Alin

Tidak ada yang mudah tetapi tidak ada yang tidak mungkin...

Selengkapnya
Navigasi Web

Biarlah waktu yang menjawab semua

Tuhan tidak pernah menciptakan hati manusia untuk mengetahui apa yang ia saling rasakan terhadap sesama. Tuhan hanya menciptakan perasaan dan akal untuk bekal kehidupan umat manusia. Mereka dibekali akal supaya dapat berfikir jernih tentang baik buruknya suatu hal. Namun manusia juga diberikan perasaan agar mereka saling menyayangi dan mengasihi terhadap sesama bukan? Manusia sering menganggap bahwa mereka memiliki banyak keterbatasan atas perasaan yang ada didalam setiap batin. Kita tak pernah mengetahuinya apa yang orang pikirkan tentang kita, entah pemikiran yang sepantasnya maupun tidak. Nah jangan pernah anggap hal itu sebagai keterbatasan kita untuk tidak mengatakan apa yang sejujurnya.

Semestinya manusia tahu mana yang batil dan mana yang lurus karena sudah dibekali pikiran yang jernih tanpa noda. Namun tak semua insan dapat jujur dengan dirinya sendiri, terlebih memendam perasaan kepada seseorang yang sangat ia sayangi. Ada seseorang yang sangat kuat memendam perasaanya tanpa sepengetahuan siapapun bahkan kerabat ataupun orang terdekatnya, seperti menggukir tulisan pada batu yang keras, tak mudah rapuh walaupun terguyur tetesan air hujan yang sangat deras. Ada pula seseorang yang memang terbuka dengan siapa saja. Ia akan menceritakan kejadian-kejadian sekecil apapun pentingnya kepada orang tersayangnya. Banyak orang yang belum mengenalnya menganggap orang ini masih kekanak-kanakan dan tidak bisa jaga image. Biarkan orang berkata sejujurnya yang mereka mau, toh itu hanya opini mereka yang tak tentu keberannya. Jangan diambil pusing setiap orang memiliki kebebasan berpendapat. Kalau itu pendapatmu aku tidak peduli. Aku hanya memikirkan masa-masa indah yang akan hadir dalam hidupku agar kebahagiaan kan selalu datang.

Seperti aku yang pernah mengenalmu lebih dekat di saat itu. Jujur aku sangat bahagia atas kehadiran dirimu yang pernah dekat denganku. Mungkin waktu yang membawaku kealam itu. Awal mulanya aku tak pernah mengenalmu, padahal waktu pernah mempertemukan kita. Kita tak saling kenal tak saling sapa dan tak saling memperhatikan. Padahal diawal kita jumpa kita masih sama duduk dibangku SMA. Saat itu aku pernah seruang ketika ujian semester. Dia yang kebetulan merupakan salah satu kakak kelasku waktu itu tak pernah mengenalku juga. Mungkin kita masih sibuk dengan tugas masing-masing. Aku orang yang memang cuek tak pernah mempedulikan orang-orang yang tidak ku kenal disekitarku. Akupun tak seperti dia yang suka memperhatikan sekelilingnya satu persatu. Aku orang yang sangat acuh terhadap suatu hal, bahkan bisa jadi hal sepenting apapun itu kalau bagiku tidak penting aku tidak peduli. Aku hanya akan mempedulikan orang-orang terdekat dan yang aku kenal saja.

Aku mulai mengenalmu sejak waktu yang mempertemukan kita. Sejak kita menumpang kereta dengan tujuan yang sama. Saat kita jumpa bermain bersama tanpa sengaja. Kau diajak salah seorang temanmu yang merupakan temanku juga. Aku hanya diam dan tak mempedulikan siapa saja yang ada disekitarku. Bahkan di stasiun kereta api yang merupakan salah satu tempat umum pun aku tak menghiraukannya. Aku mencium pipi ayahku yang tandanya aku sangat sayang dengan keluargaku terutama Ayahku. Entah diperlakukan seperti apapun kalau sudah sayang ya tetap saja sayang susah hilangnya karena kasih sayang itu tulus adanya. Bukan cinta belaka, menurutku sayang itu jauh lebih mendalam ketulusannya berbeda dengan cinta. Cinta akan diberikan kepada sesorang yang hanya ia suka, selebihnya cinta itu bisa tiba-tiba menghilang jika orang itu sudah tidak suka lagi. Seperti layaknya orang-orang pacaran, banyak dari mereka berkata aku cinta kamu. Lalu keesokan harinya cintanya sudah jadi abu. Hahaha lucu sekali bukan? Kasih sayang akan tetap tumbuh kekal abadi dalam aliran darah pada tubuh ini. Aku orang yang tidak mudah memberikan kasih sayangku kepada semuanya. Terlebih pada sosok yang tak asing lagi walaupun baru aku mengenalnya pertama kali. Tidak mudah dan tidak cepat aku memberikan kepercayaan itu.

Ketika dikereka aku lebih memilih duduk dipojok dekat kaca dengan tujuan agar aku tak mengganggu kenyamanan penumpang lain jika aku tertidur. Dia orang yang baru aku kenal duduk menghadapku dan disamping para gadis yang cantik. Aku suka tidur tapi tidak benar-benar tidur, hanya memejamkan mataku agar tak penat dan lelah membisu tanpa tahu harus melakukan apa. Semua orang kelihatan sudah tertidur karena suara tak lagi terdengar ditelingaku. Aku bergegas membuka mata lebar-lebar. Astaga yang aku temui dia sudah pindah tempat duduk sederet denganku namun terpisah dengan seorang perempuan yang duduk disebelahku. Dia tidur sangat dekat dengan perempuan itu sehingga saling bersandar. Dalam hatiku astagfirulloh aku tidak mau melihat hal-hal negatif, saat itu juga aku berfikir dia laki-laki yang kurang baik dan kurang sopan memperlakukan perempuan walaupun aku tahu itu dalam kondisi tidur. Aku berfikir bahwa memang mayoritas pria suka modus dengan wanita. Saat itu juga aku kurang suka dengan sikapnya. Walaupun mungkin itu hanya kebetulan saling sandar ketika mereka tidak sadar karena kelihatannya tertidur pulas.

Aku masih ingat betul ketika kereta tiba pun dia tidak mengalah dengan prempuan, dia mendahuluiku untuk naik dalam kereta. Saat itu aku perempuan sendiri dari rombongan yang hendak menuju ke setasiun tawang. Aku lebih banyak diam ketika sampai tujuan stasiun pasar turi. Aku diam karena aku merasa belum nyaman dengan mereka. aku baru mengenal mereka semua untuk pertamakalinya kecuali temanku tadi. Jika aku nyaman aku akan memilih lebih banyak bicara kecuali capek. Aku diajak ngobrol dengan pria itu akupun menjawabnya dengan biasa saja seperti orang yang ramah kepada semua, padahl tidak dalam hatiku kamu ini pria yang menyebalkan, yang tidak aku suka sudah diam jangan ajak aku bicara lagi. Lama-lama obrolan kami nyambung. Aku tahu dia pria yang pandai berbicara jadi mudah baginya untuk mengenal semua orang yang baru ia kenal. Aku merasa ilfil kalau teringat ia saling sandar, aku takut kalau dia melakukan hal yang sama terhadapku. Untuk itu aku sangat ketakutan dan jaga jarak duduk berjejeran dengan pria itu.

Ketika sampai tempat wisata dia asik foto-foto. Hi menyeramkan saja bagiku melihat pria yang hobi foto. Entahlah saat itu aku benar-benar sensitif dengan semua hal yang ia lakukan. Ketika di taman nasional baluran ada waktu yang menyempatkan untuk foto bersama. Dia tiba-tiba mendekat dan berada di depan ku, aku sangat kesal kepadanya. “Kenapa sih satu orang ini menyebalkan, foto nutupin aku?” batinku.

Tetapi sebenarnya aku merupakan orang yang tidak tega terhadap sesama. Saat perjalanan pulang menuju kota kami, aku sangat kasihan dengannya gara-gara dia kelaparan. Wajahnya sangat melas sekali. Saat itu aku baru memulai berfikir positif dengannya. Entah aku memang orang yang aneh. Lambat laun aku dekat dengan orang itu. Entah kenapa akupun tak tahu sampai dengan sekarang.

Aku mulai nyaman dengannya, kita mulai sering chat dengan membahas hal-hal yang tidak penting. Hingga aku mengetahui kesibukannya dan aku merasakan dia memang benar pria yang baik. Kau berbagi foto dengan kegiatan yang kau lakukan. Maaf aku sudah salah sangka terhadapmu. Januari kemarin kita sering bertemu, walau hanya setiap seminggu. Berawal kue yang kau antarkan untukku, hingga perpisahan yang tidak aku mau. Ya terimakasih sudah mengajarkan ketika ada sebuah pertemuan pasti akan ada sebuah perpisahan . terimakasih semua yang telah kau berikan padaku.

Kamu sering berkunjung kerumahku, kita bertemu di cave pingir jalan, aku diajak kamu meeting dengan rekan bisnis mu, aku menemani kegiatan renangmu dengan siswamu, aku jalan dengan mu, aku ikut kerumah dosenmu, kita menginap dirumah temanku, tentunya dikamar yang berbeda. Aku kondangan ditemani kamu. Semua itu hanya denganmu, kamu suka marah dengan ku. Aku tahu marahmu, aku tahu pedulimu, aku tahu semua tentang mu, tapi aku kadang baper dengan sikapmu. Aku masih ingat semua kejadian itu. Tak mudah untukku melupakan semua itu. Walaupun kamu hanya teman bertemu karena waktu aku sangat nyaman denganmu.

Kamu bukan pacarku, tetapi aku pernah berharap akan hidup bersama-sama dengan mu. Rasanya aku lucu sekali. Aku seperti perempuan yang tak memiliki harga diri. Aku bukan siapa-siapamu tapi aku maunya denganmu. Banyak orang yang bilang kamu itu tak pernah menyukaiku, kamu hanya ingin bermain-main denganku, kamu tidak serius denganku. Kamu masih menyeleksi banyak wanita diluar sana. Ah bodoh sekali rasanya aku waktu itu. Kenapa aku tak bisa berfikir jernih saat itu. Mungkin orang-orang itu benar dan aku masih aksyik dengan duniaku sendiri.

Aku sering cerita soal kamu dengan mbak mu, dengan ibuku, adekku dan mungkin ayahku juga pasti tahu. Ketika kita masih dekat banyak pria yang datang menghampirku, tapi aku tidak mau, bukan pd ya karena banyak yang mau, aku juga heran kenapa mereka mau denganku, aku hanya gadis biasa yang tidak banyak gaya hidup juga sederhana, tidak cantik seperti wanita pada umumnya yang berbadan tinggi, langsing dan putih. Aku bukan wanita idaman para pria. Aku menolak semua peria yang ingin mendekatiku, aku hanya menginginkan mu dan terus bersamamu. Tapi semua iu berkhir tiba-tiba ketika adekku memngirimkan photo mu dengan wanita lain, yang ternyata hasil dari penjelasanmu mereka siswa mangangmu. Aku masih sulit percaya saat itu, aku berfikir kalian menjalin hubungan asmara dan kau membohongiku. Ketika aku berjuang mengumpulkan rupiah demi untuk memberikan sebuah bingkisan dihari bahagiamu saat itu yang tepat pada tanggal 28 februari. Kau ulangtahun di tanggal itu. Masih ingat tidak ketika itu aku marah denganmu. Kita bertemu di warung yang sama dengan janjian. Sampai akhirnya warungnya mau ditutup karena kamu menyuruhku menatap bolamatamu. Kamu pasti tidak tahu apa yang aku rasakan saat itu. Aku malu aku takut kalau kamu tahu perasaanku pasti bakalan kebesaran kepala.

Aku masih malu-malu dan mengintip dengan jari-jariku. Kemu lucu sekali ketika kesal denganku. Kamu menyamakanku dengan anak didikmu yang masih SMP, katanya kalau disuruh susah. Saat itu memang aku bingung mau ngapain. Dan aku sebenarnya pura-pura marah denganmu, agar kamu merasakan bahwa dimarahi orang itu tidak enak. Aku menahan tawa kecilku saat itu. Aku mutah karena kamu paksa makan mie, kau tahu bukan aku tak suka.

1 maret lalu kamu resmi menjauhiku. Rasanya ini semua tidak adil bagiku. Kamu menyudahi kedekatan kita dengan sepihak. Mungkin benar kamu sudah mendapatkan seseorang yang kamu mau selama ini. Kita memang jarang chat tapi aku fine-fine aja. Aku teringat ketika kau mengulurkan kelingkingmu untuk berjanji denganku agar kita tetap baik-baik saja. Kamu bilang denganku, katanya “kamu pasti habis ini bakalan menjauh dariku, enggak mau kontakan lagi denganku. Aku minta maaf jika aku sudah membuatmu kecewa dengan sikapku.” Kau berulang kali menjelaskan bahwa wanuta itu adalah anak didikmu ketika magang. Dalam hatiku Aku terawa terbaha-baha kamu bisa meminta maaf juga ternyata. Aku tidak bisa marah denganmu aku tak tahu kenapa. Kesal mungkin iya tapi tidak bertahan lama. Hanya perasaan nyaman yang ada walau tak saling wa.

Siang hari ketika kita hendak akan nonton dilan 1991, ada ada tingkah yang unik yang konyol bagiku. Kita beradu pendapat dahulu, mungkin butuh kesabaran yang ekstra juga bisa jalan bersama. Kamu keras kepala dan aku juga tapi akhirnya aku selalu mengalah menghadapi sikapmu itu. Aku menyuruhmu menjemputku dirumah dan kamu menolaknya, kamu memberikan opsi lain untukku. Kamu menyuruhku menitipkan sepedaku di tempat biasa penitipan di daerahmu. Aku sebenarya jengkel kenapa kamu tidak menuruti permintaanku. Katanya temanku kalau kamu suka denganku apapun yang aku minta pasti akan diberi. Tapi kamu tidak. Aku menyimpulkan bahwa kamu memang tidak suka denganku. Ternyata alasan mu juga masuk akal. Kamu berkata denganku katanya jarak rumahku dengan cinemanya apa dekat mampu dijangkau dengan waktu 30 menit, lagian jika hendak nonton kan jalannya melewati tempat penitipan sepeda yang biasanya. Kamu meluangkan waktu dari tempatmu kerja yang jaraknya tidak dekat karena luar kota dan mau pulang untuk siapa? Aku sadari itu seharusnya aku tidak egois memikirkan pendapat temanku.

Dari perjalanan hingga selessai nonton kamu hanya diam saja, aku tahu itu tandanya kamu lagi marah denganku atau jengkel juga bisa. Setelah selesai nonton kamu berkeinginan untuk segera pulang aku tak tahu, apa hanya berfikiran kamu tak ingin jalan denganku lama-lama karena kamu sedang marah. Aku tak ingin pulang karena sekalian di kota aku ingin membeli sepatu baru, karena sepatuku sudah tak layak pakai. Maksutnya jebol. Sebenarnya aku bukan orang yang suka menjajakan uangku untuk membeli barang branded. Tapi karena kebutuhan yang mendesak untuk itu aku membelinya. Kamu semakin marah dan mendiamkan aku saat itu. Kita pun jalan sendiri –sendiri. Tapi aku tahu marahmu tidak akan bertahan lama. Aku mencoba meyakinkan hatiku yang sedang kacau, melihatmu marah aku ketakutan. Hingga malam tiba kita masih berada di CL. Saat itu mau pulangpun masih hujan deras dan aku tidak membawa mantol karena ketinggalan di jog sepeda. Apa boleh buat dari pada aku dan dia hanya berdiam, aku mengalah usil terlebih dahulu. Aku menyuruhnya melihat cewek cewek cantik yang ada di halaman CL sambil menunggu hujan reda. Banyak percakapan saat itu tanda suasana agak cair. Kemudian aku tinggalkan dia sendirian bersama satpam penjaga pintu. Aku masuk kedalam untuk menghangatkan tubuhku dengan membeli ice cream. Tapi aku sengaja hanya membeli 1 bukan karena biar terlihat romantis dibagi dua dengan dia, tapi uangku tak cukup untuk membeli 2 haha. Aku keluar sambil aku sodorkan untuk dia cicipi terlebih dahulu “mau?” kutanya padanya. Ia hanya menggelengkan kepala tapi setelah ku ulurkan sesendok ice krim dia lahap. Ya salam aku ingin tertawa rasanya. Setelah itu dia bilang kepadaku, beli cuman satu. Kujawab asal “aku tak tahu kalau kamu mau”. Katanya “kamu enggak bilang kalau mau beli.” Akupun tak kehabisan akal. “kamu juga tidak bilang kalau mau nitip”. Haahaa obrolan macam apa itu, sebenarnya enggak penting tapi aku menganggapnya lucu, mungkin bagi dia enggak bahkan mungkin menyebalkan habis adu pendapat mulu. Sebenarnya perberbedaan itu tidak dapat disatukan namun untuk saling melengkapi.

Saat itu aku merasa dunia hanya milik aku dan dia. Aku tak peduli jika ada manusia lain yang berada disana selain kita. Aku hanya menikati hidupku yang saat itu masih dekat denganmu. Apalagi saat makan bakso dirumah tanteku yang kebetulan saat itu aku tahu kamu sedang kelaparan. Kamu tahu aku tak suka dengan mie, dalam bentuk kemasan apapun itu. Malam itu aku memperlakukanmu layaknya raja yang ingin selalu dilayani dan dihormati. Padahal aku hanya menyiapkan segelas minuman untuk kau minum dan mencucikan piringmu.

Kau tanyakan padaku tentang sebungkus bakso yang masih tersisa dalam plastik. Aku tahu kamu masih lapar tapi aku melarangmu untuk memakannya. Aku juga tahu rasa mi itu masih agak belum matang, sehingga kau ingin membaginya denganku. Aku tolak langsunglah. Kataku aku hanya mau bakso yang ada dalam mangkuk kuahmu, aku mau mengambilnya darimu, ternyata kau lebih dulu paham apa mauku. Kau angkat mangkuk itu terlebih dahulu agar aku tak dapat mengambilnya bukan. Dengan kau mengatakan sesuatu dari mulut manis mu itu, enak aja.... aku terima ajalah apa yang kau lakukan kepadaku saat itu. Mungkin karena tidak tega melihatku yang melas kau memberikan separuh dari sebutir bakso itu untukku. Aku senang kau membaginya untukku. Namun setelah aku mengunyahnya kau bilang. “padahal bekas gigitanku hi kok mau sih?” aku tahu pasti kamu bercanda bukan tapi aku pura-pura meladeni apa yang kau katakan tersebut biar hatimu senang dan aku mendapatkan pahala karena sudah membuatmu bahagia. Aku pura2 ingin mengembalikan kunyahanku padamu, terlihat lebih jorok ya kan? Kau terlihat menanggapiku dengan serius. “sudah dikunyah mau dibalikin? Telan sekalian dong!” Tanpa berpikir panjang aku langsung menelannya dengan lahap. Tiba-tiba kau bercerita kepadaku, katanya kamu diberati orangtuamu. Aku tak habis pikir saat itu kan kamu sedang bersamaku bagaimana orangtuamu memberatimu? Rupanay kau sedang tidak bercanda, kau mengatakan kalau kamu jika sudah berkeluarga nantinya akan tetap tinggal bersama orangtuamu. Aku tidak tahu kamu itu minta pendapatku atau bercerita denganku. Aku tidak tahu menanggapinya salah atau tidak, yasudah nurut aja sama orangtuamu kan itu lebih baik.

Masih lapar sebenarnya ketika pamitan untuk segera pulang, sehingga membuatku ngantuk dijalan ketika aku memboncengmu. Kamu tidak tahu aku mengantuk dibelakang tanpa pegangan apapun aku taku kamu memodusiku. Makanya aku tidak pegangan. Aku juga tidak takut kalau sampe aku terjatuh dari boncenganmu. Pasti kalau aku tidak ada di jog belakangmu kamu bakalan pergi mencariku lagi. Kamu mungkin sangat jengkel kalau tahu aku orangnya aneh seperti ini.

Setelah kejadian itu aku tak lagi bertemu denganmu yang seperti dulu. Kamu benar-benar berubah derastis, kamu seperti power rangers. Mendadak menghilang dan sangat cuek denganku. Aku berpikir kamu menjarak denganku. Aku tak tahu kenapa sampai saat ini masih seperti itu? Aku bertanya kepada diriku sendiri. Apakah aku salah dengan sikapku yang seperti ini? Kalau iya kenapa tidak di ingatkan saja. Bukankah itu lebih baik.

Mungkin aku sangat bodoh dan masih berharap denganmu saat itu. Banyak orang yang sudah memperingatkanku agar aku tak selalu berharap denganmu tapi rasanya masih sulit tak semudah belajar memasak air. Sampai pada akhirnya sahabtku menceritakan tentangmu dan memfitnahmu. Agar aku bisa melupakanmu tak lagi berharap denganmu. Sebuah usaha yang sia-sia karena aku menyelidiki kebenarannya. Aku sempat berfikir negatif dengan temanku tapi setelah dipikir-pikir itu karna dia mempedulikan aku.

Saat ini aku benar-benar berusaha melupakanmu. Walaupun tidak mudah aku yakin semua akan baik-baik seperti biasanya. Sebelum aku mengenalmu, sebelum kamu masuk dalam kehidupanku. Aku sering dinasehati saudaramu juga, mbak anna dan diriku sendiri juga agar aku tidak lagi berharap bahwa kamu akan kembali denganku. Namun hati ku merasa kesulitan jika tiba-tiba aku harus melupakan semua itu. Aku akan belajar melupakan mu dari sedikit demi sedikit aku yakin pasti bisa. Aku berharap kebaikan akan selalu menyertaimu. Aku selalu berdoa untukmu, untuk masa depanmu.

Soal jodoh atau tidak aku sudah menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhanku. Karena jodoh bisa siapa saja, apakah kamu atau bukan? Itulah misteri Tuhan yang tidak aku ketahui. Seseorang yang dinanti bisa saja pergi. Dan ketika tak disangka akan datang tiba-tiba. Sejatinya tuhan sudah menentukan siapakah sebenarnya jodoh kita. Mau sekuat apapun mengejar jika bukan jodoh maka akan menjauh. Tapi bila sudah jodoh, bagaimanapun menghindar akhirnya bersama juga. Dari sinilah aku belajar melupakanmu. Aku sudah tek mempedulikanmu lagi. Bismillah biarlah waktu yang akan menjawab semua misteri ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post