Suara Pintu yang dihantam Angin
Apakah hanya Anda yang bisa marah? Apakah benar seseorang mengatakan anak selalu salah dimata orang tua dan orang tua selalu benar. Padahal tidak ada dalil seperti itu yang membuktikan kebenarannya. Ah sudahlah aku terima apapun itu. Hakekatnya memang benar orang tua tidak akan pernah punya salah kepada anak, namun hanya anak yang harus lebih mengerti kehendak orang tuanya.
Mungkin pada posisimu aku salah dan Anda benar. Namun pada posisiku belum tentu aku salah dan Anda benar. Yah aku tak tahu fikiran apa yang mengalir pada darah Anda sehingga antusias meluapkan segala amarah padaku. Tuhan maafkanlah Aku jika kebenarannya bahwa aku yang bersalah. Maafkanlah Ayahhanda pula jika memang kebenarannya aku yang benar.
Sabtu malam bakda magrib, tanggal 13 april 2019. Beliau sedikit bercerita bahwa esok harinya akan berkunjung ke Salae diajak pergi Pak Bakeri yang merupakan guru SD ku. Entah aku tak mengerti ada acara apa, akupun tak ingin mengetahuinya supaya tidak di ejek keppo. Sebenarnya hati kecilku bertanya-tanya gerangan ada acara apa, kok aku tidak di ajak? Ah mungkin acara penting yang tidak bisa mengajakku. Baiklah. Lagian minggu 14 april 2019 pukul 12.15 aku juga punya janji mengantarkan adek-adek les untuk mengikuti try out di MTs Negeri Jeketro, namun sekarang berubah menjadi MTs N 1 Grobogan.
Keesokan harinya aku selalu berfikir hal-hal apa saja yang dilakukan Ayah sampai-sampai beliau tidak mengirim pesan Whatsaap padaku. Biasanya beliau pamer gambar untuk di share kepadaku, sehingga aku tahu kegiatan apa yang beliau lakukan. Aku tetap berfikir ah mungkin sibuk atau memang kegiatannya sangat penting. Yasudahlah biarkan beliau menikmati saja, tak sedikitpun pikiran negative menghampiriku. Aku sudah besar tidak seperti dahulu lagi. Dahulu apa-apa yang aku minta harus dipenuhi, kalau tidak sesuai keinginanku aku berfikir ayah tidak lagi sayang padaku.
Pagi pukul 10.06 ketika aku sudah selesai mengerjakan pekerjaan rumah aku menjenguk Hand phone ku, memastikan bahwa tidak ada pesan yang sangat penting untuk perlu aku tanggapi. Aku hanya melihat-lihat setatus orang. Saat aku melihat status jalan-jalan bu Sri guru SDN 1 Mlilir. Aku komen bertanya kemana ia akan pergi. Dia hanya menjawab Salae. Aku hanya menyimpulkan bahwa Ayahku diajak Pak Bakeri pergi ke Salae untuk perpisahan dengan bu Sri yang sudah diangkat menjadi PNS. Hipotesisku ternyata benar Ayah pergi diajak pak Bakeri ke Salae dalam acara perpisahan bu Sri. Saat itu bu Sri mengirimkan pesan via whatsaap photo bersama ayahku. Aku bertanya kepadanya. “kenapa aku tidak diajak.” Katanya bu Sri “salah siapa tidur”. Aku tahu itu bahasanya Ayahku, mungkin dia berbincang-bincang sama Ayahku dan bu Sri menjawab apa yang dikatakan oleh Ayah. Aku jawab asal aja tak tingggal cari pacar lho katanya “tinggal lo” ah jawaban yang bikin kesal karena tak sesuai harapanku. Aku gantian berusaha membuatny gantian kesal“ bilangin sana mbak, awas nanti tunggu tanggal mainnya”. Aku tahu maksut bu Sri hanya bercanda mengirim pesan bahwa ia mengajak kencan Ayahku. Aku hanya menjawab “ gak papa kencan asal bayar pajak” katanya “gampang.”
Sore setelah mengantar anak-anak les aku istirahat tidur hingga jarum jam menunjukkan pukul 16.30, segera aku bangun untuk berwudu melakukan ibadah. Setelah itu aku mencari makanan di dapur untuk mengisi perutku namun tak ada makanan yang baru karena ibu pergi kondangan ke temannya dari pagi tadi. Aku rasanya malas untuk memasak makanan hanya aku makan sendiri. Biarkanlah perut tidak makan nasi. Aku sangat kasihan melihat kucing yang sudah biasa main dirumah. Biasanya kalau ibu dirumah kucingnnya dikasih makanan tetapi hari ini ibu sedang pergi. Aku berusaha menggantikan tugas ibu yang biasanya memberi makan kucing. Tapi aku bingung tak melihat makanan yang masih hangat. Aku hanya melihat tempe sisa tadi pagi yang sudah tidak hangat lagi. Aku campurkan tempe dengan nasi supaya dimakan sang kucing.
Sejak saat itu aku tidak membuka hand phone lagi. Aku hanya berfikir kapan ayah pulang. tapi tidak mengawali dengan chat duluan. Aku hanya menunggu chat dari ayah. Tetapi beliau tidak mengirimkan pesan apapun. Enak-enakan disana lupa sama anaknya. Ah sudahlah. Magrib ibu baru pulang, bergegas mengambil wudu. Setelah magriban kami asyik mengobrol. Terdengar suara “jediar...........” aku kaget dan ketakutan. Namun ibu berusaha menenangkan hatiku bahwa itu suara pintu yang terkena angin. Fellingku tak sepihak dengan yang dikatakan Ibu. Aku tidak tahu tiba-tiba kepikiran sama Ayahku, hujan belum pulang, pulang jam berapa tapi aku tak kunjung mencari handphone yang ada dikamarku. Aku berfikir biasanya kalau Ayah marah. Kedua kalinya hipotesisku benar.
Ibu segera menuju sumber suara. Tiba-tiba Ayah marah-marah. Meluapkan semua kekecewaannya padaku.
“Anjing............”
“Masih hidup saja tidak dipedulikan apalagi kalau sudah meninggal.”
“Punya anak macam apa....................”
Ternyata ayahku sudah mengirimkan pesan di grup keluarga yang isinya ayah, ibu, adek dan aku. Pukul 18.25 pesan dari ayah sampai kedung jati, sampai gubug, jemput di masjid. Tak seorangpun membuka hp. Adek dapat menghadiri tahlilan di acara tetangga. Sedangkan aku dan ibu masih asyik mengobrol.
Aku hanya terdiam dan menangis......... sambil membaca ayat Allah.
Aku mengadu sama Allah, aku tak tahu kenapa Ayahku berbicara kotor kepadaku. Dahulu ketika aku masih punya nenek ada malaikat yang selalu ada buatku curahkan seluruh isi hatiku. Namun sekarang aku tak punya siapa-siapa lagi yang melindungiku selain Allah. Rasanya hati kecilku hancur. Hancur bukan karena apa yang diucapkan ayahku, tapi hancur karena di usiaku yang sudah 22 tahun ini aku belum bisa sekses, belum bisa membahagiakan mereka, malah uang saja masih dijatah 1bulan 300k. Itu yang membuatku hancur aku belum bisa mandiri. Tapi kalau tidak hidupkupun tak bisa jalan hanya mengandalkan honor dari sekolah 300k. Aku ini anak seperti apa, apa aku masih pantas dianggap anak? Aku masih menyusahkan orangtuaku, aku sangat malu, malu kepada diriku, malu kepada dunia, aku masih menyusahkan orang yang aku sayangi disekitarku. Aku ini sudah banyak membuat kecewa, aku ini belum mampu membahagiakan mereka, sakit hati ini. Aku ingin menujukkan bahwa aku sangat peduli, sangat sayang dan ingin membahagiakan, mereka aku belum mampu. Aku yakin pasti ada saatnya aku bisa menunjukkan kepada mereka bahwa aku bisa, aku mampu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar