Aku terlahir kedunia layaknya adam. Tubuh, jiwa, ruh dan hatiku suci. Tak mengenal apapun disekelilingnya, sebelum sang pencipta menuangkan pengetahuan kepadanya. Semua didasari atas mahabbah kepada makhluknya.

Cinta kasihnya, maghfirohnya, rahmatnya, karunianya. Jauh melebihi luasnya jarak pengembaraan isa.

Merangkul tak melihat apa tahtanya, siapa dirinya, dari mana asalnya. Ketika siapapun mendekatinya, bersujud simpuh mengucurkan tetesan suci dari kedua bola penglihatan yg diciptakan atas karunianya. Tangan lembutnya menyambut dengan luas memberikan kenyamanan tiada tanding.

Bagai alunan riang seruling daud.

Dekapan kasih atas mahabbahnya, memberikan kenyamanan ruang. Setentram jeruji besi mengurung yusuf untuk bermukim. Mengusir kebisikan yang tak diperlukan, untuk bermesraan kepadanya.

Mengajarkan cinta sesungguhnya, ia datang layaknya api yang membakar santun tubuh ibrahim. Kepeduliannya bagaikan seekor semut yang menyirami api yg mendekap ibrahim.

Aku belajar kesabaran pada Ayub, yang selalu ikhlas menerima apapun. Selagi itu datang dari-Nya atas perjanjian kebaikan.

Aku belajar perjuangan, optimisme, dan keteguhan iman kepda Nuh. Walau orang-orang disekitar meremehkannya, mencacinya, benturan-benturan kehidupan dilempari kepadanya. Dengan keteguhannya dan pendirian yang kuat, perjuangannya pun tersuguh indah dengan berlayarnya bahtera kapal. Semua diperjuangkan atas norma-norma kebaikan, sehingga dapat dipetik oleh orang-orang yang memeluknya dengan ketulusan hati..

Dari sulaiman aku belajar mengalahkan kemegahan harta, kesetiaan terhadap ekologi, dan keadilan..

Pada akhirnya, aku belajar keutuhan, kesempurnaa dan kematangan cinta kepada Muhammad. Yang mengajarkan keagungan hidup, mengelola unsur-unsur kehidupan, memanagemen kebaikan. Terutama antara cinta dan kebenaran.

Inspirasi oleh guruku, Mbah Nun.