Ketiga anakku sama saja, itu yang terlontar dari mulut buk Sakinah. Buk Sakinah sejak suaminya meninggal tujuh tahun yang silah, tak berapa setelah itu ia pergi meninggalkan rumahnya dan tinggal sampai sekarang di rumah anak perempuannya yang paling besar. Rumah yang ia bangun bersama suaminya di huni oleh anak perempuan yang paling kecil. Buk Sakinah yang mempunyai 9 orang anak, anak yang pertama meninggal dua puluh lima tahun silam, anak yang kedua meninggal enam tahun silam yang berjarak hanya satu tahun dengan suaminya trus anak kelima meninggal tak jauh jaraknya dengan anak pertamanya sedangkan anak yang ke enam meninggal sebelas tahun silam.

Sekarang buk Sakinah mempunyai lima orang anak yang terdiri dari tiga perempuan dan dua laki-laki. Semuanya sudah berkeluarga dan buk Sakinah sudah memiliki cucu. Kehidupan buk Sakinah cukup mapan karena hasil paneh kebunnya yang dulu di olah oleh suaminya. Sedangkan ketiga anak perempunya berusaha agar uang yang di miliki oleh buk Sakinah mereka kuasai. Segala cara ia lakukan agar keuangan orang tuanya berpindah tetangga ke mereka.

Sekarang buk Sakinah sudah tua, umurnya sudah lebih dari delapan puluh, anak- anak perempuannya janganlah ditanya untuk membantu, tetapi ia akan berusaha agar keuangan itu bisa mereka dapatkan. Ini juga dilakukan oleh pihak menantunya terhadap dirinya. Anak laki-lakinya ikut memberikan bantuan jika buk Sakinah kekurangan uang. Buk Sakinah sekarang berpikir kenapa anak-anaknya seperti itu? Apakah dia sama suaminya yabg salah didik waktu kecil? Ataukah lingkungan baru bersama suaminya yang seperti itu? Atau memang dari dulu seperti itu. Sekarang buk Sakinah hanya bisa berdoa semoga anak-anaknya sehat semuanya.