JANJI WIDYA
Kalimat itu sering kali teringat oleh Widya ketika melihat orangtuanya setiba di rumah. Perasaannya serasa teriris, tatkala melihat ekspresi Ibunya yang berkecil hati, karena telah melihat hasil rapor Widya ada yang tidak mencapai nilai di atas KKM pada tengah semester kemaren . Hanya dua mapel, selebihnya adalah di atas KKM. Meskipun dua, Ibunya agak kecewa karena Widya tidak pernah menerima hasil rapor belajar seperti demikian. Bahkan semester sebelumnya nilai Widya dapat dikategorikan predikatnya Amat Baik. Rasa penyesalan bergulat dalam lubuk hati Widya karena telah membuat Ibunya kecewa. Widya juga merasakan pada semester sekarang kurang peduli dengan belajarnya karena terpengaruh dengan temannya di sekolah.
Oleh karena itu, Ia berjanji pada Ibunya akan mengusahakan nilai yang tidak tuntas tersebut untuk menjadi lebih baik lagi. Widya mendekati Ibunya yang sedang duduk di beranda. Ia menggenggam telapak tangan si Ibu sambil berkata.
" Ibu, maafkan Widya karena telah membuat Ibu kecewa. Widya berjanji untuk penerimaan rapor semester besok akan mengusahakannya menjadi lebih baik lagi, Widya tak mau lagi turun nilainya, " ungkapnya dengan haru. Ibunya lalu menjawab.
" Bagus kalau Widya ada optimis, Ibu doakan supaya penerimaan rapor besok nilai Widya lebih bagus, ya," seraya membelai bahu anak sulungnya tersebut. Kemudian sang Ibu menyuruh Widya makan siang serta salat.
#
Pada malam hari sebelum esok ujian akan dimulai. Widya sudah start di depan meja belajar. Ia membuka tas dan meronggos selebaran kertas untuk melihat jadwal ujian yang ditulisnya siang tadi. Ujian pertama adalah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Widya menyibak buku catatan mapel tersebut dan menghafalnya. Tetiba Ibunya sudah duduk di belakang lalu menegur Widya.
" Widya lagi belajar ya, Nak ?" Widya memutar tempat duduknya dan sekarang sudah berhadapan dengan Ibunya.
" Ya, Bu besok Widya Ujian Akhir Semester jadi Widya tak mau lagi nilainya seperti kemaren," ujar Widya dengan semangat sembari sumringah pada sang Ibu. Si Ibu terlihat senang. Kemudian beranjak dari kamar anaknya.
#
Esok harinya usai Ujian di hari pertama Widya bisa menjawab ujian dengan lancar . Semua soal dengan enteng dikerjakannya hingga sampai pada ujian hari yang terakhir. Ketika saat penerimaan rapor Widya membawa Ibunya ke sekolah karena orangtua siswa diundang dalam pengambilan rapor untuk memberi semangat pada anaknya masing-masing. Betapa bahagia Ibu Widya ternyata Widya mendapat juara umum 1. Widya berlari sambil memanggil Ibunya dan memeluk si Ibu yang sedang duduk di kursi yang telah disediakan untuk para tamu.
" Ibuuu.. Widya juara Bu...horee..!" panggilan Widya sempat membuat yang hadir jadi tercengang. Ternyata nilai Widya sangat cermerlang. Sementara itu di pangkuan sang Ibu. Widya menaruh hadiah yang diterima dari sekolah. Ibunya terharu campur senang sambil memeluk Widya.
πππππππππππππππππππ
Sabtu, 03 Desember 2022
Literasiku. 02
Menulis di MGI yang Ke _ 777
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Terima kasih admin telah izin tayang.
Maaf ini cerpen ya. Bukan pentigraf.
Bukan Bunda ini pentigraf Bunda. Jika kita mengkaji benar masalah cerpen. Cerpen itu bila ditulis dengan tangan empat halaman maksimal. Bila diketik 8-10 halaman. Kalau yang ini termasuk pentigraf. Karena pentigraf akronim dari cerpen tiga paragraf yang memiliki cerita ada kejutan.
Mantap pentigrafnya, Bun. Salam sukses selalu,
Terima kasih Bunda.