Ali Usman, S.S., M.Pd.

Ali Usman Guru Bahasa Indonesia SMP Perguruan Islam Ar Risalah Padang Sumatera Barat...

Selengkapnya
Navigasi Web

MENJADI GURU BERARTI BERBAGI KEBAIKAN

“Melihatnya langsung ingat Allah,

ucapannya akan menambah amalmu,

dan amalnya membuatmu semakin cinta akhirat”

(K.H. Rahmat Abdullah)

Menjadi guru adalah sebuah profesi pilihan yang mulia. Profesi yang selalu menebarkan kebaikan dan keberkahan. Pilihan yang mulia untuk dunia dan akhirat kita. Hal ini terlihat ketika kita berprofesi menjadi guru berarti kita berbagi kebaikan dan kemuliaan.

Kebaikan itu sebaik namanya, keramahan itu seramah wujudnya, dan kemuliaan itu semulia pahalanya. Orang-orang yang pertama kali akan dapat merasakan manfaat dari semua itu adalah mereka yang melakukannya. Seperti yang Allah tegaskan dalam firman-Nya: “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri....” (Q.S. Al Isra’: 7). Mereka akan merasakan “buah”-nya seketika itu juga dalam jiwa, akhlak, dan nurani mereka. Sehingga, mereka pun selalu lapang dada, tenang, tenteram dan damai.

Perbuatan baik itu laksana wewangian yang tidak hanya mendatangkan manfaat bagi pemakainya, tetapi juga orang-orang yang berada di sekitarnya. Dan manfaat psikologis dari kebaikan itu terasa seperti obat-obat manjur yang tersedia di apotek orang-orang yang berhati baik dan bersih. Hal inilah yang menjadi rutinitas dan membahagiakan diri kita sebagai guru yang mulia dan awet muda insya Allah.

Sebagai seorang guru kita berupaya selalu berbuat baik untuk hadir ke sekolah memberikan pendidikan dan pembelajaran yang penuh makna. Apa pun mata pelajaran yang kita ampu. Kita pasti akan mengedepankan pendidikan karakter dan kebaikan bagi anak didik kita untuk masa depannya yang cemerlang dan berkah..

Guru idola bukan hanya guru yang digugu dan ditiru saja, tetapi tercermin dari tingkah lakunya yang selalu satu kata antara perkataan dan perbuatan. Mampu memberikan keteladanan kepada teman sejawat dan anak didiknya. Kreatif, tidak sombong, dan rendah hati kepada sesama. Gaya bahasanya biasa saja, tidak dibuat-dibuat seperti layaknya penyair kondang. Tetapi, bila ia bicara dan mengembangkan senyumnya membuat mereka yang mendengarnya terdiam dan mengatakan,”inilah guru idolaku”.

Menebar senyum manis kepada orang-orang yang "miskin akhlak" merupakan sedekah jariyah. Ini tersirat dalam tuntunan akhlak yang berbunyi, "... meski engkau hanya menemui saudaramu dengan wajah berseri." (Al-Hadits). Tentu ini harus dibiasakan selalu tebarkan senyum ikhlas dan merekah ketika bertemu saudara-saudara kita. Apalagi kita sebagai seorang guru idola, kita harus dan mesti senyum, salam, sapa, sopan, dan santun.

Seteguk air yang diberikan seorang pelacur kepada seekor anjing yang kehausan dapat membuahkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Ini merupakan bukti bahwa Sang Pemberi pahala adalah Dzat Yang Maha Pemaaf, Maha Baik dan sangat mencintai kebaikan, serta Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

Wahai guru-guru yang merasa terancam oleh himpitan kesengsaraan, kecemasan dan kegundahan hidup, kunjungilah taman-taman kebaikan, sibukkan diri kalian dengan memberi, mengunjungi, membantu, menolong, dan meringankan beban sesama dan memberikan layanan terbaik anak didik kita. Dengan demikian, niscaya kita akan mendapatkan kebahagiaan dalam semua sisinya; rasa, warna, dan juga hakekatnya.

“Padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya. Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Rabb-nya Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.” (QS. Al-Lail: 19-21). Jangan bersedih bila kebaikan kita tak dihargai orang atau anak didik kita, sebab yang kita cari adalah pahala dari Allah swt!

Menjadi guru berarti berbagi kebaikan. Berikut cara kita untuk menjadi guru yang berbagi manfaat dan kebaikan. Pertama, Niatkan semua amal ibadah dan kerja-kerja mendidik anak bangsa hanya karena Allah semata dan jangan pernah mengharap terima kasih dari orang lain. Allah berfirman tentang wali-wali-Nya, “Mereka mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya.” (QS. Al-Fath: 29). Juga tentang nabi-nabi-Nya, "Aku tidak meminta upah sedikit pun kepadamu atas dakwahku." (QS. Shad: 86).

Kedua, agar kita menjadi guru yang bisa berbagi manfaat adalah dengan memberikan pembelajaran hanya berharap ridho Allah semata. Firman Allah mengatakan bahwa “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS. Al-Insan: 9). Katakanlah: "Upah apapun yang aku minta kepadamu, maka itu untuk kamu." (QS. Saba': 47). “Padahal tidak ada seorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang hamba dibalasnya.” (QS. Al-Lail: 19).

Ketiga, guru bisa berbagi manfaat dengan selalu bersemangat dan merencanakan pembelajaran dengan baik dan kreatif. Seorang penyair berkata, Siapa yang berbuat baik tidak akan sirna pahalanya dan tak akan sirna kebaikannya di sisi Allah dan manusia. Berbuat baiklah hanya untuk Yang Maha Esa, sebab hanya Dia-lah yang akan memberi pahala. Dia lah yang akan memberi karunia. Allah lah yang akan menjatuhkan sanksi, membalas setiap amal. Dan, Dia yang akan meridhai dan juga murka. Maha Suci dan Maha Tinggi Allah.

Keempat, menjadi guru berarti berbagi kebaikan dengan cara banyak-banyak memberikan kebaikan dan keteladan tanpa mengharap pujian dan terima kasih orang lain. Alkisah, ada seorang salih memberi sepiring makanan kepada orang yang buta. Konon, ketika mengetahui akan hal itu, keluarga orang salih itu berkata, "Bukankah orang buta itu tidak tahu apa yang dimakannya." "Tapi, bukankah Allah mengetahuinya." jawab orang salih itu. Selama Allah masih melihat dan mengetahui kebaikan yang kita lakukan, serta mengetahui keutamaan yang kita ulurkan, maka janganlah mengharapkan pujian dari orang lain.

Dengan penjelasan di atas, kita berharap agar kita bisa menjadi guru yang bisa berbagi manfaat dan kebaikan. Ini bisa terwujud jika kita niatkan ikhlas hanya karena Allah, hanya mengharap ridho Allah semata, selalu bersemangat dan merencanakan pembelajaran dengan baik dan kreatif, dan banyak-banyak memberikan kebaikan dan keteladan tanpa mengharap pujian dan terima kasih orang lain.

Hal inilah yang disimpulkan oleh K.H. Rahmat Abdullah rahimahullah, seorang guru yang didamkan dan dirindukan syurga. Jika anak didik kita melihat kita, maka mereka langsung ingat Allah. Jika anak didik kita mendengarkan ucapan, nasehat dan pembelajaran yang kita berikan, maka menambah amal dan ilmu mereka. Jika kita melakukan apa yang kita katakan dengan mengamalkannya dan memberikan keteladan, maka membuat mereka semakin cinta akhirat. Semoga Allah memberikan kita kemudahan, kekuatan, dan kesabaran untuk menjadi guru yang senantiasa bisa berbagi manfaat dan kebaikan. Amin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post