AGUS MAKMUN

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Menghafal, Masih Perlukah? (1)
hapalan

Menghafal, Masih Perlukah? (1)

Sebentar lagi sudah masuk musim ujian? Walau tidak pernah masuk dan hanya daring. Memang rasanya bagaimana gitu, kok tiba-tiba lulus tanpa ada sesuatu. Jadi mau tidak mau harus ada ujian. Meski sekedar sebagai upacara seremonial. Tapi seremonial yang betulan.

Melakukan ujian adalah salah satu proses kegiatan belajar mengajar yang mesti ditempuh oleh siswa. Untuk mengetahui kemampuan siswa. Untuk menentukan sebuah peringkat. Dan untuk mengakhiri sebuah tahap pembelajaran. Atau sekedar seremonial.

Jika menilik pada materi pembelajaran yang menekankan pada kompetensi dasar esensial, maka nilai kemampuan yang seharusnya adalah sekitar 50% saja. Jika siswa betul-betul belajar maka kemampuan yang diperoleh seratus persen sama dengan lima pulh persen materi. Bagaimana dengan yang belajarnya tidak sungguh-sunggu? anda pikir sendiri saja.

Jadi bagaimana keabsahan hasil ujian untuk mengukur kemampuan siswa?

Tentu saja ujian akan tetap sah. Namun sesuai dengan kriteria masing-masing sekolah. Dengan ukuran masing-masing. Dan standar mereka sendiri. Secara kualitas yang terbaik bisa dilakukan.

Ujian biasanya dilakukan dengan metode hapalan. Pilihan ganda ataupun esei tetap memerlukan hapalan yang menuntut kerja keras. Bagaimana dengan anak yang hapalannya rendah. Jika tidak memenuhi standar KKM cukup buat remedial. Bisa ulangan lagi atau dikasih tugas. Beres. Yang penting atur sajalah agar bisa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal.

Bagaimana dengan soal HOTS ?

Metode soal terbaru yang lagi ngetren dikalangan pendidikan. Bentuk soal ini tetap membutuhkan hapalan teori. Bagaimana dia bisa menerapkan sebuah konsep untuk menjawab soal jika tidak tahu teorinya. Tahu teorinya saja mungkin masih bingung karena tidak paham maksudnya. Paling tidak ada tiga hal yang harus di kuasai siswa untuk menyelesaikan soal HOTS. Hapal, paham dan mampu menerapkan ke dalam penyelesaian soal. Dan itu harus dilakukan untuk sejumlah sepuluh sampai dengan tujuh belas mata pelajaran. Dalam satu waktu. Hebat kan.. ?

Memang ada beberapa pelajaran di sekolah berbasis agama yang menuntut hapalan. Namun jika semua diharap hapal, paham dan mampu mengaplikasikan hanya murid jenius yang mampu.

Jika kita berorientasi dengan tujuan pendidikan abad 21 maka hal tersebut diatas perlu dipertanyakan lagi. Apalagi sekarang begitu banyak informasi yang bisa didapat di media online. Tinggal pilih yang sesuai dan pakai. Dunia dalam era one big data. Informasi dari guru begitu terlalu telat. Jadi apa tugas guru ? menguji hapalan anak ? Ataukah memahamkan anak akan sebuah kelompok informasi.

Wallahualam...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Pak. Salam literasi

09 Mar
Balas

Trm kasih, masih belajar kok

09 Mar



search

New Post