GURU DIANTARA HARAPAN DAN KEKACAUAN
Guru kencing berdiri murid kencing berlari. Pepatah lama yang masih urgen di era milenial. Bagaimana seorang guru bertindak murid akan bertindak melebihi dirinya. Dalam konotasi buruk. Apa mungkin dalam hal baik? sangat mungkin. Dan harus bisa. Menjadi pemicu kearah kebaikan adalah tugas utama seorang guru. Seorang murid disini bisa siswa ataupun teman sejawat juga lingkungannya.
Sebagai pemicu tentu harus tahu bagaimana mengarahkan moncong secara benar. Benar dalam arti mengetahui dan memahami tujuan dari perubahan yang dikehendaki. Baik tujuan pribadi maupun lembaga atau organisasi. Disini bisa sebuah sekolah yang didalamnya terdiri dari sekelompok siswa dan guru.
Ada tiga hal utama yang bisa menjadi pemicu perubahan yaitu tuntutan demokrasi, ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi. Ketiganya terkadang saling kait membentuk sebuah gelombong yang mendorong perubahan baik secara evolusi maupun revolusi. Biasanya satu lebih dominan dibanding yang lain. Tergantung situasi dan kondisi. Dimana bisa memunculkan momentum yang tepat untuk sebuah perubahan. Seperti momentum pandemi covid 19.
Apapun situasi dan kondisi maka sebuah organisasi harus memiliki sasaran yang jelas. Kesulitan untuk melakukan perubahan biasanya terjadi karena tidak jelasnya arah pengelolaan organisasi. Jika sebuah sasaran ditemukan maka perubahan bisa dilakukan dengan cepat. Ditambah momentum yang tepat, perubahan bisa berjalan secara revolusioner. Asal ada kesepakatan, jalan.
Misal pada masa pandemik corona atau covid 19 saat ini. Setidaknya ada dua faktor pendorong perubahan yang berperan. Teknologi dan kebutuhan ilmu pengetahuan. Teknologi pada saat ini sangat dibutuhkan untuk mentransfer ilmu pengetahuan. Maka melakukan perubahan dalam cara pembelajaran menggunakan teknologi akan menjadi revolusi. Yang semula enggan dengan berbagai alasan berubah menjadi membutuhkan dan menggunakan.
Mencoba menengok kebelakang. Betapa menyesakkan dada ketika harus memotivasi guru dan siswa untuk belajar teknologi pembelajaran. Meski sekedar bisa mengetik dengan komputer. Begitu banyak alasan untuk menolak. Dan sedikit alasan untuk memaksanya. Ketakutan untuk berubah telah menjadi kanker akut dalam pikiran. Sesuatu yang seharusnya tidak ada dalam jiwa pendidik dan siswa. Apalagi di era 4.0. Namun itulah fakta yang ada. Dan fakta tersebut kini berubah seratus delapan puluh derajat.
Meski perubahan tersebut tidak serta merta terjadi. Karena tetap membutuhkan motor penggerak. Perlu agen perubahan yang berfungsi sebagai change maker. Karena perubahan perlu perantara yang menghubungkan antara tujuan dan sumber perubahan. Perlu upaya-upaya khusus untuk menyentuh nilai-nilai dasar organisasi atau perseorangan. Menjadi pemicu perubahan kecil yang akan melahirkan banyak perubahan. Bukan sekedar pada satu orang atau lembaga, akan tetapi beberapa puluh lembaga atau orang.
Kebutuhan akan teknologi untuk kegiatan belajar mengajar sebagai faktor perubahan utama. Dan kebutuhan ilmu pengetahuan menjadi tujuan. Harus ada yang menghubungkan. Peran agen perubahanlah yang dibutuhkan. Dan itu harus ada yang berani. Begitu banyak agen perubahan yang berguguran di tengah jalan. Berani saja tidaklah cukup. Harus ada strategi khusus. Perubahan sekecil apapun menimbulkan kekacauan. Dan itu bisa menjadi alasan bagi kalangan yang tidak open mind untuk mengembalikan ke keadaan awal. Sehingga penyakit Planning Doing Cancel Again (PDCA) selalu muncul. Kekacauan dianggap sebagai kegagalan. Bukan sebuah proses yang harus dilampaui. Dan untuk itu manajemen harapan sangat penting.
Harapan adalah cahaya paling nyata dalam mengantisipasi kekacauan. Semakin jelas harapan yang bisa dibuat semakin stabil langkah menuju perubahan. Menyusuri jalan perubahan laksana melihat dan berjalan ke puncak bukit berbunga. Indah dilihat dan untuk dijangkau, namun jalan untuk mencapainya sungguh tak terduga. Akan ada semak belukar, jurang, jalan yang curam atau terkadang bertemu harimau. Begitu banyak kekacauan akan terjadi sepanjang jalan. Namun harapan yang kuat akan menjadi senjata andalan utama. Akan tetapi tidak semua orang mampu melihat harapan. Pengetahuan dan pengalaman sangat berperan disini. Sebuah visi hanya dimiliki seorang pemimpin.
Guru adalah orang yang berpengetahuan dan berpengalaman dalam melihat kedepan. Paling tidak pernah melihat bagaimana seorang murid telah bertindak dan hasilnya nanti. Apalagi jika sudah mengajar bertahun-tahun. Dengan melihat atau cuma mendengar bagaimana hasilnya sebuah pengajaran terhadap seseorang atau sekelompok siswa, visi ke depan secara tidak langsung akan terlatih. Karena perangkat perubahan terpenting adalah perangkat Soft, yaitu manusia dan organisasi. Sedangkan perangkat Hard yang menyangkut peralatan, waktu, biaya yang tidak sedikit tergantung pada manusia dan organisasi yang notabenenya adalah perangkat soft.
Perlu kematangan berpikir, konsep yang jelas dan sistematis sehingga perubahan bisa melalui tahap-tahap yang penuh turbulensi. Dan seorang guru adalah sosok yang pantas disebut memiliki kapasitas tersebut. Atau seharusnya memilikinya. Sehingga ia akan banyak berperan dalam proses perubahan baik individu maupun organisasi. Mengawal dan mengolah harapan untuk mencegah perubahan berhenti ditengah jalan. Menunjukan serta memelihara harapan agar tujuan tercapai. Tentunya dukungan organisasi sangat dibutuhkan. Karena orang cenderung menolak perubahan yang bisa mengancam eksistensinya. Organisasi bisa membuat pembaharuan-pembaharuan secara bertahap yang bisa dilihat secara kasat mata. Misalnya logo baru, semboyan baru, sarana prasarana dan lain sebagainya. Menunjukkan bahwa pelayanan makin meningkat, penampilan makin baik. Yang semuanya membuktikan bahwa perubahan sedang berjalan kearah yang benar.
Secara individual, guru bisa menunjukan apa yang telah diraih seorang siswa. Berfokus pada apa yang telah diraih bukan apa yang gagal dicapai. Ini sangat penting dalam rangka menjaga motivasi agar perubahan kearah yang diinginkan bisa terus berjalan secara maksimal. Hasil-hasil yang telah dicapai dalam jangka pendek perlu dicatat dan dilaporkan. Menunjukan bahwa bersama kita bisa dan sekaligus memberitahu bahwa ada perubahan yang masih bisa dilakukan. Dan guru sangat berperan penting dalam proses ini. Karena dialah yang sering bersosialisasi dengan siswa dan anggota masyarakat sekolah.
Memelihara irama perubahan memerlukan fokus dengan kontrol. Memahami durasi yang diperlukan untuk mendapat perubahan yang diharapkan. Dan mampu memegang kendali penuh terhadap setiap langkah. Fokus pada tujuan yang telah ditetapkan dengan mengontrol setiap langkah agar tidak menyimpang atau berubah. Karena tujuan yang berubah-ubah akan mewujudkan anggapan plin-plan. Dan itu bisa membuat karyawan atau siswa dan siapapun yang berada dalam gerbong belakang menjadi ragu-ragu. Yang akhirnya menjadi bimbang serta kehilangan kepercayaan.
Apalagi jika durasi waktu yang dibutuhkan cukup lama. Maka perlu dibuat tahap-tahap kecil yang bisa membuat semua pihak yakin dengan kemampuan untuk meraihnya. Dengan kendali yang penuh perubahan yang diharapkan akan bisa tercapai. Disini kadang guru tidak bisa berperan. Kendali untuk melakukan perubahan terpasung oleh sekedar memberi nilai. Atau membuat menara gading dalam rangka mengangkat nilai tertentu. Akibatnya mengorbankan tujuan utama pendidikan. Maka harus ada kebijakan untuk mengendalikan arah perubahan dari pimpinan. Jangan sampai garda depan ini menjadi lelah dengan tujuan yang tidak terkonstruksi secara jelas. Sehingga motivasi turun disebabkan tujuan di gagalkan atau berubah-ubah. Akibatnya change maker gugur di tengah perjuangan.
Ditambah ancaman yang tidak sedikit. Mulai dari keengganan berpindah dari zona nyaman, tidak mau bersakit-sakit dahulu sebelum bersenang-senang hingga alasan sekedar meneruskan warisan orang tua. Atau bahkan dari guru sendiri merasa ada sedikit ketakutan akan adanya pemutusan hubungan kerja atau sekedar pergeseran tempat dan sebagainya. Perlu kemampuan seorang pemimpin untuk mengatakan bahwa keadaan akan baik-baik saja. Serta akan indah pada waktunya.
Perubahan tidak akan berhenti. Karena hidup itu sendiri adalah proses berubah. Akan selalu ada tujuan dan harapan baru yang akan memunculkan kekacauan baru. Namun jika guru tidak berhenti berubah menjadi lebih baik, maka murid pasti akan berubah lebih hebat membuat dunia ini menjadi lebih baik dimasa depan. Dan dia akan menuntun kearah lebih baik lagi untuk masa depan. Atau Guru harus kencing berdiri supaya murid kencing berlari dalam arti positif.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar