SITI AMALIA

guru matematika yang suka membaca dan menulis....

Selengkapnya
Navigasi Web
Pemberdayaan Perempuan di Sekolah

Pemberdayaan Perempuan di Sekolah

Rejeki dari Tuhan bukan hanya uang. Tetapi salah satunya adalah kita dianugrahi teman-teman yang baik. Seperti teman-teman kerja saya. Saya banyak-banyak bersyukur bisa berteman serta bekerja sama dengan mereka. Saya bekerja di salah satu SMP Negeri di pinggiran kota Bogor. Bila awal tahun pelajaran tiba, kami diumumkan kepanitiaan untuk satu tahun pelajaran. Jadi semua guru mendapatkan porsi yang sama untuk kepanitiaan. Namun tidak untuk beberapa guru. Bila ada workshop yang bersifat situasional, hanya orang-orang itu saja yang dipilih kepala sekolah untuk menjadi tim panitia. Alasan kepala sekolah karena orang-orang tersebut sudah hafal job description-nya. Saya termasuk di dalam tim panitia tersebut.

Alasan kepala sekolah tersebut tentulah banyak menimbulkan berdebatan. Orang-orang di luar tim tersebut, menyayangkan keputusan kepala sekolah itu. Apalagi tim panitianya bukan para wakasek. Hal yang berbeda dengan keputusan kepala-kepala sekolah sebelumnya yang memasukkan semua unsur wakasek ke dalam kepanitiaan. Selain untuk perampingan kepanitiaan, ada alasan lain yang hanya kepala sekolah yang tahu.

Alasan lain yang dikemukakan oleh teman-teman kerja yang lain terkait dengan panitia itu-itu saja adalah agar ada regenerasi kepanitiaan. Ini pun sebenarnya banyak ditentang sebagian dari teman-teman. Ada yang berpendapat malah senang dan bahagia tak dipilih jadi panitia, karena tidak repot. Jadi sebenarnya apapun keputusan kepala sekolah pasti akan menimbulkan pro dan kontra. Setelah sekian lama pembentukan tim panitia berpolemik, akhirnya alasan itu terbongkar, mengapa panitianya perempuan semua, para wakasek yang notabene semuanya laki-laki tidak diikutsertakan dalam kepanitiaan. Dengan peraturan keuangan BOS yang baru, kepanitiaan itu tidak ada uang lelahnya. Bahkan makan siang atau snack pun ditiadakan. Sehingga alasan kepala sekolah memilih panitia perempuan adalah karena tidak ada bayaran, para perempuan lebih bebas berkarya. Para perempuan mendapatkan nafkah dari para suami mereka. Bila para laki-laki yang menjadi panitia, pak kepsek kasihan karena mereka tidak dibayar. Sedangkan mereka harus menafkahi anak istri.

Sungguh saya terharu sekali dengan alasan pak kepala sekolah. Sampai dari sisi itu beliau memikirkannya.

Sejak saat itu pemikiran saya berubah. Saya lebih melihat dari sisi kelaki-lakian dan keperempuanan dalam bekerja. Bila suatu pekerjaan ada uang lelahnya, saya sering melimpahkan pekerjaan itu kepada teman-teman yang laki-laki. Bila tak ada uang lelahnya, saya sungguh bahagia mengerjakannya. Saya tak mau egois. Toh saya sudah lebih dari cukup diberi nafkah oleh suami saya.

Kemudian kejadian lain yang membuat saya bersyukur adalah di tim guru matematika. Pada bulan Agustus, seperti biasa MGMP diadakan setiap bulannya. Saya bertanya kepada kepala sekolah, siapa yang akan diutus oleh sekolah menghadiri pertemuan MGMP matematika. Pak Kepala Sekolah mengamanatkan bahwa yang hadir adalah yang tidak ada jam mengajar di hari tersebut. Saya mendapat kabar dari tim kesiswaan bahwa pada hari MGMP matematika, sekolah akan diadakan lomba-lomba memperingati HUT RI yang ke 73 tahun, sehingga tidak ada pembelajaran. Akhirnya saya menyarankan agar kami berlima ditugaskan untuk menghadiri MGMP Matematika. Guru-guru matematika di sekolah saya ada 5 orang, terdiri dari 2 orang guru laki-laki dan 3 orang guru perempuan. Sekedar informasi, kami mempunyai panggilan khas masing-masing khusus guru matematika. Kami pun membentuk group whatsapp sendiri, beranggotakan hanya kami berlima. Group kami sangat ramai. Kami saling menyapa, bercanda dan berdiskusi di sana. Diskusi menyamakan materi pembelajaran pun sering kami lakukan, apalagi menjelang PTS, PAS, dan PAT.

Singkat cerita, saat akan membuat surat tugas pihak sekolah menyebutkan bahwa kemampuan sekolah membayar uang hadir MGMP hanya untuk 2 guru saja. Akhirnya teman saya sesama guru matematika berkata, bahwa tidak apa-apa uang MGMP yang untuk 2 guru, asal guru matematika diperbolehkan untuk hadir MGMP semuanya, dan uang MGMP untuk 2 guru itu diberikan kepada 2 orang guru matematika yang laki-laki. Alasannya karena guru-guru matematika yang perempuan sudah mendapatkan nafkah dari para suami. Seketika itu air mata saya meleleh. Saya sangat terharu dengan kebijaksanaan teman saya itu. Sementara saya sama sekali tak memikirkan hal itu.

Pada hari H kami semua guru-guru matematika perempuan hadir MGMP, namun ternyata guru-guru matematika yang laki-laki tidak hadir. Hal ini karena ada satu guru matematika laki-laki yang harus piket wakasek dan guru yang lain ada urusan keluarga. Sempat kami kebingungan, karena uang yang diberi sekolah untuk 2 guru, sedangkan yang hadir ada 3 guru. Teman saya yang lain mengusulkan agar uang dari sekolah dibelikan CD pembelajaran yang dijual di MGMP, kami para guru matematika perempuan tetap membayar MGMP dengan uang kami pribadi.

Nikmat Tuhanmu yang mana yang kamu dustakan?! Banyak hal yang membuat saya bersyukur kenapa Tuhan menempatkan saya di sekolah ini. Salah satunya saya di kelilingi teman-teman yang begitu baik dan peduli. Ini membuat saya betah di sekolah saya. Jauh lokasinya tak dirasakan lagi karena hati ini bahagia.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisan yang menyentuh, terima kasih bu...

21 Aug
Balas

sama2

27 Sep



search

New Post