Alus Musyhar Laily

Guru Bahasa Inggris, suku Jawa rasa Melayu juga penggemar senja romantis dan sastra puitis....

Selengkapnya
Navigasi Web

Melati

"Mel, bila aku rindu padamu, maka aku akan pergi kekebun bunga ibuku. Ibuku menanam melati banyak sekali. Aku akan berlari kesana. Menghirup wanginya. Melati. Seperti namamu. Bahkan aroma setiap saat aku berada disampingmu. Wangi melati".

Aku tersenyum saat Prisdianto mengatakan hal demikian. Prisdianto, pria keturunan jawa yang kukenal diawal pendaftaran mahasiswa di salah satu universitas di kotaku.

" Lalu apa yang akan engkau lakukan?"

"Aku akan menghirup sepuasku. Lalu membayangkan wajahnmu yang ceria di sebalik ujung jilbabmu"

"Prisdianto, jangan teruskan hal seperti itu. Aku takut hal terswbut membuatmu sakit"

Prisdianto tersenyum pahit. Matanya yang jernih menatapku tajam. Aku bergidik ngeri. Secepatnya aku hendak mengangkat ragaku. Tetapi aku kalah cepat. Karena Prisdianto mampu menahan tanganku hingga aku tak mampu menggerakkan ragaku. Hatiku tepatnya.

" Melati. Besok kau akan kembali kekotamu. Tak bisakah kau menemaniku sebentar saja. Untuk menghilangkah perasaan rindu yang kupendam selama ini"

"Pris, maaf aku tak bisa melakukannya"

Pris, begitu aku memanggilnya. Pria yang usianya terpaut 1 tahun lebih tua dariku tersebut.

"Mas. Sebut begitu"

Aku mendengatkan nada protes dari suaranya. Aku hanya tersenyum tipis. Karena aku yang sudah terbiasa mendengar nada tersebut.

" Cukup Pris saja"

"Ah. Melati. Kenapa kau masih saja keras kepala? Yak bisakah kau memanggilku dengan sebutan yang aku inginkan?"

Lagi, aku hanya menggelengkan kepala saja. Menunggu reaksinya.

Satu, dua, tiga. Hap. Aku menunduk dengan cepat. Hampir saja tangan kekar tersebut mampir di kepalaku yang terbalut jilbab putih ini.

Aku tersenyum. Prisdiantopun tersenyum. Kami tertawa lepas. Sejenak saling mengingat masa lalu yang pernah kami lalui bersama.

"Pris, maaf aku harus pergi. Anakku pasti sudah menungguku. Tolong sampaikan salamku pada ibumu"

Aku beranjak dari tempat dudukku. Untuk sesaat aku mengibaskan pakaian bawah belakangku berwarna krem yang kupastikan kotor.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post