Moci sudah gelisah karena tanda-tanda melahirkan anaknya sudah mulai ia rasakan. Perutnya sudah mulai tidak bersahabat, rasa sakit, mual ia rasakan ini terbukti moci tidak nyaman duduk dengan tenang. Malam itu moci sudah tidak bisa tidur dengan nyenyak, buktinya pas pagi ia masih mondar mandir untuk memikirkan di mana tempat melahirkan yang pas serta siapa yang bisa membantu proses persalinan anaknya. Sore moci masih belum bisa nyaman serta tanda-tanda melahirkan sudah ada, tetapi moci butuh dukungan dari majikannya supaya ia diberi kekuatan melahirkan anaknya.

Sore itu ia mendekatkan diri dengan majikannya sambil bersuara, ia tidak peduli apakah majikan paham apa yang ia sampaikan atau tidak yang jelas baginya berharap ada pertolongan. Ternyata apa yang ia rasakan di rasakan oleh majikannya. Majikan membawa moci ke kasur empuk sambil mengelus-elus perut moci. Tak berselang lama kaki moci diangkatnya, majikan terus mengelus-elus perut moci, tampa terasa lahir anak pertama moci. Majikan moci masih tetap mendampingi moci, moci masih gelisah karena masih ia rasakan ada bayi yang belum ia lahirkan.

Maci sangat senang sekali, karena majikan memberikan semangat untuk moci, sehingga moci merasa nyaman di dampingi oleh majikan. Tampa terasa anak kedua lahir, maci masih ambil napas untuk melahirkan anak ketiga. Merasa capek dirasakan oleh moci, akhirnya moci keluar mencari angin segar. Tak berapa lama moci datang lagi dengan semangat 45, moci ambil posisi, ternyata masih ada bayi dalam perut moci, moci melahirkan anak keempat dan di susul anak kelima. Raut wajah moci terlihat sangat senang karena anak yang ia kandung sudah lahir dengan selamat, hingga kelima anaknya langsung diberi nama oleh majikannya karena anak moci sesuai dengan prediksi majikan yaitu anaknya anggora sehingga namanya moza, mozi, moze, moso dan moso disingkat keluarga 6 M.