DI ANTARA DUA SISI (Tantangan ke -4)
Saya lihat telepon gengam ada tiga kali panggilan tak terjawab dari nomor tak di kenal, dalam diri saya jika sudah lebih dua kali panggilan berarti ini adalah penting. Tanpa pikir panjang saya telepon dengan nomor tersebut, tak lama berselang terdengar suara Asslamualaikum..pak, Wallaikum salam ucap saya..ya ini siapa ya? lalu saya bertanya, iko Inyiak pak, dalam diri saya inyiak kok inyiak ya..tapi suaranya laki-laki, karena saya orang Lubuk Basung biasanya panggilan inyiak itu adalah indentik untuk nenek-nenek atau perempuan, terlintas dipikiran saya bahwa inyiak yang menelepon tersebut adalah Inyiak Jorong, o.o iya nyiak maaf Inyiak nomornya tidak tersave, lalu dijawabnya betul pak ini nomor baru yang hanya untuk nelepon.
Maksud dan tujuan inyiak menelepon karena kekesalannya terhadap pengurus masjid yang tidak pernah koordinasi dengannya, setiap ada keputusan yang dijalankan selalu hasil keputusan pribadi tidak hasil musyawarah. Saya hanya bisa mendengarkan saja, karena seluruh keputusan yang di buat pengurus juga saya tidak tahu, walaupun punya jawabatan strategis di kepengurusan yaitu sekretaris tapi keputusan tidak pernah di musyawarahkan, jangankan sama sekretaris sama wakil ketua saja juga tidak diberi tahu.keputusan yang dijalankan hanya keputusan ketua dengan bendahara saja.
Apa yang disampaikan oleh inyiak saya sangat paham, karena sekalu pejabat nagari tidak di bawak ikut oleh pengurus masjid, seperti disampaikan inyiak saya ini ibaratkan presiden pak, ketua masjid adalah menteri agama, kan sepantasnya saya tahu dengan acara yang diadakan di masjid. Saya hanya sebagai pedengar saja, karena di dalam struktur kepengurusan nama saya selaku sekretaris umm. Semenjak di bentuk pengurus lebaran tahun kemaren yaitu 2019 hanya satu kali rapat pengurus dan itu juga terjadinya miscommunication dengan perangkat nagari.
Dua hari sebelum itu saya juga dapat pesan dari nomor baru, saya cek ternyata dari ketua masjid yang memerintahkan untuk membuat kupon sembako, saya ngak tahu juga kapan ini di bahas serta sembakonya untuk serta dari mana sumbernya saya ngak tahu. Ada rasa kecewa, hati ini malas untuk mengerjakan. Saya anggap sekretaris ini hanya tidak punya hak untuk bicara hanya sekedar tukang ketik belaka, picik kali pikiran ketua ini dalam hati saya. Tak berapa lama masuk lagi pesan dari bendahara menanyakan kupos sudah selesai atau belum? Saya langsung jawab sudah silahkan jemput, walaupun kupon itu belum saya rancang.
Setelah shalat shubuh, walaupun dengan setengah hati mengerjakannya, akhirnya saya kerjakan dan bendahara janji mau jemput ke rumah saya jam 08.00. saya masih punya waktu, timbul semangat untuk mengerjakan karena ini kesempatan saya untuk mengkonfirmasi ini semua sama bendahara. Pas jam 08.00 ibuk bendahara masjid datang kerumah, saya rencana awal hanya melayani di depan pintu saya karena mumpun lagi masa PSBB. Tetapi di luar dugaan saya ibuk e mintak untuk masuk kerumah untuk mengerjakan kupon serta menstempel kupon yang saya buat dan menanda tanganinya. Akhirnya saya persilahkan masuk kan lagi puasa ngak perlu repot-repot.
Sambil menstempel dan memotong kupo saya tanya sama ibuk E, rencana ini kapan di rencana kan buk? Kemudian ini program apa? lalu ibuk E jawab sudah seminggu yang lewat, trus saya bilang, ini program membantu masyarakat yang kena musibah Covid-19. Kemudia saya balik tanya apakah program ini sudah diberi tahu seluruh pengurus dan perangkat nagari? Ibuk e menjawab dengan santai sudah, trus saya belum puas dengan penjelasan buk E, saya balim bertanya, wakil ketua udah tahu juga buk E? e.e udah semuanya, kemudian saya balik bertanya sumber dana darimana? Buk E jawab dari sewa rumah mesjid dan wakaf dari masyarakat yang akan dibagikan sembako masin-masing seharga Rp 250.00. Mendengar jawaban yang disampaikan oleh buk E saya sampaikan nantik pekerjaan baik yang kita kerja, tetapi tidak hasil musyawarah nantik akan jadi masalah. saya kunci pernyataan saya sama buk E seperti itu.
Mendengar ucapan saya, buk E hanya bilang, nantik jika ada masyarakat yang protes kita cari lagi uang dan dibagikan, solusi yang tidak punya pertimbangan di sampaikan oleh buk E. mendengar hal tersebut saya hanya diam, karena saya juga bisa banyak komentar karena saya tidak pribumi hanya pendatang yang baru pindah ke kampung ini baru 4 tahun yang lewat. Kebetulan juga saya setiap waktu shalat di masjid dan sering ikut kegiatan sosial maka di percaya sebagai sekretaris umum. Kepengurus lama saya juga hasil sisipan pengurus tetapi tidak pengurus inti, hanya sebagai bendahara baitull mall, baitull mall ini salah satu seksi yang naik di tenggah jalan, sebelumnya belum seksi ini, hanya baru jalan 3 tahun dan saya bendahara perdana di baitull mall itu.
Sorenya saya dapat telepon lagi dari Inyiak jorong yang menanyakan data pembagian kupon serta siapa-siapa saja yang berhak mendapat, ini juga disebabkan protes oleh masyarakat ada yang layak dapat tidak dapat dan sebaliknya. Saya sampaikan sama Inyiak jorong saya udah bicara sama ibuk E, katanya ini sudah hasil musyawarah dengan perangkat nagari, mendengar hal tersebut inyiak malah semakin marah. Saya sampaikan walaupun inyiak marah sama saya tapi tidak akan memberi solusi, bagusnya langsung bicara sama ketua atau ibuk bendahara karena ini adalah keputusan beliau dan juga data-data ada sama mereka, walaupun saya sekretaris tapi saya tidak punya data. Bukan maksud untuk membersihkan diri, karena ini realitanya saya sudah berusaha untuk membela ketua tetapi dari segi lain saya takut juga diangap masyarakat ikut dalam komplotan kebokrokan dalam kepengurusan.
Salah satu sisi saya ingin juga membantu Inyiak jorong untuk mendapatkan data tersebut, disisi lain saya merasa tidak diikutkan dalam kegiatan sosial ini. Malam setelah shalat tarwih saya konfir sama ibuk E, karena beliau menyampaikan sama saya semuanya sudah di diskusikan tetapi kenapa seperti ini? Saya sampaikan bahwa komplen dari perangkat nagari karena ini tidak didiskusikan dan perangkat nagari mintak data, malah buk E bilang ngapain sama bapak konfrnya kenapa ngak sama saya? Singkat cerita beliau mengirim data dengan tujuan mintak bantuan untuk mengetikan agar lebih rapi, saya menyangupi hal tersebut.
Setelah shalat shubuh saya dapat pesan dari buk E suruh bawak data itu ke masjid jam 08.00 karena akan membagikan sembako sama masyarakat, karena saya tidak ikut proses ini dari awal, juga di lihat sama pengurus lain serta perangkat nagari juga ngak bagus. Setelah saya pikir ini akan jadi masalah, maka saya putuskan saya tidak bisa hadir karena ada agenda belajar online juga saat itu. Mampung ini ada kesempatan saya juga untuk menghindar dari hal ini, akhirnya buk E menyampaikan biar saya yang menjeput data itu nantik ke rumah bapak. Pas jam 08.00 datang buk E dengan motor kesayangannya berhenti di depan rumah saya, tampa turun dari motornya saya sudah menyodorkan data penerima bantuan sembako sama beliau. Sambil menyerahkan saya balik bertanya siapa saja yang datang, kata beliau berdua saja dengan ketua, walaupun ada tambahan nantik koordinator sosial yang akan diikutkan karena ini bukan agenda yang lain, juga bukan agenda nagari sambil jalan menjawab pertanyaan saya.
Selang waktu beberapa menit dari kepergian buk E, tedengar bunyi telepon gengam saya, saya lihat nomor telepon Inyiak jorong. Inyiak menkonfirmasi sama saya bahwa beliau sudah menemuhi ketua masjid dan menyampikan apa yang ia sampaikan sama saya. Hasil keputusan ketua masjid tidak mau mendengar saran yang disampaikan oleh perangkat nagari, saya datang bukan sendiri tetapi ada tiga orang berasal dari ketua KAN, katua pemuda dan saya ujar inyiak. Ketua masjid menyampaikan sama mereka ini bukan agenda perangkat nagari tetapi agenda masjid, perangkat nagari tidak bisa ikut campur urusanya. Di akhir teleponnya Inyiak menyampaikan mohon maaf sama saya, karena setelah lebaran ini pengurus mesjid ini akan di bubarkan sama perangkat nagari, karena yang memberi SK adalah Wali Nagari dan Jorong, maka siap-siap saja pengurus ini akan di bubarkan, tujuan inyiak menyampaikan sama saya agar saya tidak berkecil hati nantiknya dan tidak berpikran negative sama nagari, mendengar hal tersebut dalam hati saya lebih bagus seperti itu. Mesjid adalah bukan milik pribadi yang punya adalah umat Islam, maka dalam organisasi baik itu organisasi kemasyarakatan maupun organisasi dinas sebaikanya apa yang akan dikerjakan adalah hasil musyawarah dan mufakat dan tidak ego masing-masing yang di tonjolkan. Kemudian dalam kepemimpinan jika seorang pemimpin tidak mempunyai kapabilitas lebih baik mundur dari jabatannya karena akan merugikan orang banyak disebabkan ketidakmampuan kita.
Bukittinggi, 04 Mei 2020
Penulis [email protected]
gurumtsn12agam
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar