Ambar Rujito

Penulis bernama lengkap Ambar Rujito, lahir di Desa Karangsari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 4 Juli ...

Selengkapnya
Navigasi Web
GURU ITU ROLE MODEL

GURU ITU ROLE MODEL

Suatu hari seekor induk kepiting bertanya kepada anaknya: “Anakku, mengapa kamu berjalan menyamping seperti itu?. Seharusnya kamu berjalan lurus ke depan”. Anak kepiting menjawab: “Tunjukkan dulu bagaimana caranya bu. Nanti aku akan menirunya”. Ibu kepiting berusaha mencontohkan bagaimana berjalan lurus tetapi tidak berhasil. Akhirnya ia menyadari betapa bodohnya ia selama ini karena hanya melihat kesalahan pada anak kepiting, padahal kesalahan tersebut justru berasal dari dirinya. Kisah yang disampaikan oleh Aesop seorang filsuf Yunani, menggambarkan betapa seringnya kita sebagai orang tua atau guru mengkritik dan menyalahkan perilaku anak-anak kita. Padahal perilaku seorang anak adalah hasil dari sebuah proses sosialisasi dan pendidikan yang diberikan dari lingkungannya, terutama dari orang tua dan gurunya. Salah satu cara yang paling efektif mendidik anak atau peserta didik adalah dengan memberikan contoh konkret, bukan dengan sekedar nasehat atau kata-kata.

Teori belajar “Social Learning Theory” yang dikembangkan oleh Albert Bandura menyimpulkan bahwa sebagian besar perilaku manusia adalah hasil belajar dari model melalui observasi, imitasi, dan modeling. Adapun proses belajar melalui role model terdiri atas empat proses yang saling terkait yaitu pertama, proses pemerhatian, berkaitan dengan karakteristik guru sebagai model yang mempengaruhi proses belajar peserta didik. Guru yang memiliki daya tarik interpersonal tinggi lebih mudah ditiru daripada yang tidak. Kedua, proses retensi digambarkan ketika peserta didik mengamati perilaku seorang guru dan segera menirunya dan dilain kesempatan menggunakannya sebagai panduan untuk bertindak. Ketiga, proses reproduksi motorik. Dalam rangka meniru model, peserta didik mengubah representasi simbolis dari pengamatan ke bentuk tindakan. Keempat, proses motivasi. Peserta didik cenderung melakukan sebuah perilaku seperti yang dilakukan model, apabila perilaku tersebut dinilai oleh peserta didik memiliki konsekuensi yang baik.

Thomas Lickona dalam bukunya “Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility” juga memperkuat teori belajar dari Albert Bandura, Lickona menyatakan bahwa “values are cought”, yang artinya adalah nilai-nilai yang ditangkap peserta didik adalah melalui contoh (role model) dari gurunya. Maka dari itu menjadikan guru sebagai pendidik karakter tidak cukup hanya membekali mereka dengan teori dan seperangkat kurikulum saja, tetapi juga menyangkut bagaimana seorang guru dapat menjadi idola bagi muridnya, sehingga setiap perkataan dan tingkah laku guru akan ditiru oleh muridnya. Seperti yang disampaikan oleh Parker Palmer bahwa: “Good teaching can never be reduced to technique. Good teaching comes from the identity and inetgrity of the teacher” artinya pengajaran yang baik tidak pernah direduksi hanya menyangkut teknik saja. Pengajaran yang baik berasal dari identitas dan integritas gurunya, dalam hal ini guru yang berkepribadian dan berkarakter yang baik.

Role model atau keteladanan antar warga sekolah itu sangat penting dalam rangka internalisasi nilai karakter pada diri peserta didik. Dalam hal ini idealnya seluruh warga sekolah (kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan) menjadi role model bagi peserta didik untuk menerapkan nilai-nilai utama pendidikan karakter. Perilaku keteladanan merupakan contoh nyata dari figur orang dewasa yang dapat ditiru secara langsung oleh setiap warga sekolah. Misalnya keteladanan dari kepala sekolah akan ditiru oleh guru dan peserta didik, keteladanan guru akan ditiru oleh peserta didik dan keteladanan peserta didik akan ditiru oleh peserta didik yang lain.

Inti dari pesan tulisan ini adalah begitu ampuhnya sosok panutan seorang guru dalam mempengaruhi perilaku peserta didik kita. Memang untuk menjadi role model ini bukan merupakan tugas yang ringan. Namun inilah tugas mulia yang melekat pada sosok seorang guru. Guru yang profesional dan berkarakter harus dibangun dari sejumlah kompetensi yang saling berkaitan satu sama lainnya. Kompetensi kepribadian dijadikan pondasi bagi kompetensi lainnya. Kompetensi pedagogik dan profesional yang berpijak pada kompetensi kepribadian harus berfungsi untuk menopang kompetensi sosial sebagai manifestasi publik terhadap kualitas profesionalisme guru.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

truly teacher.

26 Jan
Balas



search

New Post