Alvonsus Glori A, S.Pd., Gr., M.Pd

Lahir di Kota MalangHobby : menulis dan membaca bermusik melukis hiking Profesional: 1. Penulis 2. Guru Bah...

Selengkapnya
Navigasi Web
KONEKSI ANTAR MATERI FILOSOFI GURU PENGGERAK
Guru Penggerak Kota Pasuruan

KONEKSI ANTAR MATERI FILOSOFI GURU PENGGERAK

Ki Hajar Dewantara menguraikan gagasannya sebagai acuan para seniman pendidikan (guru, pemangku kebijakan, orang tua, dan pejuang pendidikan) untuk menyelenggarakan pendidikan yang mencerminkan “Merdeka Belajar”. Dasar-dasar pendidikan inilah yang harus dijadikan pedoman dalam pendidikan untuk memanusiakan manusia sesuai dengan kodratnya.

Menurut KHD, Pendidikan (Opvoeding) memberi tuntunan (de begeleiding) terhadap segala kekuatan kodrat (kracht van de natuur) yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Oleh sebab itu menurut KHD (2009), “Pendidikan dan Pengajaran (Onderwijs) merupakan persiapan dan persediaan untuk kepentingan hidup manusia yang holistik, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”. Maka penegasannya adalah bahwa pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak”.

Pendidikan sebagai wahana persemaian benih-benih kebudayaan (kweek zaad) dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diwariskan sebagai budaya konstruktif.

Dalam menuntun pertumbuhan sesuai dengan kodrat anak, KHD menguraikan gagasannya bahwa guru atau pendidik berperan layaknya seorang petani atau tukang kebun. Petani hanya dapat menuntun tumbuhnya jagung, atau seorang petani sayuran, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman, menyiramnya setiap hari, memberi pupuk, membasmi hama ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman tersebut. Petani tidak dapat memaksa agar jagung tumbuh menjadi padi ataupun tanaman sayuran sawi tumbuh menjadi pepaya. Begitupun dengan Guru / pendidik. Pendidik hanya bisa menuntun dan merawat tumbuh kembangnya anak sesuai dengan kodratnya.

Menurut KHD Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Guru sebagai pendidik harus memberikan teladan yang baik dengan harapan siswa dapat meneladaninya demi membentuk karakter siswa. Sedangkan kodrat zaman yaitu, di era disrupsi saat ini menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21 yaitu kreatit, kolaboratif, berpikir kritis, komunikatif dan IT sebagai jalan mensukseskan pendidikan di Indonesia.

Menurut KHD, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor).

Lebih lanjut KHD menjelaskan, keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak. Keluarga merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih kecerdasan budi-pekerti (pembentukan watak individual).

Keluarga juga merupakan sebuah ekosistem kecil untuk mempersiapkan hidup anak dalam bermasyarakat dibanding dengan institusi pendidikan lainnya.

Alam keluarga menjadi ruang bagi anak untuk mendapatkan teladan, tuntunan, pengajaran dari orang tua. Keluarga juga dapat menjadi tempat untuk berinteraksi sosial antara kakak dan adik sehingga kemandirian dapat tercipta karena anak-anak saling belajar antara satu dengan yang lain dalam menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. Oleh sebab itu, peran orang tua sebagai guru, penuntun, dan pemberi teladan menjadi sangat penting dalam pertumbuhan karakter baik anak.

Oleh karena itu, Sebagai guru harus memberikan pedampingan dan pengawasan serta memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan pengetahuannya seluas luasnya seiring perkembangan zaman dan tidak terlepas dari fungsi kontrol kita sebagai guru dan orang tua yaitu memberikan motivasi dan memberikan pengertian kepada anak atau siswa agar tetap memegang teguh nilai-nilai atau norma-norma kemanusiaan yang ada sehingga tujun mendeka belajar dapat terwujud sesuai dengan semboyan Bapak Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tutwuri Handayani di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, dan di belakang memberi dorongan.

Kita sebagai pendidik menjadi pemimpin yang memerdekakan dan memberi teladan,  semangat, dorongan dan serta mengayomi peserta didik, Guru menjadi fasilitator dan motivator dalam pembelajaran sebagai sahabat belajar dengan berfokus pada murid. Pendidik adalah penuntun peserta didik, membimbing peserta didik dalam melakukan pencarian dan menemukan konsep-konsep teori dan membantu mereka menerapkannya sehingga anak-anak tidak kehilangan arah dan membahayakan hidupnya di masa sekarang dan yang akan datang.

Dasar pendidikan berikutnya adalah penanaman Budi Pekerti. Menurut KHD, budi pekerti merupakan perpaduan harmonis antara pikiran, perasaan, kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan semangat dan kekuatan. Hal ini menjadi salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pendidikan. Budi pekerti merupakan modal dasar kebahagiaan yang berperi-kemanusiaan. Budi pekerti merupakan kunci untuk mencapai keselarasan dan keseimbangan hidup. 

Idealnya pendidikan haruslah berpihak pada murid. Pendidik harus menghamba pada murid, lebih mementingkan mereka daripada karirnya sendiri. Dengan kemamuan,niat ikhlas dan semangat, memerdekakan menjadi agen Pelajar Pancasila. 

Guru harus melaksanakan dasar kerja pendidik seperti yang diungkapkan Ki Hajar, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodho (di depan memberi teladan), Ing Madya Mangun Karso (di tengah membangun semangat, kemauan), Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan). Dalam pelaksanaanya, pendidik harus berkolaborasi dengan berbagai pihak baik pihak sekolah, keluarga maupun masyarakat (Tri Pusat Pendidikan).

Peran yang paling esensial sebagai pendidik bahwa kita harus menuntun kebebasan anak untuk mencapai kebahagiaan lahir batin serta keselamatan sesuai dengan kodratnya masing-masing, karena anak dilahirkan sudah mempunyai talenta yang tersendiri, kita hanyalah sebagai penuntun menuju jalan keselamatan. Dalam konteks merdeka belajar, “setiap guru adalah murid dan setiap murid adalah guru”. Pendidikan dapat diperoleh dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Sekolah bukan satu-satunya sebagai tempat untuk memperoleh pendidikan tetapi sebagai tempat transformasi pendidikan dalam ekosistem belajar.

·           Pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) tentang pendidikan dan pengajaran yaitu tidak adanya keabadian dalam interaksi kehidupan manusia dan lingkungan. Alam dan jaman adalah sebuah lingkaran yang tidak bisa dihindari oleh manusia. Anak-anak sebagai peserta didik merupakan kehidupan yang akan tumbuh menurut kodratnya sendiri, yaitu kekuatan hidup lahir dan hidup batin mereka (Dewantara I,2004). Oleh sebab itu Ki Hadjar menekankan arti penting memperhatikan kodrat alam dalam diri anak ketika mengenyam pendidikan. Mendidik anak setara dengan mendidik masyarakat karena mereka bagian dari masyarakat. Mendidik anak berarti mempersiapkan masa depan anak untuk berkehidupan lebih baik, demikian pula dengan mendidik masyarakat berarti mendidik bangsa ( Dewantara I, 2004) 

·           Relevansi pendidikan Ki Hajar Dewantara terhadap pendidikan di Indonesia saat ini masih belum terlihat sempurna perlu banyak dorongan, motivasi, gerakan dan terobosan baru di dunia pendidikan untuk dapat mengkonstruksi kehidupan sosial dengan menitikberatkan pada tata kelola pembelajaran dan sarana, prasarana, dan mengededpankan pembelajaran bermakna melalui hati dan perasaan dengan berbagai integrasi pendekatan, pemanfaatan IT dan kerjasama yang baik dengan orang tua murid

 

·           Sebagai guru kami belum mampu menjadi sempurna dalam  mendidik mereka di sekolah meskipun kami berusaha semaksimal mungkin untuk terus mempertanggungjawabkan peran dan tanggung jawab dalam mendidik guna mencerdaskan mereka. Oleh sebab itu kami berterima kasih dengan adanya program PGP angkatan 6 dan kami sebagai Calon Guru Penggerak semakin termotivasi untuk terus belajar

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post