Nusa Penida Sebuah Novel dan Destinasi Wisata
Nusa Penida Sebuah Novel dan Destinasi Wisata
Oleh Alwiyah
Libur semester ganjil tahun 2019, kami memutuskan untuk berwisata ke Pulau Bali. Destinasi wisata yang kami kunjungi salah satunya adalah Pulau Nusa Penida. Sebuah pulau cantik terletak di Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Sebelum membahas lebih jauh tentang Nusa Penida, saya akan membagi tulisan ini dalam dua bagian. Pertama, Nusa Penida sebuah judul Novel. Kedua, Nusa Penida sebuah destinasi wisata yang cantik menawan.
Novel Nusa Penida
Mendengar kata Nusa Penida, saya lansung teringat sebuah novel yang pernah saya baca waktu kuliah dulu, tanpa menunda-nunda saya langsung mencari novel ini di media daring, langsung saya baca kembali novel setebal 297 halaman, cetakan pertamanya diterbitkan oleh Balai Pustaka, Jakarta, tahun 1949 (http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id). Ini merupakan novel satu-satunya karya Anjar Asmara biasa menggunakan nama samara Abisin Abas, beliau lahir pada tanggal 26 Februari 1920 di Alahan Panjang, Sumatra Barat. Beliau sesungguhnya adalah salah satu pelopor dalam dunia drama Indonesia Modern.
Novel ini menceritakan kisah Gusti Ayu Pandan Sari sebagai tokoh utama dan tokoh tokoh penting lain seperti I Jaya, I Pageh, I Murda, dan lainnya sebagai tokoh pelengkap. Latar ceritanya adalah daerah pemukiman nelayan Kosamba dan Nusa Penida. Data sejarah menunjukkan bahwa cerita yang dikisahkan diperkirakan terjadi sekitar abad ke-19, saat Pulau Bali masih diperintah oleh para raja. Kepulauan Nusa Penida pada waktu itu berada di bawah kekuasaan kerajaan Klungkung dan pulau tersebut digunakan sebagai tempat pembuangan bagi orang-orang hukuman (Ratna:1991).
Setelah jatuhnya kerajaan yang dipimpin I Gusti Ketut Alit Rai, terjadilah perubahan nasib terhadap tokoh utama Gusti Ayu Pandan Sari. Pandan Sari akhirnya dipelihara sebagai anak angkat oleh salah seorang patih yang setia yang bernama I Murda. Bersama kedua anak kandungnya yang bernama I Jaya dan I Pageh, I Murda memulai kehidupan baru sebagai nelayan di Kosamba. Dalam keluarga yang miskin dan sederhana inilah pengarang melukiskan kisah cinta segi tiga, yaitu antara Gusti Ayu Pandan Sari dengan I Jaya di satu pihak, dan antara Ayu Pandan Sari dengan I Pageh di pihak lain.
Ketika Pandan Sari dibawa ke istana, ia merasa terikat. Karena rindunya pada I Jaya, berkali-kali Pandan Sari minta agar kastanya diturunkan sebagai orang biasa sehingga ia dapat menikah dengan I Jaya. Cinta Pandan Sari dan I jaya mengalami cobaan karena I Jaya yang telah membunuh orang dibuang oleh raja ke Nusa Penida selama 10 tahun. Pada saat itu permintaan Pandan Sari akhirnya dikabulkan. Pandan Sari diturunkan kastanya sebagai orang biasa. Pandan Sari berusaha mengejar I Jaya, tetapi ia terlambat. Kapal yang membawa I Jaya menuju Pulau Nusa Penida sudah berangkat.
Beberapa bulan sesudah I Jaya dibuang ke Nusa Penida, ia dikabarkan meninggal dunia. Setelah mendengar kabar itu, Pandan Sari terpaksa menikah dengan I Pangeh untuk membalas budi Pak Murda yang telah mengasuhnya. Pernikahan itu membuahkan seorang anak laki-laki. Berita pernikahan Pandan Sari dan I Pangeh terdengar oleh I Jaya di Nusa Penida. Diam-diam I Jaya menyusul dan mengajak Pandan Sari lari. Percakapan antara Pandan Sari dan I Jaya terdengar oleh I Pangeh. Ia mengejar I Jaya dan hampir menghunuskan kerisnya ke tubuh kakaknya. Ia teringat akan pesan ayahnya bahwa keris itu dapat mendinginkan hati yang panas, apabila terjadi perselisihan antara mereka bertiga.
Kedatangan I Jaya terdengar hingga istana. Mereka melakukan pengejaran. Tembakan polisi istana mengenai dada I Jaya. I Jaya terhanyut di ombak yang pasang. Ia terdampar di pantai yang tidak jauh dari rumahnya. Ia ditemukan oleh I Pageh yang langsung membawanya pulang ke rumah. Ia berpesan agar keluarganya tetap dipelihara dan agar I Pangeh dan Pandan Sari dapat menjadi suami isteri yang rukun, damai, dan berbahagia.
Novel Nusa Penida menceritakan dua masalah yang kuat yaitu percintaan sebagai maslah positif dan perbadaan kasta adalah masalah yang negatif. Perlu diketahui novel ini membahas dua masalah yaitu masalah positif: percintaan, kebebasan, kejujuran, dan harga diri. Masalah negatif yaitu perbedaan kasta, feodalisme, kekuasaan, keserakahan, dan poligami (Ratna:991)
Novel Nusa Penida menyuguhkan cerita yang sangat menarik dengan latar sosial dan latar tempat di Bali sangat bagus dibaca buat menemami masa masa WFH.
Bersambung
Rabu, 18 Maret 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Alhamdulillah, nemu ringkasannya. Terima kasih artikelnya, Bu. Ada Kenangan tersendiri novel ini bagi saya, saat SMP/SMA pernah baca, tapi belum selesai. Buku koleksi perpustakaan pribadi alm Bapak saya, tapi ternyata telah habis dimakan rayap...
ManTaaaaap wlee
Ayoo baca lagi Bu
Terima kasih
Jadi ingin membaca lagi Novel Nusa Penida.. Keren Wie.. Lanjut