Setelah di umumkan oleh MUI dan Pemerintahan Provinsi dan Daerah serta ditegaskan oleh Meteri Agama RI, bahwasannya tahun ini untuk shalat idul fitri di laksanakan dirumah saja, dan silatarurrahmi di lakukan lewat media sosial. Mendengar hal itu ada gundah jelas ada dalam diri kita masing-masing, tetapi di dalam kegundahan itu ada sicercak hikmah yang dalam diri kita sebagai orang tua. Biasanya kita sebagai orang tua, satu bulan atau satu minggu menjelang lebaran kita sudah disibukan dengan kegiatan membeli baju lebaran untuk anak-anak, sehingga ngak ada uang kita sanggup untuk pinjam uang untuk membahagiakan anak kita, kadang kita sebagai orang tua tidak tega juga jika tidak membelikan serba baru waktu lebaran itu, mulai dari pakaian dalam sampai sandal, sepatu, baju bahkan sampai tas kecilnya harus dibelikan.

Sedangkan para ibuk-ibuk biasanya sudah disibukan dengan kegiatan menumpuk kue lebaran untuk stok pada hari lebaran. Mendengar peraturan Kementerian Agama RI, ada surut langkah untuk itu, sehingga semangat untuk beli baju anak serta buat kue lebara pupus di dalam perjalanan, dalam satu sisi ada positifnya yaitu mengurangi pengeluaran. Saya bersama istri, jauh-jauh hari sudah pesan baju untuk anak bersama langgangan yang ada di Bandung, yang kebetulan itu teman istri, kami lakukan itu karena jasa pengiriman satu minggu menjelang lebaran tidak melayani itu biasanya.

Musibah Covid-19 merubah pola pikir masyarakat, terutama kami sendiri, yang namanya baju yang sudah di pesan otomatis itu tetap di ambil agar tidak mengecewakan penjual, sehingga istri tetap komitme ambil baju tersebut, dengan prinsif juga tidak terpakai lebaran, nantik juga bisa di pakai harian. Berhubung musibah yang menimpa duniah dan Indonesia, sehingga pengiriman barang tertunda, sehingga yang harusnya sampai menjelang ramadhan, akhirnya sampai baru tiga hari yang lewat. Kami punya anak tiga yang dua perempua, yang kecil laki-laki, yang dipesan cuma dua buah baju yang untuk anak perempuan saja, karena yang kecil karena tidak jadi shalat di mesjid kemana mau dipakai itu yang terbayang dibenak kami.

Kring-kring bunyi hendphon istri berbunyi dilihat dari nomor tidak dikenal, lalu diangkat oleh istri ternyata dari pengiriman tiki. Istri menunjukan denah rumah kami serta jasa pengantar tiki bisa antar langsung alamat. Setelah dapat telepon istri bilang sama anak kecil kami yang baru berumur 15 bulan. Itu ada telepon untuk ngantar baju kakak dan baju uni, tapi baju Ammar tidak ada yang nama anak ketigaku Ammar. Langsung dia rebahakan badannya denga nada cemberut, apakah yang disampaikan itu mengerti atau tidak, yang jelas di cemberut mendengar hal itu. Akhirnya dibilang sama umminya e,.e.Ammar tahu juga kamu ya?.e.e. Ammar masih cemberut. Pas dibukak paket yang telah dikirim, ternyata isinya berbeda dengan pesanan, akhirnya si kakak bertanya ummi, kok ada ini? coba lihat pesanan lain ada sama dengan yang kita pesan, lalu si uni dengan girang melihat sama umi teriaknya.

Setelah di bukak dengan hati-hati, tenyata di dalamnya ada satu paket yang tidak ada kita pesan, lalu berpikir ini salah kirim, setelah di cek ulang kami memberanikan diri untuk membukak, dan akhirnya di dalamnya ada satu baju koko untuk anak-anak. Lalu istri memfotokan dan mengirim sama teman yang penjual, setelah di balas whatshapnya ternyata itu untuk anak bujang hadiahnya serta bonusnya. Ammar mengetahui hal itu sehingga dia dengan girang mencobakan pakaian itu dan senangnya untuk difoto, ternyata betul rizki itu tidak berpintu kita tidak menduga serta tidak ada rencana untuk membelikan baju untuk anak kami, ternyata orang lain sudah memikirkannya.