Amin Sakir

Saya adalah guru di SDN Kertagena Laok 1 Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan....

Selengkapnya
Navigasi Web
Hati yang Cemburu (2)
Gambar hasil download di Google

Hati yang Cemburu (2)

Penulis : Amin_S

Amel hanya bisa menarik nafas panjang, mencoba menenangkan hatinya. Ditariknya nafas berungkali kali, menekan emosi agar tidak terbawa kemarahan Aurel. Dia mempertahankan nalarnya tetap terjaga. Amel sengaja menghindari tatapan mata Aurel agar tidak beradu pandang. Dia tahu Aurel sedang kecewa berat. Tapi dia tidak menyangka akan sekalap ini. Hatinya mulai ciut.

"Maaf Aurel, kalau ucapanku barusan menyinggung persaanmu karena kamu menganggap aku menyepelekan masalahmu. Percayalah Aurel, meski aku tidak bisa memindahkan hatiku ke dalam ragamu, tapi aku bisa kok, merasakan apa yang kamu derita saat ini. Aku tahu kamu sakit karena Arga telah berpaling dari kamu dan lebih memilih Dina."

"Stop...! Jangan sebut nama perempuan murahan itu lagi. Aku muak mendengarnya." Sergah Aurel memotong kata-kata Amel.

Kembali, Amel hanya bisa terdiam menyaksikan kemarahan Aurel yang tak kunjung reda.

Dentuman suara musik makin garang. Pengunjung mulai banyak turun ke lantai berdansa tidak karuan. Asap rokok dan bau minuman menyeruak seisi ruangan. Amel yang baru pertama kali masuk ke klub malam, mulai merasa pusing. Kalau bukan karena menuruti permintaan Aurel, dia tidak akan pernah menyia-nyiakan langkahnya menuju tempat abu-abu ini. Dia tidak mau merusak masa depannya dengan menenggelamkan diri ke dalam lingkungan yang kurang baik. Keinginan kuat untuk menyelesaikan kuliahnya tepat waktu, membuatnya harus pandai berhitung dan berpikir bijaksana. Dia bukan Aurel, yang berasal dari keluarga kaya. Bayangan wajah orang tuanya di desa mencegahnya untuk bertingkah macam-macam Dia harus menghemat biaya hidup, karena belum tentu orang tuannya di desa yang bekerja serabutan memberi uang bulanan secara rutin dan cukup. Aurel memang sahabatnya, tapi dia tidak pernah meminta apapun. Satu-satunya yang dia inginkan dari Aurel adalah agar dia dan Aurel tetap bersahabat dengan baik. Menjadi tempat berbagi dan saling menguatkan.

Makanya, kejadian sekarang ini, jauh dari perkiraannya. Membayangkan saja tidak. Selama ini hampir tidak pernah dia dan Aurel bersitegang. Dirinya dan Aurel seperti gelas dan air yang saling mengisi. Seperti gula dan kopi yang terasa nikmat saat bertemu di pinggan yang sama.

---------

Hehh...sini..., lakukan sesuai rencana. Gak usah banyak tanya. Jangan sampai gagal. Kecuali, kamu pengen dompetmu tetap kering. Sudah, sana, ini DP nya !"

Suara ketus Aurel mengakhiri pembicaraan dengan seorang gadis waitress. Matanya menoleh ke kanan kiri memastikan pesan yang baru dia sampaikan tidak terdengar orang lain.

Sebuah amplop kecil dan serbuk terbungkus plastik dia berikan pada gadis waitress itu dalam jabat tangan pura-puranya.

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Pak. Salam literasi

06 Jan
Balas

Kereeen cerpennya, Pak. Salam literasi

06 Jan
Balas

Trima kasih PakSalam kenalDan salam literasi

07 Jan
Balas



search

New Post