(Menertawa diri di tepi masa; Muhasabah)

Meski Two-kyo sudah menanjak 'Jelita', masih tampak tersisa keperkasaan di gurat-gurat wajahnya. Namun seiring usia yang semakin menyenja, ada-ada saja perasaan tidak nyaman yang menghinggapi tubuhnya. Bila bangun tidur, merasakan tengkuknya yang kaku, siang hari pindah ke pinggang yang nyeri tak terperikan. Malampun susah tidur karena kakinya terasa seperti mau copot, meski sudah di’kerok’ pakai balsem sekaleng oleh istrinya, Jian Raisin.

Malam itu terjadi pertengkaran sengit antara suami istri yang baru saja merayakan pernikahan peraknya itu. Bukan tanpa alasan kalau istrinya tidak mau memijit, karena siang tadi dia mencuci pakaian orang serumah, karena mesin cuci yang sudah rusak lima bulan. Lebih-lebih, dia terpaksa mengepel seluruh lantai karena ulah si miming yang buang hajat sembarangan dalam rumah berlantai tanah merah itu.

Mungkin karena saking penatnya, esok harinya sudah terjadi gencatan senjata. Sambil mengayuh sepeda roda tiganya lengkap dengan rumbai warna warni di jok belakang, Two-kyo membonceng istrinya pergi ke dokter. Setelah nunggu beberapa saat, tiba gilirannya masuk ruang praktik. Meskipun masih menahan rasa sakit, dia bertanya mengapa kaki kanannya sakit. Dengan kalem dokter menjawab, “Biasa, karena faktor 'U', bapak terkena reumatik.” Mendengar keterangan dokter, dia menyeletuk, “Ah, jangan bohong! Bukannya sama-sama tua, mengapa kaki kiri saya baik-baik saja?" Dokter : &?)&^$#$%^&*?

Grobogan, 16 Juli 2020

#Pentigraf (12)

#tantangangurumenulis_16_gurusiana.id

By: Mistersun