Mas Amar

Aku tak butuh kelas, sebab alam ini sudah menjadi kelas buatku. Dimana Air, tanah dan udara adalah gurunya, namun semua berubah sejak negara api menyerang. Aku ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Langit Menangis

Langit Menangis

Langit menangis berbias deru Merintis selimuti awan semu Gelap tiada sekat sepekat debu Sepi berperi naynyian ironi diri Kopi pahit saksi bersinggah iri Udara telah berubah Di desa yang merepal susah Kian tak ubah berbuah gelisah Sepekan terlewati Sebulan terlampaui Terhenti, mati membuka sejarah ini Nama-Mu kembali membumbung tinggi Di tengah luka yang menganga di nurani sunyi Mas Amar
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren, puisi indah membingkai ada di dada. Sukses selalu dan barakallahu fiik

31 Dec
Balas

Puisi keren.... Yups benar, langit sedang menangis.. Hujan tak hentihentinya dan banjir dimana. Semoga alam tetap bersahabat. Hujan adalah anugerah yang tak ternilai harganya, semoga membawa keberkahan. Sukses selalu dan salam kenal ya.

31 Dec
Balas

Keren... Lanjutkan pak

31 Dec
Balas

Mantab..

31 Dec
Balas

Terima kasih, rekanrekan gurusiana. semoga semua selalu sukses, berkah dan bahagia.

31 Dec
Balas



search

New Post