Terimakasih Kuucapkan
Terimakasih Kuucapkan
Gadis cantik, berlesung pipi itu biasa di sapa Zahwa. Walaupun dia lemot tetapi dia gadis yang penurut. Sayang, orang tuanya broken hwome akibat ulah mamanya yang over protecktive.
“Zahwa,..............” terdengar jerit mama zahwa.
“Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan?” tanya mama.
“Iya ma, aku harus pulang on time, gak boleh ikut kegitan apapun itu.”
Sakit banget rasanya, seperti tajamnya jarum yang menusuk hati. ketika teman sebaya zahwa bisa berkarya menampilkan bakatnya, “tetapi aku.......” gumam zahwa.
Tok... tok... tok... suara pintu terketuk. Bergegas Zahwa membuka pintu itu.
“Kakak.........” peluk tubuh zahwa yang gemeteran.
“kak aku kangen, sekarang kakak tinggal dimana?” tanya zahwa dengan nada lirih.
“kakak juga kangen banget sama kamu sayang, kakak tinggal di vila pemberian ayah.”
“Kamu masih jadi robotnya mama?” slentik telinga zahwa.
Sebenarnya zahwa sudah tak tahan dengan sikap mamanya, namun ia tak bisa berkutip apa-apa. Zahwa takut menjadi anak yang durhaka.
“ Sayang, kakak pulang dulu, kalau ada apa-apa segera hubungi kakak!” seru Indah.
Hari demi hati telah berlalu. Tetapi Mama selalu memaksakan kehendaknya. Apapun yang mama inginkan harus Zahwa jalankan. Mama seolah tak mau mengerti apa yang zahwa rasakan. Tak selayaknya seorang ibu memperlakukan anaknya seperti robot, mungkin mama zahwa ingin yang terbaik buat zahwa karena Indah telah pergi dari rumah. Padahal yang dilakukan indah itu ingin membuat mamanya jera dan sadar apa yang ia lakukan selama ini salah.
“sayang, Zahwa......” kata mama.
“Tuhan, kenapa diriku seperti ini? Aku tak mau pacaran sama bastian!” ujar Zahwa dalam hati.
“kenapa mama memaksa diriku?” cetus zahwa.
Plak........ tamparan yang menyakitkan untuk zahwa.
“Ma.......” bergegaslah Zahwa lari menuju kamar.
Mentari kini tak menampakkan batang hidungnya. Tik.... tik.... tik..... gerimis mengguyur tubuh zahwa. Detik demi detik Hujan begitu deras.
“Aku harus cepet pulang! ” seru Zahwa.
Plak............ tamparan yang sudah biasa diterima Zahwa.
Bentak mama “Kamu......... pulang hujan-hujanan?”
“Nomor yang anda tuju sedang sibuk, silahkan tingalkan pesan!” Operator
“Kak mama menamparku lagi!” pesan singkat zahwa.
2 tahun lebih zahwa berpacaran dengan Bastian, al hasil Zahwa selalu tersakiti. Rasa sakit di hati zahwa kian menggebu dibalut goresan luka yang telah mengelupas dan terbuka. Saat Zahwa mengadukan semua sikap Bastian. Cumbu, rayu mulut manis Bastian meyakinkan mama untuk mengurungkan niatnya.
Tin... tin.... suara clakson mobil Indah
Teriak Indah dengan nada Lantang “Mah, mana Zahwa?”
“Ngapain kamu pulang lagi? Kamu kan udah kabur dari rumah? Bentak mama.
Nada tinggi keluar dari mulut Indah “Mah, aku kesini mau jemput Zahwa. Aku gak terima mama perlakuin Zahwa seperti robot.”
Sahut mama”Siapa yang merlakuin Indah Seperti robot? Zahwa gak pernah protes apa-apa?”
Zahwa tak pernah protes sama mamanya karena ia takut, Zahwa tak pernah menginginkan hal terburuk menimpa dirinya seperti saat ini. Kakak tercinta dan mamanya bertengkar karena dirinya.
“Zahwa, ayo sekarang ikut kakak!” perintah Indah
Di perjalanan Zahwa menikmati indahnya panorama di sekitar vila.
Bruak.... “Suara apa itu?” segera Indah mendekati sumber suara.
“Astaga, Zahwa kamu kenapa, hidung mu berdarah?”
Sahut Zahwa dengan mata berkunang “Mungkin mimisan kak.” Batin Zahwa beribu maaf dilantunkan untuk kakaknya karena ia tak ingin kakaknya khawatir dengan kondisi kesehatannya. Zahwa terkena gagal ginjal.
Hal yang sama terus berulang, zahwa mengeluarkan darah dari hidungnya. Lambat laun kakaknya menyadari ada apa dengan kondisi adiknya. Dibawanya ia ke Rumah sakit ternama di jakarta.
Ada yang berbeda dalam detak jantung Zahwa, membuat setiap nafas nya terasa berat. Terasa kaget melihat sosok pujaan hati yang selama ini ia nanti. Dag... dig....dug suara detak jantung Zahwa.
Sapa Rio “Zahwa, kamu kesini ngapain?”
“berobat” singkat Indah
“kalau kamu Rio?” sahut indah
“Oh, aku jenguk saudara, see you.”
Rio adalah cowok tampan, keren dan menjadi idola gadis-gadis di sekolahnya. Tetapi perasaan tak dapat dipungkiri bahwa selama ini Rio memendam rasa cintanya. Gadis yang ia sayangi sejak SMP kini berjumpa lagi dengan dirinya, Setelah Rio berobat dari Luar Negri.
“Hi kak... Zahwanya ada?” tanya Rio
“dia lagi istirahat” jawab Indah
Rio bertanya-tanya kepada Indah tentang kondisinya. Begitu pula Indah menjelaskan semua kronologinya. Indah tak ingin kehilangan Zahwa sebab Zahwa begitu berarti untuknya. “Saat ini sulit pencari donor ginjal yang cocok untuk Zahwa” gumam Indah sambil meneteskan air mata.
“Yaudah kak, saya permisi pulang dulu.” Ujar Rio
Kini Indah bahagia hidup ditengah-tengah orang yang menyayangi dirinya. Kakak tercinta dan juga Rio cowok yang ia taksir semenjak 2 tahun silam.
Rio tak pernah memberi tahu kepada siapapun tentang penyakitnya itu. Hingga waktu telah tiba untuk mendonorkan ginjalnya kepada Gadis yang ia kasihi. Rio tak pernah mempedulikan apakah ia akan mati atau masih tetap bisa bertahan hidup, asalkan Zahwa bisa sembuh. Rio akan melakukan apa saja untuk orang terkasihnya.
Kubaca lagi surat yang aku titipin untuk orang terkasih.” Zahwa maafin aku, aku tak bisa menemani hari-harimu lagi. Hanya ini yang bisa aku lakukan untuk dirimu wahai gadis pujaan ku. Aku akan selalu di hatimu.” Rio
“Dok berikan surat ini kepada kak Indah jika ajal telah menjemput ku!” seru Rio.
Bel berbunyi kring............ telepon dari rumah sakit yang memberi tahukan bahwa Zahwa sudah mendapatkan donor ginjal yang sesuai.
Pesan singkat untuk Rio “ Rio aku, aku senang sekali aku akan mendapatkan donor ginjal.”
Enam bulan berlalu, Zahwa dinyatakan sembuh. “kak kenapa Rio tak pernah menghubunngi ku setelah aku operasi?”
“Kakak juga gak tahu sayang.”
“Apa dia gak sayang sama aku? Apa dia gak suka meliat aku sembuh?” batin Zahwa berkata.
“Kak aku benci sama Rio.”
Esok hari Indah mendapatkan telepon dari rumah sakit, untuk segera menemui dr. Rober, “Zahwa ini ada surat untuk mu” dengan nada lirih matapun memerah.
Teriak Zahwa “Rio................ kenapa kamu lakuin semua ini padaku?”
Sampai makam Rio, Zahwa tak henti-hentinya mengguyur pipi yang merah merona dengan air mata indahnya itu. “Aku menyesal Rio mengatakan aku benci kamu”.
“ Maafin aku Rio “
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar