Tersebutlah si Fulanah yang malas menunaikan sholat dhuha. Ada saja alasan yang dikemukakannya. Malas lah, takut make up luntur lah, lagi halangan lah, tidak membawa mukena lah, malu lah, takut dibilang sok alim lah, dan seribu alasan yang lain. Namun intinya ia hanya malas sholat dhuha.

Ia sering merenung kenapa ia tak mau sholat dhuha. Ia tahu doa sholat dhuha begitu dahsyat.

"Ya Allah, bahwasanya waktu dhuha itu waktu dhuha-Mu, kecantikan adalah kecantikan-Mu, keindahan itu keindahan-Mu, kekuatan itu kekuatan-Mu, kekuasaan itu kekuasaan-Mu, dan perlindungan itu perlindungan-Mu.

Ya Allah, jika rejekiku masih di atas langit, turunkanlah, dan jika masih di dalam bumi, keluarkanlah, jika sukar mudahkanlah, jika haram sucikanlah, jika masih jauh dekatkanlah, berkat waktu dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan, kekuasaan-Mu.

Limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hamba-Mu yang shalih."

Namun membaca doa itu, tak membuatnya beranjak mengerjakan sholat dhuha, walau hanya 2 rakaat saja. Ia terang-terangan berkata, "Ya Allah, aku malas sholat dhuha! Aku lebih senang sholat tahajud dibanding sholat dhuha."

Ia bahkan menganggap orang yang sholat dhuha itu adalah orang yang matre, ada udang di balik bakwan, cinta dunia. Hal ini dikarenakan doa sholat dhuha meminta rejeki. Ia berpikir toh rejeki sudah ditetapkan oleh Allah. Tak perlu lah berpayah-payah meminta.

Namun si Fulanah tersebut senang sholat tahajud. Karena tak merusak make up. Bangun tidur malam tentulah tidak memakai make up. Dibanding sholat dhuha yang dapat mengacaukan make up & tatanan kerudungnya.

Dalam hatinya ia menjerit kepada Allah. Kenapa ia tak mau sholat dhuha. Ia tahu sholat dhuha termaktub dalam al quran. Tapi ia sangat sangat sangat enggan menunaikannya. Ia memohon kepada Allah agar dimudahkan untuk menunaikan sholat dhuha.

Bertahun-tahun berlalu, sampai suatu ketika ia membaca artikel di media sosial tentang akibat jarang bersedekah.

Ia membaca bahwa setiap harinya manusia berhutang kepada Allah atas ruas tulang yang ada pada tubuhnya.

Pada faktanya manusia memiliki kewajiban bersedekah setiap harinya. Bahkan setiap ruas tulang manusia memiliki kewajiban bersedekah.

"Hendaklah masing-masing kamu bersedekah untuk setiap ruas tulang badanmu pada setiap pagi. Sebab setiap kali bacaan tasbih itu adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada yang ma'ruf adalah sedekah, mencegah dari yang mungkar adalah sedekah. Dan sebagai ganti dari semua itu, maka cukuplah mengerjakan dua rakaat sholat dhuha." (HR. Muslim 1181)

Si Fulanah bergetar membaca hadits tersebut. Berapa banyak utangnya kepada Allah akibat kemalasannya. Bahkan ia terang-terangan tak mau menunaikan sholat karena malas bukan karena lupa. Manusia bila tak membayar hutang saja bisa ditagih, lah ini bagaimana bila berhutang kepada Allah.

Jika tetap malas bersedekah, tentu saja suatu hari utang tersebut harus dibayar, misal dengan masalah kesehatan yang harus dihadapi.

Fulanah kemudian bertaubat dari kelalaiannya. Ia sering menangisi saat-saat dulu ia terang-terangan menolak mengerjakan sholat dhuha. Saat ini sesibuk apapun ia berusaha membayar utang ruas-ruas tulangnya kepada Allah dengan sholat dhuha. Ia mengatur kegiatannya agar dapat menunaikan ibadah sholat dhuha. Hidupnya lebih tenang sekarang.

Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari perjalanan hidup Fulanah.