JIWA ORANG PINGGIRAN (T. 142)
JIWA ORANG PINGGIRAN
Gubuk kecil berdinding bambu telah jadi teman
Usia tua renta tak menyurutkan langkahnya untuk terus mencari penghidupan
Panasnya terik mentari tak lagi dihiraukan
Berjuang menopang hidup walau berjalan sendirian
#
Tetap tegar di tengah kejamnya kehidupan
Tubuh lusuh dan penuh tiupan debu yang tak terhindarkan
Tak perlu menunggu belas kasihan
Menjalani pekerjaan adalah sebuah keniscayaan
#
Tumpukan sampah adalah sebuah tujuan
Mengais rezeki dari barang bekas yang tak dimanfaatkan
Tak peduli risiko dan harus memanfaatkan peluang
Untuk menopang hidup penuh keberkahan
#
Menyusuri sepanjang jalan
Tubuh tua renta itu hanya pasrah dan terbebaskan
Kejamnya kehidupan memaksa untuk menghadapi tantangan
Sampai ajal datang
#
Sosok yang budiman dan dermawan
Bersembunyi di balik perut kelaparan
Jiwa riang dan ringan tangan
Menghindarkan dari jiwa penuh penindasan sebagai orang pinggiran
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Puisi keren
Sosok yang budiman dan dermawanBersembunyi di balik perut kelaparan. Salam literasi semoga sehat selalu buat Bapak Ali Mokhamad
Semangat perjuangan orang pinggiran sbg teladan siapapun bg yg dpt memaknai sebuah perjuangan hidup.
Semoga tidak terpinggirkan.Mantap puisinya. Salam literasi.