Sewangi Minyak Cengkihmu
Tagur10_menulis30hari_gurusiana.id
By: Ali Mahsun
Pagi itu, aku dan Fuad berjalan menyusuri jalan setapak yang diapit hamparan sawah yang mulai menguning. Gemericik air bernyanyi riang di bawah pematang seolah ikut larut dalam canda kami. Di sebelah kiri, sebatang pohon melinjo dahannya berdansa diiringi desah dedaunan yang menyanyikan lagu alam. Disebelah kanan, terhampar kebun cengkih yang menyebarkan aroma wangi menyapa hidung kami berdua.
Sayup-sayup terdengar cicit-cicit anak burung yang sedang disuapi induknya. Menambah riang suasana hati yang sedang kami rasakan. Pagi ini, kami punya janji dengan pak Sobari, seorang pengrajin minyak cengkih yang terkenal baik hati. Dan yang terpenting, dengar-dengar pak memiliki sorang gadis cantik bernama Aisyah yang sering membantunya di pabrik.
Gerimis yang mengguyur kampung ini tadi malam, menambah licinnya jalan setapak yang kami lalui. Jalan setapak yang sebenarnya adalah pematang pembatas sawah-sawah itu, semakin licin dengan bekas orang-orang yang melewatinya. Aku berjalan, terhuyung, terpelanting kesana kemari. Masih beruntung, kuraih ranting pohon kering yang tergeletak disisi jalan, dan kujadikan tongkat untuk bertumpu. Tiba-tiba dari belakangku terdengar ...
“Gedebug!, Aduh” Kulihat Fuad terpelanting jatuh, mengaduh sambil tangannya mencoba meraih-raih rumput sebagai pegangan. “Jangan cepat-cepat dong. Medannya berat kali.” Sambungnya sambil memegangi kakinya yang terpincang-pincang. Dia jatuh terpelanting, kaki kirinya membentur batu yang tersusun di sepanjang jalan setapak itu.
“Cuma memar sedikit, semoga di pabrik pak Sobari ada obatnya.” Kataku menghibur.
“Obat sih obat, tapi sakitnya ini bisa sampai satu minggu kali.” Jawab Fuad ketus sambil meringis tampak kesakitan.
“Ya, sudahlah! Makanya kaki ini, anugerah sang pencipta, harus selalu dilatih dan digerakkan” Jawabku sekenanya. Aku berjalan setengah berlari. Kupapah pundaknya dengan sebelah pundakku, kubawa ke tempat yang lebih datar.
Secepatnya kuraih pucuk ranting cengkih muda yang berada di atas kepalaku. Kutaruh di batu pipih yang dari tadi kududuki dan kutumbuk sampai hancur sehingga mengeluarkan air. Aku masih ingat, ketika praktik pelajaran biologi di laboratorium dulu, bahwa cengkih yang mempunyai nama Latin syzygium aromaticum ini memiliki sifat antibakteri yang mampu menghentikan infeksi.
Kuraih kakinya, kucoba untuk menaruh tumbukan daun cengkih muda itu di bekas luka kakinya. Tapi dia malah berteriak, “Jangan! Ntar sakit lo Sun.” Dia mencoba meringsut dan menjauhkan kakinya dariku.
“Enggak lo, Ad! Ini justru akan meringankan rasa sakitmu itu, kawan.” Jawabku sambil menyorongkan daun cengkih itu.
“Janji loh! Awas nanti kalau sakit. Besok lagi aku gak mau menemanimu lagi.” Ancamnya seperti anak kecil minta permen.
Iyaa, ini sementara saja. Semoga di pabrik nanti ada obat antiseptik.” Jawabku menghibur.
Fuad memang anak orang cukup terpandang di kampungnya. Aktifitas sedekat apapun selalu menggunakan kendaraan. Mungkin pergi ke kamar mandi saja yang tidak ia lakukan. Berbeda dengan aku. Aku sudah terbiasa berjalan kaki dengan medan yang kira-kira sama dengan kondisi jalan setapak di sini. Aku juga sudah terbiasa berjalan kaki menyusuri kebun jambu monyet di sepanjang jalan menuju kampusku di ujung bukit.
Mungkin juga dia termasuk anak yang selalu berada di zona nyaman. Karena anak tunggal, orang tuanya terlalu possessive sehinga menyebabkan dia menjadi manja. Dan sifat itu masih terbawa kesini, tempat kami praktik dan tidak bisa bermanja-manja.
Dari kejauhan, kulihat seonggok bangunan tua berdiri cukup jauh dari perkampungan. Dua batang pohon beringin mengapit bangunan itu, seolah-olah seperti kesatria penjaga yang kulihat di cerita-cerita komik yang pernah aku baca. Bangunan ini adalah pabrik penyulingan minyak cengkih milik pak Sobari
“As-salãmu ‘alaikum!” sambut pak Sobari. Sebetulnya jarak kami masih cukup jauh, tapi suara menggelegarnya terdengar jelas.
“Wa ‘alaikum salam.” Jawab kami hampir serentak.
bersambung....
Grobogan, 02/06/2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar