluluhkan hati si Ibu sehingga merasa tidak tega juga dan dengan berat hati akhirnya Ibu melepaskan kepergian si Bungsu bersama kakak-kakaknya sambil berpesan agar mereka menjaga adiknya dengan baik.

Kemudian mereka bertiga berangkat menuju kebun namun dalam perjalanan muncul pemikiran yang kurang baik dari Uwo untuk mencelakai adiknya si Bungsu hal ini disampaikannya kepada Angah dan Angahpun awalnya terkejut serta tidak terima kalau untuk melukai adiknya tersebut, namun Uwo membisikkan sesuatu ketelinga Angah entah apa yang diucapkan namun akhirnya kelihatan Angah menurut saja, hingga Uwo mulai melaksanakan ide dan rencananya.

Uwo dan Anga mengajak si bungsu terus berjalan sehingga melewati kebun mereka dengan alasan tujuan mencari kayu bakar terlebih dahulu kepada siBungsu yang terlihat menurut saja tanpa rasa curiga , ketika sudah agak jauh memasuki hutan mereka lalu beristirahat dan membiarkan si Bungsu untuk bermain dengan terlebih dahulu melepas baju sibungsu dengan alasannya agar baju tersebut tidak kotor selama bermain, hal ini dituruti saja oleh siBungsu dan dalam keadaan lengah karena asyik bermain itu pulalah Uwo dan Angah secara diam-diam meninggalkan si Bungsu sendirian di tengah hutan.

Uwo dan Angah jalan bergegas dibalik semak dan pepohonan dengan membawa baju si Bungsu yang kemudian baju itu mereka robek lalu dilumuri dengan darah ayam hutan yang tersangkut di jeratan sesaat didapat ketika mereka baru hendak keluar dari hutan tersebut

Sesampai dirumah Uwo dan Anga menangis dan berteriak histeris didepan pintu hingga menyebakan ibu mereka terkejut keluar dan menanyakan apa hal yang telah membuat mereka menangis tersedu-sedu. Uwo mulai mengarang cerita kejadian yang mereka alami Angah mengangguk turut meyakinkan bahwa ketika mereka sedang asyik bekerja dikebun mereka kehilangan si Bungsu sehingga mencarinya sampai ke pinggir hutan namun tidak dijumpai dan hanya menemukan baju si Bungsu telah robek dan berlumuran darah tersangkut di belukar kemungkinan telah diterkam harimau kabur lari ketengah hutan.

Mendengar cerita tersebut akhirnya si Ibu lemas jatuh pingsan terbayang wajah anak laki-laki harapan dan menjadi tumpuan hidup keluarga nantinya kini telah tiada. Setelah sadar si Ibu berdo’a untuk si Bungsu dan mencoba ikhlas melepaskan kepergian anaknya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren ceritanya Pak Ali Iskandar, barokallah

14 Aug
Balas

Mencoba pak, mohon masukannya

14 Aug

Cerita penuh inspirasi pak Ali. semangat literasi

14 Aug
Balas

Mksh pak

15 Aug

Belajar pak, mohon masukannya

14 Aug
Balas

Cernaknya keren pak. Inspiratif , semoga sehat dan sukses selalu

15 Aug
Balas

Mksh pak dicoba

15 Aug

Wah, kayak cerita Nabi Yusuf waktu kecil ya Pak,, bagus critanya, apa ada lanjutannya pak,?ditunggu ya,

17 Aug
Balas

Ok Siap

19 Aug



search

New Post