Mengenang mendiang umikku. Tujuh tahun tak terasa. Tapi kenangan manis itu masih kuingat. Mulai kecil hingga aku dewasa. Umikku sosok wanita yang sangat kuat. Aku anak ketiga dari empat bersaudara. Kami ditinggal ayah sejak masih kecil. Waktu itu empat tahun usiaku. Kakakku sulungku perempuan masih sembilan tahun. Yang nomor dua juga perempuan berusia enam tahun. Adikku paling bontot laki-laki berusia dua tahun.

Umikku membesarkan anak-anaknya sendirian. Menghidupi keempat anak-anaknya dengan berjualan yaitu membuka toko sembako. Alhamdulillah rumahku ditepi jalan jadi tidak sepi pembeli. Meskipun kami tidak mempunyai ayah, umikkulah yang berjuang melawan kerasnya kehidupan. Kami semua dididik agama dengan kuat. Beliau menyekolahkan kami mulai SD sampai bisa kuliah semua. Sampai kami berempat menjadi guru semua. Alhamdulillah hingga saat ini.

Belum sempat aku membahagiakan umikku, Allah memanggil keharibaan-Nya setelah kami berhasil semua. Seakan kau ucapkan,"Sudahlah, Nak Ibu pergi ke pangkuan Ilahi. Tanggug jawab Ibu sudah kutunaikan. Semoga kalian menjadi anak yang sholih sholihah menghantarkan Ibumu ke surga-Nya".

Ya Alloh, begitu besar kasih sayang ibuku. Belum sempat aku membahagiakan Beliau. Apa yang sudah kuberikan untuk ibuku masih lebih besar kasih sayang dan pengorbanannya pada kami anak-anaknya.

Hanya do'a yang kupanjatkan kepada Mu Ya Alloh "Ampunilah segala dosa dan kesalahannya". Aku yakin ibuku tersenyum di alam sana. Aamiin Yarobbal 'Aalamiin. Selamat Hari Ibu.