Ambar Sulistiyani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI PEMBELAJARAN ERA ABAD 21

PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI PEMBELAJARAN ERA ABAD 21

PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI PEMBELAJARAN ERA ABAD 21

Ambar Sulistiyani [email protected] ABSTRAK Sebagai ciri khas era globalisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang sangat cepat dan makin canggih, dengan peran yang makin luas maka diperlukan siswa yang mempunyai karakter. Untuk bisa berperan secara bermakna pada era globalisasi di abad ke-21 ini maka setiap siswa dituntut untuk memiliki kemampuan yang dapat menjawab tuntutan perkembangan zaman. Pendidikan karakter adalah suatu sistem pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter tertentu kepada peserta didik yang di dalamnya terdapat komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, serta tindakan untuk melakukan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter (character education) sangat erat hubungannya dengan pendidikan moral dimana tujuannya adalah untuk membentuk dan melatih kemampuan individu secara terus-menerus guna penyempurnaan diri kearah hidup yang lebih baik. Kata Kunci : Pendidikan karakter, era abad 21 ABSTRACT As a characteristic of the era of globalization, science and technology are developing very fast and are increasingly sophisticated, with increasingly broad roles, students who have character are needed. To be able to play a meaningful role in the era of globalization in the 21st century, every student is required to have abilities that can answer the demands of the times. Character education is an education system that aims to instill certain character values in students in which there are components of knowledge, awareness or will, as well as actions to carry out these values. Character education (character education) is very closely related to moral education where the aim is to form and train individual abilities continuously for self-improvement towards a better life. Keywords: Character education, 21st century era PENDAHULUAN Pembelajaran di era abad 21 merupakan suatu peralihan pembelajaran dimana kurikulum yang dikembangkan menuntun sekolah untuk mengubah pendekatan pembelajaran dari teacher centred menjadi student centered. Hal ini sesuai dengan tuntutan masa depan dimana peserta didik harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar. Kecakapan-kecakapan tersebut antara lain kecakapan memecahkan masalah, berpikir kritis, kolaborasi, dan kecakapan berkomunikasi. Ciri-ciri pembelajaran era abad 21 antara lain, 1. selalu melibatkan aspek keterampilan abad 21 dalam menyelesaikan setiap permasalahan di ranah global, 2. Selalu berkolaborasi dalam belajar dan bekerja dengan beragam individu dari berbagai suku, etnis, maupun agama, 3. mengedepankan sikap saling menghormati dan dialog terbuka dengan komunitas, 4. penanaman nilai integritas di tengah keberagaman bangsa dan budaya sebagai bentuk keragaman masyarakat global, 5. pembelajaran harus dipusatkan pada peserta didik.

Seperti kita ketahui bahwa proses globalisasi secara terus-menerus akan berdampak pada perubahan karakter siswa. Kurangnya pendidikan karakter akan menimbulkan krisis moral yang berakibat pada perilaku negatif di masyarakat, misalnya pergaulan bebas, penyalahgunaan obat-obat terlarang, pencurian, kekerasan terhadap anak, dan lain sebagainya. Menurut Thomas Lickona, setidaknya ada tujuh alasan mengapa character education harus diberikan kepada warga negara sejak dini, yaitu; 1. Ini merupakan cara paling baik untuk memastikan para murid memiliki kepribadian dan karakter yang baik dalam hidupnya, 2. Pendidikan ini dapat membantu meningkatkan prestasi akademik anak didik, 3. Sebagian anak tidak bisa membentuk karakter yang kuat untuk dirinya di tempat lain, 4. Dapat membentuk individu yang menghargai dan menghormati orang lain dan dapat hidup di dalam masyarakat yang majemuk, 5. Sebagai upaya mengatasi akar masalah moral-sosial, seperti ketidakjujuran, ketidaksopanan, kekerasan, etos kerja rendah, dan lain-lain, 6. Merupakan cara terbaik untuk membentuk perilaku individu sebelum masuk ke dunia kerja/ usaha, 7. Sebagai cara untuk mengajarkan nilai-nilai budaya yang merupakan bagian dari kerja suatu peradaban. Dari penjelasan tersebut kita menyadari bahwa pendidikan karakter sangat penting bagi setiap orang. Dengan begitu, maka para guru, dosen, dan orang tua, sudah seharusnya senantiasa menanamkan nilai-nilai karakter yang baik kepada anak didiknya.

PEMBAHASAN

Makna Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penamaan nilai-nilai karakter yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan.

Menurut D. Yahya Khan, pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja sama sebagai keluarga, masyarakat, dan bangsa. Serta membantu orang lain untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, pendidikan karakter mengajarkan anak didik berpikir cerdas, mengaktivasi otak tengah secara alami. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini merupakan bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan yang cerah. Dengan kecerdasan emosi, seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh guru untuk mempengaruhi karakter peserta didik dengan cara memberikan keteladanan, cara berbicara atau menyampaikan materi yang baik, toleransi, dan berbagai hal yang terkait lainya.

Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan Pendidikan Pendidikan Karakter diantaranya adalah sebagai berikut : 1. mengembangkan potensi afektif peserta didik sebagai manusia dan Warga Negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa 2. mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya dan karakter bangsa 3. menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa 4. mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan dan 5. mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.

Karakter yang diharapkan di era pembelajaran abad 21

Pada pembelajaran era abad 21, siswa diharapkan memiliki karakter berikut antara lain:

1. Critical thinking and problem solving (Berpikir kritis dan memecahkan masalah)

Berpikir kritis merupakan suatu proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat orang lain . Berpikir kritis secara esensial adalah proses aktif dimana seseorang memikirkan berbagai hal secara mendalam, mengajukan pertanyaan untuk diri sendiri, menemukan informasi yang relevan untuk diri sendiri daripada menerima berbagai hal dari orang lain. Dalam konsep ini peserta didik belajar memecahkan masalah yang ada dan mampu menjelaskan, menganalisis dan menciptakan solusi bagi individu maupun masyarakat. Peran peserta didik dalam penerapan pembelajaran abad 21 adalah; belajar secara kolaboratif, belajar berbasis masalah, memiliki kemampuan high order thinking, serta belajar mengajukan pertanyaan.

2. Creativity dan Innovation (Kreatif dan berinovasi)

Kreatif tidak selalu identik dengan anak yang pintar menggambar atau merangkai kata dalam tulisan. Namun, kreativitas juga dapat dimaknai sebagai kemampuan berpikir outside the box tanpa dibatasi aturan yang cenderung mengikat. Anak-anak yang memiliki kreativitas tinggi mampu berpikir dan melihat suatu masalah dari berbagai sisi atau perspektif. Hasilnya, mereka akan berpikiran lebih terbuka dalam menyelesaikan masalah. Pada konsep ini peserta didik akan diajak untuk bisa membiasakan diri dalam melakukan dan menjelaskan setiap ide yang dipikirkannya. Ide ini akan dipresentasikan kepada teman kelas secara terbuka sehingga nantinya akan menimbulkan reaksi dari teman kelas.

3. Collaboration (Kerjasama)

Kerjasama adalah aktivitas bekerja sama dengan seseorang atau beberapa orang dalam satu kelompok untuk mencapai tujuan yang ditetapkan bersama. Aktivitas ini penting diterapkan dalam proses pembelajaran agar anak mampu dan siap untuk bekerja sama dengan siapa saja dalam kehidupannya mendatang. Saat berkolaborasi bersama orang lain, anak akan terlatih untuk mengembangkan solusi terbaik yang bisa diterima oleh semua orang dalam kelompoknya. Konsep kerjasama akan mengajak peserta didik untuk belajar membuat kelompok, menyesuaikan dan kepemimpinan. Tujuan kerjasama ini agar peserta didik mampu bekerja lebih efektif dengan orang lain, meningkatkan empati dan bersedia menerima pendapat yang berbeda.

4. Communication (Komunikasi)

Komunikasi dimaknai sebagai kemampuan anak dalam menyampaikan ide dan pikirannya secara cepat, jelas, dan efektif. Keterampilan ini terdiri dari sejumlah sub-skill, seperti kemampuan berbahasa yang tepat sasaran, kemampuan memahami konteks, serta kemampuan membaca pendengar (audience) untuk memastikan pesannya tersampaikan. Dalam hal ini peserta didik diminta untuk bisa menguasai, mengatur, dan membangun komunikasi yang baik dan benar bail secara tulisan, lisan, maupun multimedia. Peserta didik diberi waktu untuk mengelola hal tersebut dan menggunakan kemampuan komunikasi untuk berhubungan seperti menyampaikan gagasan, berdiskusi hingga memecahkan masalah yang ada.

Startegi Pencapaian Pendidikan Karakter Pembelajaran Abad 21 di Sekolah

Pencapaian pendidikan karakter dipembelajaran abad 21 ini, dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran inovatif yaitu PBL (Problem Based Learning) dan PJBL (Project Based Learning).

Menurut Kunandar, pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pembelajaran. Menurut Tan dalam Rusman mengatakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena Pembelajaran Berbasis Masalah kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalkan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara kesinambungan. Pendapat lain dari Trianto mengatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah interaksi dengan respon yang merupakan hubungan dua arah belajar dan lingkungan.

Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) merupakan pembelajaran inovatif yang berpusat pada peserta didik ( student centered) dan menetapkan guru sebagai motivator dan fasilitator, dimana peserta didik diberi peluang bekerja secara otonom mengkontruksi belajarnya. Model project based learning (PJBL) merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan suatu proyek dalam proses pembelajaran. “ Model pembelajaran berbasis proyek ( project based learning ) merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media”. Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) merupakan pemberian tugas kepada semua peserta didik untuk dikerjakan secara individual, peserta didik dituntut untuk mengamati, membaca dan meneliti.

KESIMPULAN

Pembelajaran di era abad 21 ini, menuntut guru untuk bisa lebih kreatif dan inovatif dalam mengkemas pembelajaran dikelas dengan berbagai metode, media, serta model pembelajaran yang dipilih dan penerapan T-PACK sehingga pembelajaran berpusat pada siswa sesuai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pembelajaran berpusat pada siswa memberi banyak ruang siswa untuk beraktifitas, bereksplorasi, berdiskusi dan bekerja sama dalam kelompok. Sehingga dengan aktifitas-aktifitas tersebut siswa diharapkan memiliki karakter antara lain mampu berpikir kritis dan memecahkan masalah, kreatif dan berinovasi, mampu bekerjasama tanpa membedakan, serta dapat berkomunikasi dengan baik.

Referensi

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 354 4

Rusman, Model-model Pembelajaran…,hal. 229 5

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007), hal. 67.

Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif dan Kontekstual: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada kurikulum 2013( kurikulum tematik Integratif), (Jakarta: Kencana, 2014), h. 42.

Daryanto, Pendekatan Pembelajaran saintifik kurikulum 2013 (Yogyakarta: Penerbit Gava Media, 2014) h. 42.

Zainal Aqib, Model-Model, Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (inovatif), (Bandung: CV Yrama Widya, 2013), h. 66.

https://media.neliti.com/media/publications/270930-pentingnya-pendidikan-karakter-dalam-dun-f6628954.pdf

https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/pembelajaran-abad-21/

https://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/sahabatkarakter/kegiatan/93212a18-7b1e-4f4e-9919-51129308a785.pdf

https://www.kompasiana.com/kalimin/552a36e9f17e61996ad62403/makna-pendidikan-karakter

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Artikel Sangat menginspirasi.. lanjutkan karya berikutnya bu..

23 Jan
Balas



search

New Post