Ali Santoso

Nama saya Ali Santoso, saya lahir di Kota Lumajang. Saat ini saya tinggal di Jakarta menekuni bisnis kuliner bersama istri dan teman-teman. Menulis jadi h...

Selengkapnya
Navigasi Web
GODRIL LUMAJANG.
Foto seni tari Godril.

GODRIL LUMAJANG.

# Tantangan Gurusiana Hari Ke-24

Hai hai haiiiiiii. Ketemu lagi nih sama mas Haji Ali hehe gimana nih? Udah pada kangen belum? Sama aku juga lagi kangen. Apalagi sama kamu. Iya kamu wkwk.

Nah di tulisan aku kali ini, aku mau kasih tau kalian semua tentang kekunikan daerah asal aku. Udah pada tau ngga aku asal mana? Yap bener, aku dari Kota Lumajang. Aku mau kasih tau kalian apa aja sih yang ada di Lumajang. Mulai dari kebudayaan, wisata, sampai makanan tradisional Lumajang.Ada yang tau Lumajang itu dimana? Lumajang adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Lumajang. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo di utara, Kabupaten Jember di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Malang di barat. Kabupaten Lumajang terletak di wilayah Tapal Kuda, Jawa Timur. Lumajang ini punya banyak banget ciri khasnya.

Tari Godril Lumajang berkisah tentang pergaulan manusia di dunia. Tari Godril adalah tari berpasangan antara laki-laki dan wanita dengan gerakan bercengkerama, apabila di daerah lain disebut Tayuban atau Tandak. Tari Godril berkembang masa Belanda sehingga disebut sebagai “Dancen Van Java”, Godril biasanya disajikan pada upacara-upacara tertentu, seperti pada upacara Karo di Tengger Argosari, Sedekah Desa, dan lain-lain. Selain itu Tari Godril ini merupakan tarian yang melambangkan rasa syukur terhadap Tuhan akan semua kekayaan alam yang melimpah yang diberikan kepada manusia di dunia. Penyebutan Godril berasal dari bahasa Belanda yaitu Good artinya baik atau menarik dan Dril artinya rancak atau cepat. Busana pakaian Godril adalah kemben jumputan, jarik sidodrajat dengan filosofi motif artinya dalam kotak-kotak terdapat Wahyu Tumurun, Truntun, Garuda Mungkur, Sidoasih. Filosofi kalung terdapat 3 yaitu Bayen, Manten dan Paten.

Disini aku akan bercerita tentang salah satu masyarakat di desa Klumprit Kecamatan Sumbersuko Kabupaten Lumajang . Ketika Nadar sudah tak terbendung lagi apa yang bisa diperbuat demi melangsungkan niatan atau nadar itu,?.Bapak Rakim adalah sosok masyarakat desa yang aktifitas sehari hari sebagai Blantik sapi di pasar hewan kota Lumajang. Kiprah beliau sebagai tokoh seni Tayuban atau tandakan sudah tidak diragukan lagi di jagad Terop wilayah Tapal Kuda. Setiap tahun dirumahnya pasti mengadakan pesta hajatan atau mengundang seni Tayub atau Tandak.

Disamping tandak ada juga lho seni Jaran kencak dan Gelipang sebagai pengiring acara Godril Lumajangan diacara tersebut . Apa itu Jaran Kencak dan Gelipang,?..Mari kita ulas satu persatu sebelum kita lanjut meriahnya acara hajatan di rumah bapak Rakim Klumprit.

SENI GELIPANG

Seni Gelipang merupakan kesenian tari tradisional khas Lumajang dengan iringan rebana dan jidor yang bernafaskan Islam. Kesenian rakyat ini banyak menonjolkan unsur nilai-nilai seni bela diri tradisional , gerakan ala militer serta merupakan kesenian turun temurun, mengakar serta membudaya di masyarakat Kabupaten Lumajang dan biasanya Tari Gelipang untuk menyambut tamu raja-raja jaman dahulu.

Jaran Kencak atau disebut juga Kuda Kencak merupakan salah satu ikon kesenian kota Lumajang. Asal mula terbentuknya ikon kuda sebagai budaya kota Lumajang adalah pada saat itu Jaran Kencak lahir pada masa kerajaan Lamajang Tigang Juru. Hal ini diperkuat dengan bukti ditemukannya patung dari batu bata yang mirip dengan kuda kencak saat ini. Diduga relief jaran kencak yang ditemukan di daerah Kunir tersebut berasal dari kerajaan Lamajang Tigang Juru.

Kesenian ini adalah bentuk ekspresi suka cita masyarakat dari wilayah yang makmur dan sejahtera. Namun ada juga yang menyebutkan bahwa kesenian Jaran Kencak ini sebagai bentuk penghormatan kepada kuda kesayangan Ranggalawe putra dari Arya Wiraraja yang bernama Nila Ambhara. Sebagaimana banyak diceritakan, baik Arya Wiraraja maupun Ranggalawe merupakan raja yang sangat dicintai oleh rakyatnya.

patung mirip jaran kencak yang di temukan di desa Kunir - Lumajang .Disebutkan pula bahwa pada awalnya Jaran Kencak di sebut dengan jaran kepang meskipun bukan terbuat dari anyaman bambu, karena pada saat itu kuda yang di kenderai rombongan dari Ponorogo hendak mengirimkan delegasi ke bali, untuk menjalin persaudaraan kerabat dan sudara Batara Kathong dari kerajaan Majapahit yang mengungsi ke bali.

Namun ketika sampai di Lumajang, kuda yang di kenakan seragam jazirah perang seperti di pewayangan untuk di persembahkan di bali memberontak kesana kemari dan menendang-nendang tiada henti melawan rombongan, hingga dibuat sebuah keputusan bahwa kuda dan beberapa penjaga untuk tetap tinggal di lumajang untuk menenangkan kuda, sedangkan rombongan tetap melanjutkan ke Bali. Hingga akhirnya kuda yang memberontak menjadi tenang dan jinak kembali, warga sekitar yang melihat kuda dijinakan tersebut merasa terhibur, Sejak saat itu menjadi sebuah kesenian bernama Jaran Ngepang yang berarti kuda menendang, namun lebih dikenal dengan nama Jaran Kepang.

Pada tahun 1806, cakraningrat sampang memindahkan sebanyak 250.000 orang sampang madura ke pulau jawa bagian tapal kuda seperti Lumajang. Orang madura yang menjadi punduduk lumajang juga menggemari kesenian bernama jaran Kepang ini, karena seokor kuda dengan kostum perang khas pewayangan jawa bertarung berdiri menggunakan dua kaki dengan pawangnya, setelah kemerdekaan republik Indonesia jaran kepang lebih di kenal dengan jaran pencak dan menjadi Jaran Kencak yang dikenal hingga saat ini.

Jaran Kencak memiliki arti Kencak artinya cara memainkan kaki bergantian. Jadi kakinya harus tepat mengikuti gendang. Bila gong besar berbunyi tanda lagu selesai maka kuda akan berhenti dengan sendirinya”. Jaran Kencak juga sering ikut serta menyemarakkan hajatan pemerintahan seperti pada hari jadi kota Lumajang atau peringatan besar nasional, hal demikian semakin menambah semaraknya mengembangkan kualitas dan kuantitas kesenian Jaran Kencak.

Di masyarakat Lumajang khususnya, kesenian ini sering dijadikan acara hiburan saat masyarakat menggelar hajatan. Kesenian Jaran Kencak sering berkaloborasi dengan kesenian lain, seperti tari gelipang hingga reog ponorogo. Mereka akan di arak keliling kampung menuju rumah kerabat tuan rumah yang sedang mengadakan hajatan. Jaran kencak juga sering digunakan untuk mengiringi khitan, pernikahan hingga karnaval pemerintahan hari jadi lumajang (harjalu).

Saat ini jaran kencak bisa di jumpai di luar lumajang, bahkan orang madura yang setelah belajar jaran kencak membuat kesenian serupa dengan nama Jaran Serek di kota Sumenep. Kita bisa menjumpai kesenian tersebut di Lumajang, Jember, Banyuwangi, Probolinggo, Pasuruan, Bondowoso dan Situbondo. Karena daerah tersebut dulunya adalah satu wilayah tapal kuda dalam kekuasaan Kerajaan Lamajang Tigang Juru (Majapahit Timur) yang beribukota di Lumajang pimpinan Arya Wiraraja.

Sumber :

1. Wikipedia Jaran Kencak

2. Challtis, Fianto, Hidayat, Vol. 4, No.2, Art Nouveau, 2015

3. Sejarah

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Iya kamu...

07 Feb
Balas

Hehehe

07 Feb
Balas



search

New Post