Alus Musyhar Laily

Guru Bahasa Inggris, suku Jawa rasa Melayu juga penggemar senja romantis dan sastra puitis....

Selengkapnya
Navigasi Web
Suratku untukmu, Kanda

Suratku untukmu, Kanda

Seruni masih menatap dengan hampa pada lembaran kosong yang berada di depannya. Tangannya masih setia dengan pena tinta berwarna biru. Diputar-putarnya dengan lincah diantara jemarinya. Sejenak, diperhatikannya cincin yang melingkar di jari manisnya. Dibacanya dua huruf kembar yang terukir disana, SS, sebagai inisial namanya dan nama pria yang dicintainya, Seruni – Satria.

Dialihkannya pandangannya. Kembali, meluahkan rasa pada kertas kosong dan bersih itu. Menghela nafas tertahan. Seperti berfikir, apa yang hendak ditulisnya. Hingga pada akhirnya, Seruni mulai mengotori lembaran bersih tersebut.

Untukmu Kanda,

Kanda, apa kabarmu kini? Apakah engkau baik-baik saja. Seperti harapan dan do’aku, semoga engkau sentiasa dalam kesehatan. Aamiin.

Kanda, telah kubaca risalahmu beberapa hari yang lalu. Dan aku merasakan kemarahan didalamnya. Maaf, bukan aku bermaksud menuduhmu, hanya saja sebenarnya aku rindu dan cemburu. Sekali lagi, aku meminta maaf, dan aku percaya sepenuhnya kepadamu.

Kanda, kini, kita yang tak lagi bertemu. Aku tahu, semua karena kesalahanku. Dan aku menyadari itu semua benar-benar karena kesalahanku. Semua diluar batas kemampuanku. Ketidakmampuanku untuk sekadar menahan rindu padamu.

Kanda, kita pernah berjumpa, berjalan dan sepayung bersama. Hanya saja, kita harus berjalan berlawanan arah. Kini, kita berjalan dengan segala kenangan-kenangan kita saja.

Kanda, tidak ada yang harus dipersalahkan dalam hal ini. Karena semua bukan karena kesalahan kita. Kita berpisah bukan karena sama-sama tak memiliki rasa. Kita berpisah bukanlah sama-sama saling melukai. Namun, perpisahan itu memang harus benar-benar terjadi. Diluar kemampuan rengkuhan kita.

Kanda, sekuat tenaga aku mencoba untuk melupakanmu. Awalnya, kukira melupakanmu semudah aku mengedipkan mataku. Tetapi, aku keliru. Benar-benar keliru, karena aku harus berjuang sekuat tenaga untuk sekadar tidak mengingatmu. Berjuang untuk melupakan segala senja-senja kita dan segala kenangan-kenangannya yang selalu saja betah untuk kembali pulang dalam ingatanku.

Kanda, apakah engkau tahu?. Satu hal yang paling aku benci. Aku begitu merindukanmu. Rindu yang kutahu tak akan pernah ada penawarnya. Karena kita yang tak akan pernah berjumpa. Dan aku yang ketakutan untuk sekadar menyapamu dan menghubungimu.

Kanda, do’aku, semoga engkau baik-baik saja. Dan aku tak ingin mendengar berita tidak baikmu. Karena, hatiku selalu nyeri setiap kali mendengar berita dukamu.

Teriring do’a, aku yang mencintai dan merindukanmu

Seruni

Seruni melipat kertas yang tidak lagi kosong, dengan perlahan dimasukkannya kedalam sampul berwarna merah jambu. Dan bersiap pergi ke kantor pos.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

ditunggu lanjutannya ya

18 Jan
Balas

InsyaAllah Bu.

18 Jan

Ditunggu balasan surat dari Satria ...Ya....OK?

21 Jan
Balas

Rindu terbelenggu, wahai angin malam bisikan pada seruni, satria pun menggunung rindunya

18 Jan
Balas

Hihihihi. Iya Bu.

18 Jan

Rindu terbelenggu, wahai angin malam bisikan pada seruni, satria pun menggunung rindunya

18 Jan
Balas



search

New Post