#Tagur1

Subuh itu diperjalanan pulang dari mushola bersama anakku satu-satunya Danu, aku menerima telfon dari seorang rekan kerja ku.

"halo mas, ini sapto" sayup terdengar suara dari ujung telfon, memang desaku ini terpencil sinyal sedikit susah.

"wo iya sapto, kamu punya nomer baru?" jawabku

"bukan mas, ini aku minjem hp teman" kata sapto. "ada apa to?" tanyaku

"gini mas, ini ada kerjaan mas, bosku kekurangan anggota satu"lanjut sapto

"kerjaan apa to, gajinya berapa? jawabku bersemangat, memang sudah seminggu ini aku tidak ada pekerjaan karena proyek terakhirku sudah selesai seminggu yang lalu, aku ini seorang buruh bangunan lepas.

Sapto melanjutkan, "ngerjain jembatan mas di kampung sebelah, kata bosku proyeknya seminggu, tapi sehari nya 50 ribu, gimana mas mau?". Aku sejenak berfikir "Mm.. 50? aku proyek kemaren 70 loh to, apa ga bisa naik?"jawabku.

"ga bisa mas, ya kalau mas ga mau saya ajak anto aja rencana" kata Sapto,

"Mm oke oke to aku mau"jawab ku, aku teringat tabunganku dari kerjaan minggu lalu sisa 250 ribu, kalau aku tidak terima tawaran sapto bisa gak makan anak istriku.

"Kapan mulai kerja to?"tanyaku, Sapto menjawab "hari ini mas, jam setengah delapan di kampung sebelah dekat kantor kelurahan".

"wo oke to, ntar bilang ke bosmu ya"kataku. "siip mas" jawab sapto.

Tlfon berakhir pas ketika aku dan danu sampai di rumah, hp samsung lipat ku tarok di meja, aku duduk sejenak menghela nafas sambil berfikir upah 50 ribu yang ditawarkan sapto tadi, memang kondisi pandemi corona ini bikin upah buruh bangunan jadi turun, "tapi ya sudah lah dari pada nganggur"pikirku dalam hati.

Danu datang menghampiriku "ayah" kata Danu dengan suara lirih. "iya nak"

Danu mengangkat hp samsung lipatku dan berkata"hp ayah ini bisa wasaap an?bisa internet?".

"ga bisa nak, ini kan hp murah, emang kenapa nak?"kataku

Danu menjawab"kata Galih teman Danu, kita sekarang sekolah dari rumah yah, belajarnya pake hp android pake wasap yah".

"apa tu android nak?" tanyaku

"itu yah, hp yang besar layarnya itu lo"kata danu

"oo yang kayak hp pamanmu"kataku

"iya yah itu, nanti sore kita ke kota ya yah beli itu" Danu mengoyang-goyangkan tanganku sambil berharap jawaban iya dari ayahnya. Tampak raut penuh harap di wajahnya, aku bingung harus menjawab apa lalu aku bertanya "Galih bilang dia beli harganya berapa?".

"2 juta yah, kita nanti sore ke kota kan yah?" Danu bertanya lagi dengan raut muka yang masih sama, aku kembali menghela nafas panjang sambil istighfar di dalam hati. Namun aku rasanya tidak mungkin mengecewakan perasaan anak ku, aku mengiyakan Danu meskipun aku belum tahu bakal dapat uang dua juta darimana.

Pagi pukul setengah tujuh aku mulai bersiap untuk pergi ke kampung sebelah menemui Sapto dan bosnya dan memulai pekerjaanku, istriku menyiapkan bekal untuk makan siang.

"dimana kerjaannya mas?"tanya istriku "kira-kira jalan kaki ke sana ada setengah jam perjalanan", sepertinya istriku tidak mendengar percakapanku dengan Danu.

"sayang aku pergi dulu ya"kataku ke istri

"iya mas, hati-hati"sambil mencium tanganku.

Di jalan aku kembali teringat dengan androidnya Danu, "uang dari mana ya Allah", jeritku dalam hati. "Jika sore ini aku gak jadi membelikan android anakku, aku merasa gagal sebagai ayah yang baik karena mengecewakan Danu" sambil berjalan hatiku terus berkata-kata.

Bersambung........