Perlukan Media Distancing? Sebuah Tanggapan Artikel Gurusiana

Oleh Alwiyah

Tantangan gurusiana hari ini benar-benar menantang. Kita diminta menulis komentar artikel yang sudah ditulis teman. Ini bukan perkara mudah. Justru di sinilah tantangannya.

Membaca artikel yang ditulis kawan kita ini, ibu Rifni Hayati, selalu menarik dan memberi rasa kangen untuk segera membaca artikel artikel berikutnya yang tentunya selalu bagus isinya. Kritis disertai solusi yang ditawarkan untuk menjawab permasalahan yang diangkat.

Dalam kesempatan ini saya akan mencoba memberikan komentar atas artikel yang sudah bu Rifni buat kemarin. Artikel tersebut berjudul “Perlukan Media Distancing?’ Membaca artikel ini tentu sangat menarik pertama topik selalu up to date, bu Rifni selalu menyajikan topik artikel yang terkini. memberi judul artikelnya pun sangat menarik. Saya sangat suka dengan artikel ini sebab isinya membahas mengenaisikap kita dalam menerima informasi dari media massa, khususnya media online.

Era teknologi yang serba canggih ini turut memberikan dampak pada penyebaran informasi yang cepat. Lihat saja di media sosial atau media massa berbasis daring. Berita atau informasi-informasi berseliweran dalam hitungan menit bahkan detik. Kita dengan mudahnya menemukan berita atau informasi yang tidak layak dikonsumsi, misalnya berita, foto bahkan video yang memuat unsur kekerasan atau hal hal yang sadis.

Media sosial juga sering membagikan berita atau gambar yang tidak layak konsumsi, yang penting jadi orang pertama yang menggunggah berita atau foto tersebut dan menjadi viral. Ada etika jurnalistik yang dilanggar oleh pengunggah tersebut. Kita ambil contoh foto-foto kecelakaan lalu lintas yang korbannya tubuhnya terpotong-potong, atau korban kebakaran yang hangus tinggal tulang belulang sehingga tak dapat dikenali, di share begitu saja tanpa diblurkan fotonya. Disinilah diperlukan kebijakan kita sebagai konsumen berita atau inforasi tersebut. Cara yang terbaik adalah tidak serta merta mempercayai bahwa berita tersebut benar adanya, dibutuhkan sikap yang teliti dan tentunya harus dicroscek kebenaran berita tersebut. Ada baiknya kita rehat sejenak dari keramaian infomasi di dunia maya, seperti yang diistilahkan bu Rifni sebagai “Distancing Media.”

Media online atau media daring memiliki karakteristik yang mengedepankan kecepatan, selalu up to date dan bersifat conten oriented sehingga terkadang keakuratan isi informasi terabaikan. Kecepatan menjadi andalannya sehingga setiap menit atau detik berita harus muncul. Namun sayang sekali, penyebaran berita yang cepat terkadang tidak diikuti dengan keakuratan isi berita. disamping itu keberpihakan pers secara personal pada suatu isu juga dapat mempengaruhi isi berita yang menyebabkan isi berita tidak lagi menjadi objektif melainkan subjektif.

Ini berbeda dengan media cetak. Media ini lebih mengedepankan dua hal yaitu kecepatan dan keakuratan data atau informasi. Sebelum menyajikan berita wartawan media cetak akan melakukan melakukan check and recheck untuk menguji tentang kebenaran informasi itu.

Sudah sewajarnya kita sebagai orang awam mengonsumsi berita dari media massa yang berkualitas. Mari membiasakan diri mengonsumsi berita berkualitas.

Selasa. 24 Maret 2020