alwiyah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Cerita Tentang Hujan
Ceruta Tentang Hujan

Cerita Tentang Hujan

Cerita tentang Hujan

Oleh Alwiyah

Hari ini aku berencana pergi mengunjungi orang tuaku di Bogor. Sudah dua minggu aku tidak bersua Umi dan Apaku. Aku biasa memanggil ibuku sedang panggilan Umi, sedang Bapak aku panggil Apa. Berangkat pukul 9.00 WIB dari rumah. Perjalanan menggunakan mobil, ku tempuh tak lebih dari satu setengah jam. Perjalanku amat lancar, tidak seperti hari Minggu biasanya, selalu macet parah. Tanpaknya masyarakat patuh terhadap imbauan pemerintah untuk tetap tinggal di rumah saja, demi mengurangi percepatan penularan COVID-19.

Sampai di Bogor aku tak langsung ke rumah umi, mampir ke saungku dulu sebentar. Di saung itu ada kolam ikan, aku biasa memberi makan ikan setiap aku datang. Hal yang menyenangkan melihat ikan ikan begitu lahap menyambut pakan yang aku tebarkan. Aku bisa berlama-lama memandangi ikan warna warni yang lincah berebut makanan.

Sedang asyik memberi makan ikan gerimis rintik-rintik turun, aku berpindah tempat masuk ke ruang santai yang ada di sebrang kolam, ujung ruang santai tersebut masih terhubung dengan kolam, jadi aku bisa memberi makan ikan di dalam ruangan itu.

Gerimis berubah menjadi hujan deras, aku hentikan kegiatan memberi makan ikan, tempias hujan yang dibawa angin membasahi tubuhku, buru-buru aku menghindar sebelum pakainku kuyup. Hujan semakin deras bahkan seperti badai, angin kencang dan kilatan petir membuatku takut. Aku duduk di kamar depan memandangi hujan yang semakin menderas.

Aku penyuka hujan, setiap hujan seperti ini kenangan akan masa kecilku kembali hadir, senang bermain air hujan, berlari dalam deras hujan. Jika belum menggigil kedinginan biasanya aku belum berhenti mandi hujan. Sekarang dalam usiaku yang tak lagi muda, tubuhku sudah tak kuat terkena air hujan, biasanya jika kena air hujan aku langsung flu.

Aku selalu berhubungan dengan hujan, buktinya puisi yang paling aku suka adalah puisi karya Sapardi Djoko Damono berjudul Hujan Bulan Juni. Sampai hapal larik demi larik puisi tersebut, coba saja renungkan isi puisinya ini

Hujan Bulan Juni

Sapardi Dkoko Damono

Tak ada yang lebih tabah

Dari hujan bulan Juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

Kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak

Dari hujan bulan Juni

Dihapuskannya jejak-jejak kakinya

Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif

Dari hujan bulan Juni

Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu

Begitu dalam makna puisi Puisi “Hujan Bulan Juni" karya Sapardi Djoko Damono ini. Menggambarkan tentang penantian seseorang kepada seseorang yang dinantinya. Dengan sangat tabah, bijak, dan arif ia menanti. Dengan merahasiakan segala rindunya, menghapus segala keraguannya dalam menanti. Akhirnya penantiannya berbuah manis.

Hujan telah reda, bergegas aku menuju rumah Umi, khawatir hujan turun lagi sedang hari semakin sore. Alhamdulillah akhirnya aku bisa bercengkrama Bersama umi dan apaku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Aku suka puisi ini dan ada yang memberikan puisi ini untukku

30 Mar
Balas



search

New Post