Kita sering berpikir bahwa kematian itu adalah akhir dari segalanya. Itu pemikiran yang salah. Karena sesungguhnya kematian itu justru adalah awal dari sebuah kelahiran. Begini analoginya. Walaupun sebenarnya hal ini tidak bisa dilogika. Hanya iman yang bisa menjelaskannya.

Ketika bayi lahir, artinya dia lahir ke dunia baru setelah sembilan bulan sepuluh hari dia tinggal di alam kandungan. Alam yang hanya dia sendiri penghuninya. Makan, minum, sedih, bahagia, bersama-sama dengan ibunya. Bersama darah dan kasih sayang ibunya. Hidup pun bergantung pada detak jantung ibunya. Di alam kandungan itulah kehidupan pertama dia jalani. Walaupun sebenarnya di dalam kandungan itu kondisinya tak sesederhana yang saya gambarkan ini. Ada ilmu lain yang bisa memperjelas tentang hal ini.

Saat janin berumur empat bulan, ruh ditiupkan. Ruh itu datangnya dari Allah, ditiupkan oleh Allah, dihidupkan oleh Allah, dan disampaikan beberapa ketentuan dari Allah. Rezeki, jodoh, dan maut itu di antaranya. Dalam satu siklus yang sudah ditentukan (9 bulan), janin meninggalkan dunia alam rahim pindah ke alam dunia di tempat dan waktu yang Allah tetapkan. Kita tidak bisa memilih, bagaimana kita diciptakan, kita diadakan, dan dihadirkan oleh Allah SWT.

Saat lahir, semua perangkat pendukung kehidupan tidak dipakai lagi. Semuanya dilepas, plasenta dan tali pusat sebagai sarana kehidupan pun dilepas. Semua itu adalah 'cangkang' pembungkus dan perangkat. Harus dibungkus dan dikuburkan.

Kemudian janin yang telah berubah menjadi bayi memasuki alam dunia. Terjadilah peristiwa kelahiran. Di dunia inilah kita saat ini, tempatnya ujian dan tugas. Di tempat inilah janji kesetiaan azali kita saat di alam ruh diuji. Misi kita sebagai manusia untuk beribadah harus ditunaikan. Harus dijalankan. Bagaimana menjalankannya?

Bersambung...

Nganjuk, 19/01/2021

Tantanganharike-361