Di dalam perjalan pulang dari Bukittinggi ke Padang dan dari Padang ke Bukittinggi itu sering bersama dengan dokter Ris. Setelah panjang lebar bercerita dan dokter Ris telah menemukan solusi untuk putri sulung. Pagi berangkat ke Padang dokter Ris menyapaikan nantik sore saya telepon ustadz ya, kebetulan saya di panggil ustadz sama dokter Ris. Sebelum saya menjadi Apatarur Sipil Negara (ASN) saya dulu sempat mengajar di pasantre yang lamanya hampir lima tahun. Waktu itu saya sudah kenal dengan dokter Ris, tetapi hanya sebatas orang tua dan guru, kebetulan anaknya dua orang saya sebagai gurunya di pesantren dan juga sebagai pengasuh juga sebagai wali kelas anak pertama dan anak keduanya.

Panggilan ustadz itu sudah terbiasa sejak saya ngajar di pesantren sehingga saya juga tidak merasa canggung jika di panggil ustadz sama orang yang pernah menjadi wali murid saya sewaktu di pesantren. Siang itu saya sudah siap-siap untuk berangkat pulang ke Bukittinggi, seperti biasanya jam 14.30 saya biasanya dapat telepon dari dokter Ris yang mengabarkan jika bersama sama dia pulang ke Bukittinggi atau tidak bisa barengan karena ada operasi sore itu atau malam, jika hal itu saya juga sudah siap dengan travel yang lewat di depan sekolah. Tapi sore itu dokter Ris mengarkan tidak bisa pulang bareng hari ini, kemudia menyampaikan besok silahkan urus askenya di rumah sakit Achmad Mocktar Bukittinggi saya sudah hubungi teman saya disana tidak dokter kemaren, karena takut juga dengan dokter kemaren karena tidak menerima sarannya ada dokter Edi yang kebetulan saya kenal dengan beliau dan juga sahabat saya.

Besok paginya saya tidak pergi ke sekolah seperti biasanya, karena hari itu saya akan mengurus askes putri sulung ke rumah sakit. Dokter Ris berpesan setelah selesai nantik silahkan hubungi beliau. pagi-pagi saya sudah mengurus askes putri sulung dari dokter keluarga, yang kebetulan dokter keluarga sudah mengetahui tentang penyakit putri sulung sehingga tidak terlalu susah urusannya. Saya sudah mendapatkan rujukan dari dokter keluarga saya langsung bawak Putri Sulung ke rumah sakit Achmad Mocktar Bukittinggi untuk mendaftra sebagai pesien askes yang dulunya. Surat rujukan ini di keluarkan untuk rujukan Putri Sulung ke rumah sakit M. Jamil Padang.

Setelah antrian beberapa waktu tibahlah giliran putri sulung dipanggil untuk masuk ke ruang periksa, sesampai disana saya ceritakan seluruhnya sama dokter Edi, karena dokter Ris sudah menghubunginya akhirnya ceritanya langsung nyambung. Pada waktu itu putri saya tidak sempat diperiksa hanya mendengarkan cerita yang pernah disampaikan oleh dokter Ris dan cerita saya pada waktu itu. Tidak beberapa lama surat rujukan ke rumah sakit M. Jamil Padang di serahkan oleh suster kepada saya. Saya sangat senang sekali, Karena prosedurnya tidak terlalu lama, akhirnya jam 11.00 seluruh proses surat menyurat sudah selesai saya urus.

kemudian pada waktu tahun 2011 tahu namanya ASKES tidak BPJS seperti sekarang sehingga waktu itu jika kita menggunakan kartu askes suatu kebangaan bagi kita yang pegang karena yang pegang kartu ASKES keperlakukan agak sepesialis dari orang rumah sakit, karena mereka tahu yang punya kartu ASKES pasti meraka bukan orang sebarangan orang sudah otomatis meraka adalah PNS atau berasal dari keluarga PNS.kita yang pegang kartu ASKES merasa dihormati dan diperlakukan agak lebih oleh orang rumah sakit, tidak seperti sekarang. Sekarang sejak berubah nama ASKES menjadi BPJS yang punya BPJS tidak otomatis dia adalah ASN atau PNS bisa jadi dia berasal dari keluarga yang membayar setiap bulan istilanya BPJS mandiri, tetapi orang rumah sakit tetap memperlakukan sama dengan BPJS PNS, sehingga sekarang karu ASKES kuning itu sudah ditarik oleh orang pusat sehingga sama BPJS baik PNS ataupun tidak.