Amalia Damaianti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Naskah Drama Saksi Tuhan

Tantangan hari ke 5 #

BERDASARKAN CERPEN “CINTA DI ATAS PERAHU CADIK” KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA

ADEGAN 1

TEPI PANTAI. 05.30 WIB. UDARA DINGIN. GEMELETUK SUARA OMBAK TERDENGAR JELAS. PERAHU-PERAHU NELAYAN BELUM LEPAS JANGKAR. BELUM ADA NELAYAN YANG DATANG, KECUALI SUKAB. MENUNGGU HAYATI. IA SUDAH BERADA DI ATAS PERAHUNYA.

SUKAB (Menoleh ke arah gubuk Hayati)

Hayati, cepatlah kesini! (Berteriak)

HAYATI MUNCUL DARI GUBUKNYA. TIDAK JAUH DARI TEPI PANTAI. KELUAR PELAN-PELAN. SEMILIR ANGIN MENEMBUS JAKETNYA.

HAYATI (Berlari menghampiri Sukab)

Iya, sebentar.

SUKAB

Kamu lama sekali, Hayati. Apa kamu meminta izin dulu kepada suamimu? (Ketus)

HAYATI

Apa kamu gila? Tentu tidak, suamiku masih tidur.

SUKAB

Lalu, mertuamu? Dimana dia?

HAYATI

Di dapur. Sudahlah, mau kemana kita?

SUKAB (menghela nafas)

Ikutlah, nanti kamu tau. Kita akan bersenang-senang hari ini, Sayang. (membelai rambut Hayati)

HAYATI NAIK KE PERAHU. DARI GUBUK HAYATI, SEORANG NENEK TUA MUNCUL. IA MELIHAT HAYATI DAN SUKAB.

NENEK (Melotot)

Hei, Sukab, mau kamu larikan kemana istri orang? (Menunjuk ke arah Sukab)

SUKAB

Tenang, Mak. Akan kupulangkan Hayati padamu. Kami mau bersenang-senang sebentar. (Berteriak)

NENEK

Dasar, laki-laki tidak tahu diri! Kamu juga, Hayati. Suamimu tidur, bukan membuatkan sarapan malah pergi dengan suami orang. Belum kena azab, belum kapok kalian. (Geram)

HAYATI

Sebentar saja, Mak. Kami juga sebentar lagi menikah. Izinkan kami liburan barang sejenak.

PERAHU SUKAB MELAJU. NENEK TUA ITU MASIH GERAM.

ADEGAN 2

NENEK ITU DUDUK DI KURSI KAYU. BERSANDAR DI GUBUKNYA. MUNCUL DULAH DARI DALAM GUBUK.

DULAH

Ada apa, Mak pagi-pagi sudah teriak-teriak? (Menguap)

NENEK

Lihatlah kelakuan istrimu itu!

DULAH

Kenapa lagi Hayati?

NENEK

Pergi dengan Sukab naik perahu. Istri macam apa itu? Bisa-bisanya kamu memilih istri seperti Hayati. Maryam yang setia saja malah kamu tinggal demi Hayati keparat itu. (Membentak)

DULAH

Bukannya sudah biasa kalau Hayati pergi dengan Sukab, Mak? Sudahlah, Mak, tidak perlu membahas Maryam. Lagipula ia juga sekarang sudah menikah.

NENEK

Dulah, Dulah, Suami macam apa kamu ini? Istrimu dibawa lari laki-laki lain malah tenang-tenang saja.

DULAH

Lagipula mereka saling mencintai, Mak. Untuk apa aku mencegahnya? Punya hak apa? Sebentar lagi kami bercerai.

NENEK

Kamu itu apa tidak pernah belajar agama? Istri itu harus taat dengan suami! Bukannya selama ini kamu taat beragama dan tidak seperti emak.

DULAH

Aku tahu. Tapi dia sudah tidak bisa dinasihati lagi. Lebih baik kami segera bercerai dan mereka pun bisa menikah. Jadi, tidak akan terjadi seperti ini lagi.

NENEK

Terserah kamu sajalah! Kamu sudah tau mana yang baik buatmu. (Masuk ke dalam gubuk)

DULAH

Mak, marah dengan Dulah?

NENEK

Tidak.

DULAHMak….. (Masuk ke dalam gubuk)

ADEGAN 3

SENJA. PERAHU-PERAHU NELAYAN SUDAH BERDATANGAN. PERAHU SUKAB BELUM JUGA PULANG. DULAH MASIH MENUNGGU HAYATI DI TERAS. MEMANDANGI PANTAI. WAJAHNYA KUSUT. SEORANG NENEK KELUAR DARI GUBUK.

NENEK

Sedang melamunkan apa kamu di sini? Istrimu?

DULAH

Ya.

NENEK

Sudah tau istri belum pulang, kenapa tidak cepat kamu cari? Dulah, Dulah!

DULAH

Barangkali Hayati sadar, lalu pulang, Mak.

NENEKHayati tidak akan pulang sebelum terkena azab dari Tuhan. Pergilah bersembayang, biar emak yang menunggu.

DULAH MASIH SAJA MELAMUN. TIDAK MERESPON. NENEK ITU MEMUKUL BAHU DULAH.

NENEK

Kamu tidak dengar adzan magrib? Pergi bersembayang dahulu!

DULAH BERGEGAS MASUK KE DALAM GUBUK.

ADEGAN 4

NENEK ITU MASIH MENUNGGU DI DEPAN GUBUK. DULAH KELUAR DARI GUBUKNYA. DUDUK DI SAMPING IBUNYA.

DULAH

Hayati belum pulang, Mak?

NENEK

Seperti yang kamu lihat.

DULAH TERDIAM.

NENEK

Kamu menunggu apa lagi? Kamu cari istrimu sekarang! Tanyakan kepada nelayan-nelayan yang lain barangkali melihat istrimu.

DULAH

Biar saja, Mak.

NENEK

Kamu ini bagaimana? Sudah malam begini istri belum pulang, kamu biarkan saja. Bagaimana istrimu mau taat denganmu? Biar emak yang pergi mencari! (Bergegas pergi)

DULAH MASIH MELAMUN.

ADEGAN 5

NENEK ITU PERGI KE TEPI PANTAI MENGHAMPIRI NELAYAN-NELAYAN YANG BARU SAJA PULANG. DINGIN. GEMURUH OMBAK JELAS TERDENGAR. SUNYI. DUA ORANG NELAYAN SEDANG BERKEMAS.

NENEK

Apa kalian melihat perahu Sukab dan Hayati?

NELAYAN 1

Saya melihat mereka menyalip perahu saya tadi siang, Mak.

NENEK

Sedang apa mereka di atas perahu?

NELAYAN 1

Saya melihat mereka sedang berbincang-bincang begitu mesra di atas perahu itu.

NELAYAN 2

Bahkan Hayati memeluk Sukab dari belakang, Mak. Aku yang melihat saja jijik, Mak.

NELAYAN 1

Dulah kemana, Mak? Kenapa dia membiarkan mereka pergi?

NENEK

Dia di rumah. Nampaknya Dulah sudah kehabisan daya. Memang dasar mereka tidak tahu diri. Suami dan istrinya di rumah, malah pergi bersenang-senang (Memaki)

NELAYAN 2

Sudah saya bunuh kalau sampai Sukab pergi dengan istriku!

NELAYAN 1

Tapi setelah mereka menyalip kami, kami tidak tahu dimana mereka. Sore pun kami tidak melihat mereka lagi.

NENEK

Sudahlah, memang dasar jalang itu Sukab! (berbalik badan)

NELAYAN 1

Mau kemana lagi, Mak?

NENEK

Ke rumah Waleh.

NELAYAN 2

Hati-hati, Mak.

NENEK

Ya.

NENEK TUA ITU PERGI KE TEMPAT WALEH. BADANNYA YANG SUDAH MEMBUNGKUK ITU TETAP TANGGUH.

ADEGAN 6

DEPAN GUBUK SUKAB. MENGETUK PINTU. IA TAMPAK KELELAHAN. MENGETUK PINTU. SEORANG ANAK GADIS MEMBUKAKAN PINTU.

NENEK

Bapakmu sudah pulang?

GADIS (Menggelengkan kepala)

NENEK

Mana ibumu?

GADIS (Menunjuk ke arah ibunya)

NENEK ITU MASUK. MELIHAT SEKELILING. WALEH BERBARING DI ATAS TEMPAT TIDUR.

NENEK

Apa kamu tidak tahu Sukab pergi dengan Hayati?

GADIS ITU MEMBERIKAN KURSI KAYU UNTUK DUDUK.

NENEK

Ya, terima kasih.

WALEH HANYA DIAM

NENEK

Waleh, aku punya menantu seperti Hayati saja sudah tidak sanggu! Tapi kamu, kenapa kamu begitu taat dengan suamimu? Sukab dan Hayati tidak sepantasnya berbuat sepeti itu kepada kamu dan Dulah!

WALEH

Aku tahu, Mak. Aku hanya menjalankan kewajibanku terhadap suamiku.

NENEK

Tapi, apa Sukab sadar itu?

WALEH

Barangkali dengan kejadian ini ia sadar, Mak. Lihatlah, Mak, anakku belum bisa bicara. Demi anak kami, aku rela seperti ini. Tuhan tahu segalanya.

NENEK

Bahkan Tuhan kelak menghukum mereka! Tuhan tidak Tidur! Tapi kamu malah diam saja.

WALEH

Aku hanya bisa berdoa agar suamiku pulang selamat, Mak. Bahkan kalaupun mereka pulang dan harus menikah, aku tidak keberatan. Kebahagiaan suamiku itu kebahagiaanku, Mak. Aku tahu, aku mungkin belum bisa jadi istri yang baik. Mungkin lebih baik Hayati.

NENEK

Waleh, Waleh, Hanya orang bodoh yang memandang kamu bukan istri yang baik.

WALEH BATUK-BATUK. ANAK GADISNYA SEDANG BERMAIN BONEKA SENDIRI. TERSENYUM SENDIRI. TIDAK PAHAM PEMBICARAAN IBUNYA. TAPI GADIS AUTIS ITU PATUH DENGAN IBU DAN BAPAKNYA.

WALEH

Tini..

GADIS

Iya, Mak? (Menoleh)

WALEH

Tolong ambilkan minum untuk Emak dan Nenek!

GADIS

Iya, Mak (menuangkan air mineral dari kendi)

GADIS

Ini, Mak. (diletakkan di atas tempat tidur)

NENEK

Terima kasih. ( Tersenyum)

GADIS ITU KEMBALI BERMAIN.

WALEH

KarENA itu juga aku tidak pernah dendam kepada Sukab maupun Hayati. Aku masih punya anak seistimewa Tini.

NENEK TERDIAM. MEMANDANGI TINI.

NENEK

Ya sudah, Waleh, aku pamit pulang. Dulah di rumah sedang tidak enak pikirannya. Dia hanya diam saja.

WALEH (Mencoba beranjak)

Biar aku antar, Mak.

NENEK

Sudah, kamu istirahat saja.

GADIS ITU MENGGANDENG NENEK DAN MENGANTAR KELUAR. TERSENYUM.

NENEK

Anak yang baik.

ADEGAN 7

FAJAR. TEPI PANTAI. NELAYAN-NELAYAN BERSIAP MELAUT.

NELAYAN 3

Apa kamu melihat perahu Sukab?

NELAYAN 1

Aku terakhir melihatnya bercinta di atas perahu. Kasihan suami dan istrinya. Apalagi mertua Hayati yang setiap petang menanyakan kabar menantunya.

NELAYAN 3

Aku juga tidak habis pikir. Suami sesabar Dulah dan istri setaat Waleh malah dikhianati. Jahanam itu Hayati dan Sukab!

NELAYAN 2

Sudahlah, kita saja sudah pusing mau makan apa nanti. Tambah pusing kalau mikir rumah tangga orang. Ayo pergi melaut! (Naik ke perahu)

ADEGAN 8

PETANG. GEMURUH OMBAK GANAS. DULAH DUDUK DI TERAS RUMAH. MELAMUN. MENUNGGU HAYATI. SEDANG WALEH DAN ANAKNYA BERDIRI DI TEPI PANTAI. MENUNGGU SUKAB PULANG. LANGIT SEMAKIN GELAP. ANAK GADIS WALEH MERASA DINGIN.

GADIS

Bapak kapan pulang, Mak? (Memandang ibunya)

WALEH

Sebentar lagi. Kita tunggu di rumah saja, ya. Bapakmu pasti pulang.

WALEH MENGGANDENG ANAKNYA,LALU PULANG. BELUM JUGA TAMPAK PERAHU SUKAB. DULAH MASIH MELAMUN.

ADEGAN 9

PARA NELAYAN DATANG. GEMURUH OMBAK SEMAKIN GANAS. BADAI. MEREKA MEMBERESKAN JALA DAN IKANNYA.

NELAYAN 1

Kamu lihat badai tadi?

NELAYAN 2

Ya, aku tidak bisa melanjutkan.

NELAYAN 3

Mungkin ini pertanda buruk. Cepat kita pulang! Ini gara-gara Sukab dan Hayati yang mungkin kena kutukan. Mereka tidak perlu kembali.

NELAYAN 1

Jangan asal mengumpat!

MEREKA BERGEGAS PULANG. BADAI.

ADEGAN 10

BADAI BERHENTI. TENGAH MALAM. OMBAK TIDAK GANAS LAGI. PERAHU SUKAB MENDARAT. SUNYI. HAYATI TERLIHAT LUSUH. BADAN SUKAB LUKA-LUKA. MEREKA DUDUK DI TEPI PANTAI. TERDIAM.

SUKAB

Kau ingat badai tadi, Hayati?

HAYATI

Ya, aku ingat betul. (Melihat langit) tidak seharusnya kita berbuat seperti ini.

SUKAB

Baru kali ini aku merasakan hal yang sangat mengerikan. Selama ini aku kira Tuhan tidak nyata. Tapi, ternyata aku salah

HAYATI

Bahkan aku tidak bisa menjadi istri yang baik bagi Dulah.

SUKAB

Apalagi aku yang sudah punya istri taat, tapi malah aku yang tidak tahu diri. (Menunduk)

HAYATI

Kau sudah punya anak, bukan?

SUKAB

Ya, anakku sangat baik. Meskipun dia kurang, tapi dia tidak pernah membentakku. Aneh kan? Padahal aku selalu memaki-maki Ibunya ketika ia mencegahku pergi bersamamu.

HAYATI

Ibu mertuaku sangat peduli denganku. Aku pun tidak tahu diri. Sangat!

HAYATI DAN SUKAB SALING MEMANDANG.

SUKAB

Sampai di sini saja, Hayati. Tuhan tidak pernah merestui kita.

HAYATI

Ya, Sukab. Sebaiknya kita kembali pada rumah tangga kita masing-masing. Kita perbaiki kesalahan kita. Tidak sepantasnya kita seperti itu.

HAYATI DAN SUKAB BERDIRI. MEREKA PULANG.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Waow. Inspiratif Bun. Biasanya hy cerpen ,puisi, e, skrg njenengan ini yg pertama mengekspos naskah drama. Good ide Bun. Selamat ya Bun. Insylh saya juga mau buat Bun. Salute buat Bunda

04 Feb
Balas

Naskah drama adaptasi dari cerpen Bu. Semangat, insyaAllah temanteman juga bisa dan bahkan jauh lebih baik.

04 Feb
Balas



search

New Post