Mix Daring
Perpanjangan masa “liburan” yang tidak jelas akhirnya cukup merepotkan guru dan orang tua. Masa pandemi yang demikian panjang tentu berakibat pada banyak hal. Khususnya dunia pendidikan. Apalagi tidak ada solusi pasti dalam masalah pengajaran. Akibatnya guru dan pihak sekolah harus meraba-raba teknik pembelajaran yang tidak bikin siswa garing hasratnya.
Belum lagi masalah jaringan internet, tidak punya hp dan tidak memilki paket internet. Semuanya kait mengkait membentuk sindrom “waleh” dengan persoalan. Apalagi jika keberadaan siswa berada di luar jangkauan jaringan internet. Tambah pusing lagi. Kepala jadi panas. Untungnya hati masih sedingin salju. Memandang wajah anak didik yang masih berharap mendapat pendidikan laksana angin dingin dibulan Desember.
Berbagai usaha dilaksanakan mulai pakai elearning yang suka ngambek sampai memakai cucunya mbah google. Classroom dan google form digeber sampai langit. Namun sedikit respon yang menggairahkan. Dengan berbagai alasan anak didik banyak yang mangkir. Ditambah kesibukan orang tuanya mencari makan untuk esok hari. Anak dirumah tiada yang mengarahkan. Apalagi tingkat pendidikan orang tua yang rendah. Hatipun meleleh. Dipakailah semi online. Tugas via whattsapp laporan dikirim langsung ke sekolah alias offline.
Namun karena perjalanan sekedar mengumpulkan tugas pun ternyata banyak kendala. Tugas menumpuk atau tiada kendaraan dan lain-lain. Hujan tak mampu lagi menumbuhkan niat dan perjuangan mereka. Sebagian mulai layu mengering ditimpa panas perjuangan. Harus dicarikan solusi baru supaya ilmu bisa tercurahkan. Rasanya baru kali ini mengamalkan ilmu dengan mengajar perlu perjuangan lebih. Mungkin Tuhan sedang menguji niat kita.
Semua hal yang bersangkutan dengan pembelajaran daring adalah menggunakan sebuah program yang anak kurang familier. Dan mungkin kurang dikuasai oleh anak. Apalagi orang tua. Meski disediakan petugas yang menangani kesulitan anak dalam menjalani daring. Namun kesan kurang tertarik atau membosankan muncul dikalangan anak didik. Harus selalu mencari metode baru.
Akhirnya ketemu lagi media yang cukup familier untuk anak jaman now. Grup facebook pun diluncurkan. Ternyata sesuatu yang sudah begitu membudaya di kalangan kita belum tentu di kalangan anak. Banyak yang tidak memiliki fb. Hanya persoalan kecil dbanding tidak punya hp atau jaringan internet. Namun gairah itu ada. Hanya perlu dorongan-dorongan kecil. Perlu variasi metode pembelajaran.
Pemanfaatan metode daring tertentu saja bisa membosankan. Apalagi jika hanya untuk memberikan tugas dan tugas. Anak perlu dijelaskan. Media daring yang dipakai bisa dipakai secara variasi. Namun jangan terlalu banyak variasi juga. Waktu akan dihabiskan hanya untuk mempelajari program baru. Dan ingat apapun metode akan selalu ada masalah. Namun masalah adalah tantangan bukan halangan. Dan tantangan harus diatasi. Tuhan sedang berusaha meningkatkan kapasitas kita.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Guru selalu berupaya agar pembelajaran dapat sukses. Semoga pandemi segera berlalu. Salam kenal dan salam literasi.
Salam
Salam