SEMALAM DI KERETA (Tantangan ke-3)
Malam itu saya dapat kabar, ada teman yang akan pergi dari Sumatera Barat diundang juga simposium guru nasional yang sama dengan saya, tetapi mereka berdua sudah duluan ke Jakarta. Dapat kabar mereka naik kereta api dari Jakarta ke Surabaya. Terbayanglah bagi saya, begitu indahnya naik kereta api, saya juga belum perna hanya naik kereta api dari Kota Padang Ke Pariaman itu cuma satu kali pada waktu kuliah. Saya pikir jika harus ke Jakarta berarti harus nginap dulu di Jakarta besoknya baru berangkat ke Surabaya, tapi nginap dimana? dalam hati saya berpikir seperti itu. Terlitas wajah yang ganteng dan imut teman asrama waktu kuliah yang sudah lama tinggal di Jakarta dan dia tamat kuliah diterima di perusahaan terkenal di Jakarta.
Saya ambil hp saya untuk menghubungi Yaskur, dia dua tahun umurnya selisihya dari saya, dia sudah saya anggap seperti adik sendiri, kemudia saya teringat juga dia pernah menawarkan untuk pergi liburan ke Jakarta. Saya telepon Yaskur dan bercerita-cerita tentang naik kereta api bagus ngak Yas? Bagus juga da…nantik nginap da dirumah saya dulu, besoknya baru berangkat ke Surabaya. Mendengar tawaran Yas saya senang sekali, kemudian tiket sudah diambilkan sama dia walaupun nantik kita bayar ya, dia menawarkan dua pilihan. Uda mau ke Surabaya naik kereta ekonomi atau eksekutuf dan? Tanya yas kepada saya, melihat tarif yang dikirim Yas, saya pilih yang ekonomi aja Yas, karena tariff kereta api antara ekonomi dan eksekutif itu berkisar Rp 300.000, pada waktu itu ekonomi Rp150.000, sedangkan exsekutif hampir mencapai Rp500.000. setelah berbagai pertimbangan di sampaikan olehnya, jika da naik ekonomi nantik sampai di Surabaya, pinggang tidak bisa diluruskan selorohnya, lalu saya bertanya kok begitu? Iya katanya kursinya tidak bisa di atur untuk tidur hanya seperti itu saya sedangkan jarak antara Jakarta dan Surabaya ada 16 jam dalam perjalanan dengan ekonomi.
Akhirnya saya menurut apa yang disarankan oleh Yas, saya merangkat dari Bandara Minang Kabua pukul 17.00 dan sampai di Jakarta pukul 19.00. Yas sudah berjanji akan menjeput saya ke Bandara Soekarno Hatta. Turun dari pesawat selang beberapa menit saya duduk ternyata Yas sudah sampai di dekat saya. Kami sudah lama tidak bertemu tetapi sering kontak lewat dunia maya. Kami pernah ketemu di Jakarta tahun 2011 yang waktu itu saya membawa anak saya pergi berobat ke Jakarta yaitu Rumah Sakit Cipto, waktu itu ia masih bujangan sehingga ia lebih leluasa untuk selalu temanin saya di rumah sakit. Tahun 2012 ia menikah dan saya hadir dipernikahannya mempersunting gadis pilihan orang tuanya dengan istilah Pariaman pulang ka anak mamak.
Silahkan naik da ucapnya sama saya, ternyata beliau sudah jauh berbeda dari tahun 2011 yang saya pernah ketemu di Jakarta, saya dulu dijemput dengan menggunakan motor, sekarang sudah dengan mobil. Malam itu saya nginap dirumahnya, pagi-pagi dia sudah sibuk untuk berangkat kerja yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya. saya pergi di jam dinas makanya di masih kerja, kemudia dia bilang pagi ini kita ke kantor saya dulu nantik siang saya antar uda ke Stasuin Gambir kamudian saya juga sudah punya schedule pagi ini juga mau ke Kantor Kementerian Agama RI karena mumpung ke Jakarta bisa melihat informasi izin kuliah saya yang sudah hampir satu tahun belum keluar.
Setelah seluruh urusan saya selesai, saya di jemputnya untuk di antar ke Stasiun Gambir dengan menggunakan mobil dinas, dilihat jam sudah menunjukan pukul 12.10 waktu shalat zuhur juga hampir masuk, dia menawarkan saya untuk shalat di masjid istiqlal. Setalah selasai shalat karena dia siap zuhur ada agenda dikantornya, Ia mengantarkan saya lansung ke Stasiun Gambir. Tiket yang dipesan berangkat pukul 16.00, kemudian jam baru menunjukan pukul 14.00, masih ada tersisa waktu kira-kira 2 jam lagi. Bosan menununggu akhirnya saya putuskan untuk jalan-jalan di kota Jakarta yaitu ke Tanah Abang dengan memesan gocar. Sesampai di Tanah Abang putar-putar sebentar saya kembali ke Stasiun Gambir yang takut juga ketinggalan karena ini baru pertama kali, agar lebih cepat tidak terkena macet saya putuskan naik gojek.
Duduk-duduk di alte sambil menunggu keberangkatan saya bicang-bincang dengan penumpang lain, yang namanya kelas eksekutif berarti bisa kita bayangkan yang naik itu berasal dari kalangan ekonomi ke atas, walaupun saya tidak seperti itu. Semua orang membawa jinjingan yang isinya makan serta minuman, saya malu juga untuk bertanya untuk apa bawak seperti itu, akhirnya saya beranikan diri bertanya sama bapak yang ada disamping saya, kata beliau nantik di kereta api yang perjalanan 14 jam lapar, di atas kereta tidak ada makanan yang enak kemudia juga mahal. Saya lihat jam tanggan waktu cuma tersisa 15 menit untuk naik kereta. Akhirnya saya bisa membeli 2 buah donat dan satu botol air meniral karena sudah diumumkan penunpang harus menaiki kereta.
Lihat tiket tertulis G 02 artinya gerbong 2 saya menaiki gerbong dua, sesampai di atas kareta api, saya lihat kantong donat yang baru saya beli ngak kelihat, buru-buru turun ternyata tinggal di atas kursi menjelang naik kereta api. Semua penumpang duduk berdua-dua, saya nasib baik atau malang ngak tahu juga dari seluruh penumpang cuma saya yang sendiri, pada saat itu merasa malang karena tidak bisa bercerita dengan orang lain, saya butuh cerita karena belum pernah ke Surabaya dan turunnya nantik dimana saya juga ngak tahu. Shalat ashar saya udah zamak dengan zuhur, saya lihat jam pukul 18.40 berarti sudah waktunya untuk shalat magrib, saya tayamum di atas pesawat dengan niat jamak qashar dengan isya. Setelah shalat saya menikamti perjalanan malam itu, tak beberapa lama perut saya sangat lapar karena jam sudah menunjukan pukul 21.00 jamnya makan malam, saya hanya bawak bekal donat saja dua buah. Saya makan donat sehingga tidak ada yang bersisa, saya coba untuk memejamkan mata, karena saya lihat semua orang sudah tidur.
Mata saya tidak bisa dipejamkan karena saya takut ketiduran, jam 22.00 perut terasa lagi lapar karena suasana sangat dinggin sekali, penjual yang ada di atas kareta api tiap menit menawarkan makanan, ada nasi goreng, ada nasi padang, juga ada mie serta minuman lain, saya tanya harganya satu bungkus Rp50.000, air aqua saja harganya Rp15.000, mau tak mau saya harus beli, karena tidak tahan perut sudah mulai tidak bersahabat. Saya pesan nasi Padang, karena orang Padang, dimana pun selalu pesan nasi Padang, saya lihat nasinya hanya satu sendok besar dan satu potong ayam di tambah sayur, duh begitu mahal sekali pikir saya.
Selang dua jam mata juga belum mau tertidur, walaupun posisi tempat duduk sudah dirumah seperti tempat tidur juga selimut sudah disediakan tetapi karena hati maresa was-was mata ngak mau dipejamkan. Perut mulai lagi tidak bersahabat karena nasi yang dibeli yang porsinya sedikit sekali, akhirnya saya pesan nasi goreng yang harganya hampir sama, saya makan dengan lahap, setelah selasai makan, saya mau ke kamar kecil, kebetulan saya berhadapan denga seorang anak muda yang umurnya jauh dibawah saya, saya tanya ke Surabaya jam berapa sampainya, pemuda itu jawab nantik pukul 06.00 pagi pak. Kembali dari kamar kecil perasaan takut untuk tidur sudah sedikit agak berkurang, saya putuskan untuk tidur manikmati malam di atas kereta api.
Merasa mau ke kamar kecil lagi suasana sangat dingin, otomatis sering kekamar kecil itu bukan saya saja, seluruh penumpang, bolak balik ke kamar kecil. Saya lihat jam tangan saya menunjukan pukul 03.00 dini hari. setelah itu mata tak mau tidur saya putuskan untuk tayamum lagi melaksanakan shalat tahajud malam itu. Setelah selesai shalat brosing di geogle map berapa lama lagi perjalanan ada 3 jam perjalanan, saya lihat stasiun di Surabaya stasiun Gubeng, saya duduk-duduk sambil menikmati tuk-tuk bunyi kereta api, tak berapa lama saya melaksanakan sahalat shubuh. Setelah shalat shubuh mata saya lihat kiri,kanan manandakan sudah mulai bosan karena pingga serta kaki sudah mulai tidak bersahabat, waktu dalam perjalanan sudah hampir 14 jam perjalanan. Tak lama kemudia kereta sampai di stasiun Gubeng saya lihat jam memunjukan pukul 06.00 pagi, saya buru-buru turun walaupun dalam keadaan sempoyongan karena kurang tidur semalaman, ternyata enanknya naik kareta api itu tidak menempuh jarak yang cukup jauh atau pergi bersama kelurga.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Wah mantap pengalaman nya pak
pengalaman yang tak terlupakan..salam literasi buk
menikmati banget tulisan bapak, ingin juga merasakan hal yang sama ke Surabaya naik kereta tentunya pakai bekal biar tidak kelaparan. hehehee. salam literasi
Mantap dan keren pengalamannya, pak?
Maksih buk
Pengalaman guru terbaik mantap....
mksih buk
Pengalaman naik kereta api dengan jarak jauh pak ya...tentunya ada perasaan sangat was-was....hehehe.Saya juga belum pernah.Salam literasi.
betul buk..dak.duk duk janutung sama seperti bunyi kereta buk..salam literasi buk